27.8 C
Jakarta

Kita Mesti Cuek dengan Omongan orang Lain

Artikel Trending

KhazanahOpiniKita Mesti Cuek dengan Omongan orang Lain
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Ada ungkapan orang tua kita “Jauh berjalan banyak yang dilihat, lama hidup banyak yang dirasa.” Karena itu, banyaknya yang dilihat dan dirasakan bisa menjadi bahan cerita yang menarik dan bermanfaat bagi orang lain. Namun begitu ada waktunya kita mesti cuek dengan omongan orang lain.

Meskipun teman kita seangkatan , bahkan seperjalanan, bisa jadi beda yang dilihatnya. Saya melihat ke kanan, dia melihat ke kiri. Atau sama-sama yang dilihat di sebelah kanan, tapi beda pula yang dirasa. Bila kita yang seangkatan dan seperjalanan saja sudah beda, apalagi generasi berikutnya yang sama sekali tidak tahu dan tidak merasakan. Disinilah pentingnya kita menceritakan pengalaman dan perasaan hidup. Bisa tentang diri sendiri, keluarga, teman, tokoh dan siapa saja.

Menceritakan sesuatu tentu harus ada manfaat kebaikan bagi orang lain, bisa untuk memotivasi, menggugah, dan mencerahkan agar orang lain mendapat ilmu dan nilai kebaikan. Karena itu bercerita lah, baik secara lisan, apalagi tulisan yang memiliki nilai keabadian.

Cara Menyikapi Omongan Orang Lain

Karena itu, salah satu harapan Nabi Ibrahim as adalah agar beliau menjadi bahan cerita yang baik bagi generasi kemudian. Hal ini agar omongan orang lain kepada kita selalu diceritakan baiknya. “Waj’alli lisana sidqin fil akhirin” (QS Asy Syuara [26]:84).

BACA JUGA  Ini Kriteria Profetik Calon Pemimpin yang Wajib Diketahui

Kalau begitu, mulai sekarang berceritalah, pancinglah orang yang menurut kita menyimpan banyak cerita untuk dia bercerita, lontarkan satu-dua pertanyaan atau permintaan, niscaya  ia akan menceritakannya.

Apa yang diharapkan oleh Nabi Ibrahim itu, bila ditujukan kepada kita, bila kita mati apa yang diomongin orang tentang kita. Keburukan yang pasti adanya, sekalipun diketahui tidak boleh diceritakan, lalu kebaikan apa yang harus diceritakan?.

Karena itu berbuat baiklah, mumpung jadi ketua RT, mumpung jadi ketua RW, mumpung jadi anggota DPRD, DPR DAN DPD, mumpung jadi lurah hingga Presiden, kebaikan apa yang orang rasakan dan bisa diceritakan. Mumpung jadi ketua dan pengurus masjid,  pemakmuran masjid seperti apa yang orang banggakan, begitulah seterusnya hingga menjadi diri sendiri, apa manfaat keberadaan kita dalam hidup ini?

 

Drs. H. Ahmad Yani
Drs. H. Ahmad Yanihttp://Harakatuna.com
Ketua Departemen Dakwah PP Dewan Masjid Indonesia

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru