29.5 C
Jakarta

Corona dan Dukhan Ramadhan, Kiamat Sebentar Lagi?

Artikel Trending

EditorialCorona dan Dukhan Ramadhan, Kiamat Sebentar Lagi?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Benarkah kiamat sudah sangat dekat, dan ditandai dengan munculnya dukhan di pertengahan Ramadhan nanti? Pertanyaan ada di benak kita semua, umat Islam, hari-hari ini. Jauh-jauh hari sebelum Ramadhan tiba, banyak da’i membuat konten ceramah yang menakutkan: dukhan akan muncul menghancurkan bumi pada 15 Ramadhan. Itu artinya, seminggu lagi, banyak orang mati.

Konten dakwah ustaz-ustaz yang kebanyakan mencari viewer YouTube itu bukan tak beralasan. Ada hadis Nabi, katanya, yang menubuatkan bahwa pada hari Jum’at hari ke-15 Ramadhan, akan muncul asap, yang menewaskan seluruh manusia kecuali orang yang beriman. Bumbu dakwahnya lengkap. Musibah Corona hari ini, juga disinyalir, oleh mereka, sebagai gerbang menuju kemusnahan manusia.

Isu kelas berat ini bermula dari virus Corona. Reaksi umat Islam beragam. Setelah lebih sejuta orang meninggal di seluruh dunia terinfeksi Corona, masyarakat mulai waswas dengan rumor momentum anjloknya perekonomian dunia. Akan terjadi kalang-kabut kelaparan. Bersamaan dengan itu, ujian berat lain menanti: dukhan Ramadhan akan meluluhlantakkan semesta. Sudahkah kita siap?

Tidak ada yang tak takut dengan rumor ini. Sebagai ekspresi kekagetan, semangat keagamaan melonjak tajam. Masjid-masjid penuh, dan para da’i sudah siap dengan bahan ceramahnya tentang kabar akhir zaman. Pada saat yang sama, pemerintah melarang beribadah di mesjid karena kerumunan. Khawatir virus Corona menyebar melalui perkumpulan kegiatan keagamaan.

Isu tentang “Corona dan Narasi Akhir Zaman” dibahas dalam program Peci & Kopi di kanal YouTube 164 Channel pada Senin (20/4) lalu. Ada beberapa hal yang dikritisi, yang bermuara terhadap ketidaksetujuan dengan narasi yang dibangun. Ada hipotesis yang ditawarkan, bahwa narasi ini tak lahir dengan sendirinya. Ada aktor yang bermain. Para radikalis memelintir Corona sedemikian rupa.

Berbicara tentang kiamat memang menarik. Tetapi yang tak kalah menarik adalah respons masyarakat demi mempersiapkannya. Seakan spirit berislam memuncak mendadak. Islam kaffah digaungkan. Antara rumor dekatnya kiamat dengan narasi yang muncul menjadi ladang dakwah bagi para radikalis dalam melancarkan doktrin-doktrin mereka.

Kiamat Sudah Dekat

Sudah dari dulu, dulu sekali, orang-orang dicekoki keyakinan bahwa kiamat sudah dekat. Turats seringkali bercerita, usia bumi tidak muda lagi, dan kehidupan akan segera berakhir. Semesta banyak menyuguhkan bencana alam, manusiapun dianggap semakin hari semakin buruk—jauh dari Tuhan. Virus Corona pun dianggap sebagai tanda akhir zaman, karena perilaku buruk para manusia.

Menarik dicatat, ketika kita berbicara perihal dekatnya kiamat, hasrat keagamaan secara otomatis meninggi. Maklum. Hal itu adalah konsekuensi logis dari cita-cita keselamatan setiap insan. Setiap orang ingin selamat dari siksa, dari pedihnya kiamat. Amal kebajikan harus dikumpulkan sebanyak-banyaknya. Keberislaman harus maksimal. Dan, kesemuanya dilakukan secara mendesak.

Hasrat keagamaan yang tak proporsional tersebut dimanfaatkan oleh kalangan radikal. Sebab, dalam kondisi itu, indoktrinasi adalah sesuatu yang mudah, rentan. Tidak sulit membawa masyarakat ke dalam narasi pemurnian Islam. Namun, alih-alih disuguhkan Islam yang esensial, justru masyarakat dibawa ke dalam Islam ideologis yang mengusung khilafah sebagai satu-satunya jalan pemurnian.

Tidak ada keterkaitan antara kiamat dengan Corona. Sebagaimana dikatakan Najih Arromadloni, dalam kajian 164 Channel di atas, Allah menurunkan musibah terhadap siapapun. Para nabi dan rasul juga tak lepas dari musibah. Tha’un juga terjadi di era Islam awal, dan tidak ada upaya mengait-ngaitkan dengan narasi akhir zaman. Apalagi sampai menuntut pemurnian keberislaman.

BACA JUGA  Pertaruhan Pemilu 2024 dari Terorisme

Dukhan Ramadhan pun juga demikian. Jika itu diadopsi dari hadis, maka seperangkat alat untuk memahami hadis tidak bisa diabaikan. Harus diperiksa asbab al-wurud hingga kualitas hadisnya. Juga perlu diperhatikan bahwa hadis tentang kedatangan hari kiamat tidak berstatus sebagai syariat, melainkan nubuat saja. Tidak ada kewajiban apa pun yang dituntut di dalamnya.

Lagi pula, jika pun kiamat memang sudah dekat, yang perlu disibukkan bukanlah upaya mengetahui waktu terjadinya, melainkan persiapan apa yang telah dilakukan untuk menghadapinya. Tidak perlu menebar hoax, misalnya, dengan mengatakan bahwa Corona adalah gerbang kematian kapitalisme dan gerbang kebangkitan khilafah. Sebelum kiamat datang, khilafah harus ditegakkan dulu. Begitu?

Narasi Akhir Zaman

Corona adalah musibah. Dukhan dan hari kiamat, tidak ada keraguan atasnya. Pasti terjadi. Tertulis secara jelas dalam al-Qur’an. Tetapi di sini perlu ditegaskan, terdapat perbedaan antara ‘hari kiamat’ dengan ‘narasi akhir zaman’. Yang terakhir ini berorientasi terhadap peluncuran doktrin-doktrin, tentang apa yang mesti dilakukan umat menjelang akhir zaman.

Pada Rabu (29/4) malam, bersamaan dengan Editorial ini ditulis, sedang berlangsung kajian live streaming bertema “COVID-19, Awal Keruntuhan Sistem Kapitalisme & Kebangkitan Khilafah” yang digelar oleh aktivis Gema Pembebasan Wilayah Sulawesi Tenggara. Sementara itu, dukhan Ramadhan terus didakwahkan oleh para da’i. Keduanya adalah narasi akhir zaman.

Corona dijadikan pemantik narasi kebangkitan khilafah di akhir zaman, sementara dukhan dijadikan pemantik tanda akhir zaman itu sendiri. Semacam ada kontinuitas narasi di situ, yang menggiring masyarakat ke dalam tataran keberagamaan secara holistis-manipulatif. Hadis dan fenomena alam menjadi guide book mencekoki masyarakat dengan narasi akhir zaman.

Terhadap pertanyaan; benarkah kiamat sebentar lagi, jawaban yang pas bukan dengan menyodorkan waktu detail dengan membaca tanda-tanda yang ada, baik Corona maupun dukhan. Perlu juga disadari bahwa memang ada upaya menakut-nakuti masyarakat, yang dilakukan kalangan radikal. Bukankah lantaran takut kiamat, semua hal akan rela dilakukan?

Corona adalah musibah yang tengah kita hadapi, sedangkan dukhan masih sebatas spekulasi akan terjadi tengah Ramadhan kali ini. Misalnya saja minggu depan peristiwa semesta berasap benar terjadi sekalipun, tidak ada yang perlu ditakuti. Kalau saja kiamat diketahui waktunya, menghindar adalah kemustahilan.

Kita dianjurkan untuk selalu siap, dengan musibah dan keadaan apa pun. Bisa dipastikan, setiap narasi miring tentang akhir zaman tidak memiliki akurasi yang signifikan. Corona memang bisa jadi tanda kiamat, dan dukhan adalah contoh konkret yang menguatkannya. Bukankah jika dikaitkan dengan tegaknya khilafah akhir zaman, spekulasi masyarakat semakin runyam?

Mau besok, lusa, atau kapan, kiamat tidak penting diketahui waktunya. Ia pasti dekat, tetapi tidak perlu dikaitkan dengan musibah-musibah yang ada, termasuk Corona dan dukhan Ramadhan.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru