26.1 C
Jakarta
Array

Cerita dari Masjid-Masjid di Dunia: Sejarah, Persahabatan, Toleransi

Artikel Trending

Cerita dari Masjid-Masjid di Dunia: Sejarah, Persahabatan, Toleransi
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Sebagai tempat ibadah umat Islam, masjid banyak dibangun di berbagai tempat di dunia. Banyak masjid berumur sangat tua, namun ada banyak pula masjid yang baru dibangun. Waktu berlalu, masjid-masjid tetap berdiri kokoh dan menjadi saksi sejarah perkembangan Islam di suatu wilayah atau negara. Di buku ini, Taufik Uieks mengajak kita singgah dan mengamati berbagai masjid yang ada di banyak negara di dunia. Puluhan masjid dikunjungi di berbagai kota di dunia menyimpan pengalaman, kesan, dan cerita.

Taufik mengunjungi masjid-masjid yang tersebar di kota-kota di berbagai belahan dunia. Mulai dari Eropa seperti di Amsterdam Belanda, Berlin dan Hamburg di Jerman, Paris Prancis, Brussel Belgia, Athena Yunani, Wina Austria, dan Budapest Hongaria. Kemudian masjid-masjid di Asia seperti di Beijing China, Nagoya Jepang, Hongkong, Makau, Bangkok Thailand, Hanoi Vietnam, juga di Manila Filipina. Taufik juga mengunjungi masjid di Moskow Rusia, Canberra Australia, New York Amerika Serikat hingga negara Amerika Selatan seperti Argentina dan negara-negara Afrika seperti Rwanda dan Zanzibar Tanzania.

Profesi dan hobi yang membuat Taufik kerap mengunjungi berbagai negara di dunia selalu dimanfaatkan untuk mengunjungi masjid. Selain untuk beribadah, Taufik juga selalu mengamati setiap masjid yang ia kunjungi. Foto-foto masjid, termasuk berbagai ruangan di dalamnya dihadirkan Taufik di buku ini. Tak sekadar karakter bangunan atau arsitekturnya, Taufik juga mengamati suasana dan kegiatan di lingkungan masjid, juga berdialog dengan jamaah setempat dan menggali informasi mengenai sejarah dan perkembangan Islam di daerah tersebut.

Di Paris, Taufik mengunjungi La Grande Mosquee de Paris, salah satu masjid terbesar dan terindah di Prancis. Selain tempat ibadah, masjid yang memiliki arsitektur gaya Maroko ini dikenal sebagai salah satu tempat wisata religius di Paris. Saat hendak masuk, Taufik bahkan sempat ditegur petugas untuk membayar, sebelum akhirnya ia diizinkan masuk setelah menjelaskan bahwa ia ingin shalat. “Kalau mau memasukinya gratis, cukup memakai peci atau kopiah,” tulis Taufik.

Taufik menulis, menurut cerita, La Grande Mosquee de Paris dibangun pada tahun 1926 sebagai ucapan terima kasih rakyat Prancis kepada tentara Muslim yang ikut berperang melawan tentara Jerman saat Perang Dunia I. Sejarah juga mencatat bahwa masjid yang dikenal karena keindahan arsitekturnya yang khas Afrika Utara tersebut telah menjadi tempat mengungsi yang aman bagi bangsa Yahudi saat pendudukan Nazi Jeman.

Berkunjung ke salah satu masjid terbesar di Prancis bahkan Eropa tersebut bagi Taufik memberi nuansa dan pengetahuan baru, terutama tentang persahabatan Islam dan Yahudi. “Di tempat ini, orang Yahudi dilindungi dengan menyamar sebagai orang Islam,” tulis Taufik (hlm 176).

Kekaguman akan keindahan bangunan masjid juga dirasakan Taufik ketika mengunjungi Sobornaya Maschet atau Masjid Agung St. Petersburg di Rusia. Masjid yang juga disebut sebagai Masjid Biru tersebut mulai dibangun pada 1910 untuk memeringati 25 tahun masa pemerintahan Abdul Ahat Khan, Emir Bukhara dari Turkistan. Saat diresmikan pada tahun 1913, masjid ini merupakan masjid terbesar di Eropa dengan kapasitas lebih dari 5 ribu jamaah.

Sejarah mencatat, Masjid Agung St. Petersburg ini sempat ditutup selama Perang Dunia II (1940-1956). Menariknya, masjid ini kemudian dibuka kembali atas imbauan Presiden Soekarno pada Presiden Kruschev saat presiden Republik Indonesia tersebut berkunjung ke Rusia tahun 1956.

Mengunjungi Masjid Biru membuat Taufik tertarik menggali perkembangan Islam di Rusia. Islam masuk ke Rusia diperkirakan pada awal abad ke delapan belas di kawasan Daghestan. Hingga kini, Islam menjadi agama terbesar kedua di Rusia setelah Kristen Ortodok, dengan pemeluk sekitar 21-28 juta penduduk atau sekitar 15-20% dari sekitar 142 juta penduduk Rusia. Diperkirakan, ada lebih dari 8 ribu masjid di seluruh Rusia. Di Masjid Agung St. Petersburg, Taufik mengagumi perjuangan dan semangat umat Muslim di St. Petersburg yang terus tegar melewati lebih dari 70 tahun masa komunisme (hlm 205).

Tak sekadar menguak sejarah dan perkembangan Islam di suatu wilayah. Kunjungan ke masjid-masjid di berbagai negara membawa Taufik pada pengetahuan baru yang sarat pesan dan refleksi. Seperti narasi persahabatan dan toleransi yang tercermin dari kebiasaan atau keunikan di masjid. Ketika ke Wina, Taufik mengunjungi Vienna Islamic Centre, masjid terindah di Austria. Di masjid yang dibangun atas inisiatif beberapa kedutaan besar negara-negara Islam tersebut, Taufik bertemu seorang jamaah asal Indonesia yang sudah menetap di Wina lebih dari 15 tahun.

Taufik mendapat cerita menarik dari jamaah tersebut. Rupanya, masjid tersebut mengakomodasi semua aliran. Saat jamaah shalat Tarawih misalnya, dua kelompok jamaah yang berbeda sama-sama beribadah di masjid tersebut. “Di lantai atas, shalat Tarawih dilakukan untuk mereka yang melakukannya sebanyak 11 rekaat, sedangkan di lantai bawah dilakukan Shalat Tarawih untuk mereka yang melakukannya sebanyak 23 rekaat,” tulis Taufik. Di Austria, Taufik mendapatkan pelajaran berharga dari masjid, tentang bagaimana perbedaan diakomodir tanpa perlu ada perselisihan (hlm 230).

Catatan mengenai kunjungan ke berbagai masjid di berbagai negara di dunia ini menarik karena menggambarkan keanekaragaman masjid. Baik dalam hal arsitektur atau bentuk bangunan, budaya atau kebiasaan jamaah, kegiatan, hingga sejarah, kondisi sosial, dan cerita pembangunanya. Dari sana, pembaca tak sekadar diisuguhi keindahan dan kemegahan masjid-masjid di dunia. Lebih jauh, pembaca juga akan belajar sejarah, budaya, hingga pergolakan politik, juga kisah dan cerita indah tentang persaudaraan, persahabatan, hingga toleransi. Wallahu a’lam

Judul ;1001 Masjid Di 5 Benua

Penulis : Taufik Uieks

Penerbit : Mizan

Tahun Terbit : 2016

Tebal: 260 halaman

[zombify_post]

Al Mahfud
Al Mahfud
Penikmat buku, penulis lepas, Aktif menulis topik-topik radikalisme-terorisme, Alumni IAIN Kudus.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru