28.2 C
Jakarta

Cegah Maraknya Paham Radikal, Peranan Ulama Perlu Dimaksimalkan

Artikel Trending

AkhbarDaerahCegah Maraknya Paham Radikal, Peranan Ulama Perlu Dimaksimalkan
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Banjarmasin-Pengamat terorisme Al Chaidar mengatakan kecil kemungkinan teroris melakukan aksi seorang diri (lone wolf). Ini tanggapannya tentang kasus penyerangan Mapolsek Daha Selatan oleh seorang pemuda bernama Abdurrahman.

“Kalau sudah ada serangan, berarti kelompok tersebut sudah, mereka saling mendukung dan memberi semangat, bagi mereka itu dianggap jihad,” kata Chaidar kepada Radar Banjarmasin, kemarin (4/6).

Pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Malikussaleh Lhokseumawe Aceh ini menjelaskan aksi penyerangan teroris sekarang sudah berubah, tidak lagi menggunakan bahan peledak.

Mereka cenderung menggunakan senjata tajam. Sulitnya mendapatkan bahan untuk merakit bom, membuat tokoh pendiri ISIS di Indonesia, Zarkawi mengeluarkan fatwa untuk mengubah cara serangan.

“Sudah 5 tahun lalu berubahnya, karena sulit mendapatkan bahan merakit bom, maka keluar fatwa dari pimpinan teroris, zarkawi untuk melakukan serangan menggunakan pisau dapur, parang, golok atau samurai,” jelasnya.

Dijelaskan, kelompok ISIS di Indonesia terbagi menjadi dua, Mujahidin Indonesia Timur (MIT) dan Mujahidin Indonesia Barat (MIB). Modus teroris yang dilakukan kedua kelompok ini tidak sama. MIT menggunakan modus terorisme teritorial organik yang dalam setiap aksinya menggunakan senjata laras panjang atau pendek, sedangkan MIB modusnya adalah terorisme dinamik. Pelaku teroris bisa berasal dari kota tersebut bisa pula dari luar kota.

BACA JUGA  Gen Z Bandung Cegah Radikalisme

Identitas Pelaku Teror

Ciri terorisme dinamik sangat mirip yang terjadi di Daha Selatan. Membawa identitas ISIS menunjukan sebagai dakwah. Identitas itu sebagai tanda untuk memberikan rasa takut kepada objek yang diserang, agar ketakutan. Itu standar biasa yang dilakukan kelompok MIB.

“Jadi kemungkinan besar mereka orang dari daerah lain yang datang ke daerah situ dan melancarkan aksinya,” jelasnya.

Antisipasi berkembangnya terorisme di Indonesia, Chaidar menyarankan beberapa hal kepada pemerintah terutama penegak hukum berwenang. Diantaranya, lakukan penyelidikan dan penelitian mendalam, serta mengikuti perkembangan kelompok tersebut.

Perkembangan kelompok teroris di Indonesia yang semakin pesat harus diantisipasi lebih masif lagi. begitu pula proses baiat atau doktrinisasi. Kelompok teroris melakukan secara tertutup, bisa lewat pengajian dari rumah ke rumah sampai akhirnya yang bersangkutan mau mengikuti arahan.

Menurutnya, pemerintah harus melibatkan peran ulama dalam menangkal paham teroris. Apalagi di Kalsel dikenal banyak ulama-ulama besar. Mereka bisa membantu mengantisipasi masuknya paham teroris di masyarakat.

“Peran ulama sangat penting untuk menolak paham teroris, banyak ulama yang paham mengenai hal tersebut, tapi kita ketahui sekarang ini negara tidak terlalu memakai ulama,” pungkasnya.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru