32.9 C
Jakarta

COVID-19 dan Perang Dunia Ke-3: China Vs Amerika Serikat?

Artikel Trending

KhazanahTelaahCOVID-19 dan Perang Dunia Ke-3: China Vs Amerika Serikat?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Sudah satu bulan lebih saya mengisolasi diri di rumah atau istilahnya WFH gara-gara COVID-19. Nggak tahan juga rasanya terus-menerus begini. Apalagi  kena PSBB DKI Jakarta sejak 10 April 2020 hingga dua minggu kedepan. Bisa saja diperpanjang jika situasi tidak kunjung membaik.

Dari dua minggu yang lalu saya telepon kolega saya satu per satu. Hitung-hitung sebagai riset saya sebelum membuat tulisan ini. Ada dua tiga kolega saya yang sama-sama nggak tahan WFH terus karena produktifitasnya nggak sampek 10%. Ada yang memaksa saya ngajak ketemu. Kalau tidak saya yang minta dia datang ke rumah saya dengan protocol COVID-19 atau kami janjian di kantornya dengan protocol COVID-19.

Dari menanyakan khabar sampai curhat karena dampak COVID-19. Atau apa yang bisa dikolaborasikan untuk saling mendukung menghadapi COVID-19. Dari puluhan telepon yang saya lakukan, tidak ada satupun kolega saya yang bernada happy karena dapat berkah dari COVID-19. Paling-paling kita saling menguatkan saja.

Ya sudah ini kesusahan massal. Kita ambil hikmahnya saja. Ini menguji kesabaran seluruh hamba Tuhan. Alhamdulillah….Kata saya dalam hati. Atau kadang-kadang kita cetuskan juga dalam percakapan.

Akhirnya pikiran saya melayang-layang jauh. Buah pemikiran liar hasil diskusi dengan kolega dan juga merenung kelewatan barangkali. Apa sebenarnya yang terjadi hari ini? Kolega saya di luar negeri kalau WA atau email saya di kalimat terakhir ditulis “I’ve never seen life like this before”.

Hipotesis tentang COVID-19

Menurut pemikiran liar saya, ada 3 hipotesis yang mungkin terjadi terkait COVID-19 ini. Sebenarnya lebih dari tiga. Namun saya ambil tiga saja supaya nggak makin puyeng memikirkannya. Apalagi mengambil sikap what’s next. Paling tidak membuat kita lebih waspada. Eling lan waspodo bahasa Joyoboyo-nya.

Hipotesis 1, COVID-19 sebenarnya sudah didesain lama dari awal oleh sebuah pusat riset biologi/farmasi termasuk penemuan vaksinnya. Namun belum waktunya dan sudah terlanjur bocor atau sengaja dibocorkan untuk tujuan tertentu. Entah lewat hewan atau lewat manusia secara langsung.

Bahasa sederhanya COVID-19 adalah senjata biologis.

Toh dari dulu banyak orang yang biasa makan hewan liar juga tidak apa-apa. Sebut saja kelelawar, kucing, tikus, babi hutan, anjing dan lain-lain. Bagi saya agak tidak masuk akal China begitu mudah mengendalikan penyebaran COVID-19 hari ini. Apalagi kalau interaksi antar manusia dibuka kembali secara normal. Khususnya Wuhan.

BACA JUGA  Politik Identitas dan Politik Dinasti: Dua Isu Besar dalam Pemilu 2024

Kini Virus Corona juga sudah bermutasi kedalam berbagai jenis seperti Corona A, Corona B, dan Corona C. Mungkin masih banyak bentuk mutasi lain yang belum ter-deteksi. Sangat besar kemungkinan virus ini masih akan menular melalui media apapun. Apakah manusia secara langsung, hewan, atau apapun. Sangat aneh jika virus corona tiba-tiba hilang dari bumi China. Atau dari negara lain yang masuk ke China melalui interaksi manusia. Kecuali vaksin sudah ditemukan, namun tidak dimasukkan ke negara atau wilayah lain untuk tujuan tertentu. Sebut saja politik, ekonomi atau apapun.

Hipotesis 2, lahirnya COVID-19 merupakan kelanjutan perang dagang China-AS. Setelah gagal bagi kedua negara adidaya ini memenangkan perang dagang. Sebelumnya ada beberapa analisis bahwa dunia akan memasuki babak baru Perang Dunia Ke-3.

Nir-Kemanusiaan

Bagi kedua negara ini, Perang Dunia 3 dengan senjata militer akan memberikan dampak yang mengerikan. Apalagi kalau sampai menggunakan senjata kimia seperti nuklir.  Sangat berisiko kalau opsi ini sampai tercetuskan. China hari ini berpenduduk 1,4 Milyar, AS 330 juta jiwa, dan dunia diperkirakan 8 Milyar.

Perang senjata biologis bisa jadi alternatif yang sangat soft. Tapi kok ya tega banget ya. Tidak ada sisi kemanusiaan sama sekali. Saya yakin kalau ini AS yang menjadi sasaran-nya. Nggak mungkin AS menyerah dengan China. Atau sebaliknya.

Asumsikan saja AS yang jadi korban. AS akan mengerahkan ilmuwan terbaiknya, dengan biaya berapapun akan berusaha menemukan vaksin untuk COVID-19. Masalahnya, berapa lama vaksin tersebut ditemukan? Paling cepat, jika mereka bekerja 10-20 kali lipat lebih keras dan dengan investasi yang lebih mahal perlu waktu satu hingga dua tahun. Meskipun ini sulit.

Kalaupun sudah ketemu, pasti akan diutamakan untuk menyelesaikan masalah dalam negeri mereka sendiri sebelum menolong negara lain. Termasuk Indonesia. Itupun kalau Indonesia jadi prioritas. Sekedar gambaran. Dalam kondisi normal, penemuan vaksin influenza membutuhkan waktu 14 tahun menurut WHO.

GSK, salah satu perusahaan farmasi terbesar di dunia menyebutkan riset penemuan vaksin membutuhkan dana hingga sekitar 15 Triliun rupiah dan membutuhkan waktu hingga 20 sampai 50 tahun untuk di distribusikan ke semua negara. Walah… bagaimana dong nasib kita? Apa skenario selanjutnya? Yang penting sekarang kita harus eling lan waspodo.

Untuk hipotesis-3 akan saya bahas dalam tulisan berikutnya.

Farid Subkhan, CEO Citiasia Inc. & Dosen Perbanas Institute Jakarta

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru