26.7 C
Jakarta

CNRCT Hadir Sebagai Pusat Kajian Narasi Radikal-Terorisme

Artikel Trending

AkhbarNasionalCNRCT Hadir Sebagai Pusat Kajian Narasi Radikal-Terorisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Jakarta-Center for Narrative Radicalism and Cyber Terrorism (CNRCT) menggelar Webinar Nasional Bedah Buku “Mengenal HTI Melalui Rasa Hati” karya Ayik Heriansyah pada Sabtu (3/10) lalu. Acara yang dipandu oleh Ridwan Bahrudin itu sekaligus merupakan peluncuran CNRCT. Acara berlangsung selama tiga jam, dihadiri oleh dua narasumber dan lebih dari dua ratus peserta dari berbagai instansi.

Turut hadir Dewan Pembina CNRCT Moch Syarif Hidayatullah, Sekretaris Komisi Pengkajian MUI Pusat Rida Hesti Ratnasari, dan Ayik Heriansyah sendiri selaku penulis. Webinar dan launching CNRCT tersebut digelar melalui aplikasi Zoom Meeting, dengan lauching terlebih dahulu sebelum akhirnya masuk ke sesi bedah buku.

Dalam sambutannya, Syarif Hidayatullah selaku Dewan Pembina CNRCT mengatakan, lahirnya CNRCT merupakan respons atas maraknya radikalisme yang berusaha memecah belah bangsa. Baginya, hal itu sangat tidak menggembirakan, karena di samping ideologi berbahaya, cyber terorisme juga mengancam sendi-sendi agama dan Negara.

“Fokus lembaga ini adalah untuk pengkajian-pengkajian narasi radikalisme dan cyber media radikal, meminimalisir penyebaran narasi radikalisme dan terorisme yang disebarkan melalui daring, dan memberi jalan keluar serta wacana counter dari propaganda tersebut,” terangnya.

Setelah launching, bedah buku pun dimulai. Dalam pemaparannya, Ayik Heriansyah sangat rinci berbicara ikhwal HTI. Sebagai mantan Ketua DPD HTI Bangka Belitung, ia tahu persis HTI dan sepak terjangnya, memahami mereka sebagai insider maupun outsider. Kanga Ayik, sapaan akrabnya, tidak keberatan jika dikatakan bahwa HTI adalah jaringan internasional yang punya bibit untuk memunculkan gerakan terror.

BACA JUGA  Jaga Kebhinekaan, Mahasiswa Harus Bantu Bendung Politik Identitas di Pilpres

“Buku ini merupakan kumpulan esai dari berbagai tulisan yang selama ini gencar sekali disebarkan di media sosial. Sifatnya ilmilah populer yang dapat dipertanggungjawabkan. Buku ini akan sanggup meladeni narasi-narasi radikalisme dan terorisme yang  sedang gencar dimedia sosial hari ini,” tutur Ayik yang juga menjabat sebagai Direktur Eksekutif CNRCT.

Senada dengan itu, Rida Hesti menuturkan, HTI adalah partai politik yang mudah dicerna di bebagai tempat, karena memiliki karakteristik tertentu yang melekat kepada mereka. HTI memang tengah tidak kokoh, tetapi penentangan terhadap bangsa tetap menggema dalam setiap narasi mereka. Menurut Rida, Civil Society di berbagai dunia semuanya berkontribusi pada sistem demokrasi kecuali HTI. Mereka berlawanan dengan demokrasi.

“HTI menggantikan semangat Islam yang menggelora untuk membesarkan Islam menjadi semangat parsial demi kepentingan politik. Dia memiliki tawaran bentuk tersendiri dengan memisahkan negara dan agama, mengkampanyekan upaya untuk menggunting kepercayaan terhadap pemerintah,” terangnya.

Menanggapi launching-nya CNRCT dan bedah buku tersebut, Khalilullah sebagai salah satu peserta mengaku sangat gembira. Baginya, HTI dan organisasi radikal lainnya memang harus dikonter sedemikian rupa. Ia berharap CNRCT menjadi wadah dari kontra-narasi tersebut. “Kita tahu bahwa para aktivis HTI bertebaran di media sosial, menguasai cyber. Maka langkah ini sangat strategis untuk melawan pergerakan mereka,” pungkasnya. (Khr)

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru