31 C
Jakarta

Cara Keji HTI Jualan Khilafah di Indonesia

Artikel Trending

Cara Keji HTI Jualan Khilafah di Indonesia
image_pdfDownload PDF

Cara Keji HTI Jualan Khilafah di Indonesia

Harakatuna.com—Jakarta. Baru-baru ini, beredar surat pernyataan resmi yang dijadikan senjata ampuh kader HTI untuk mendukung ide khilafah yang sedang mereka perjuangkan dengan mencatut nama ulama dan pesantren di Jawa Timur. Ironisnya, website resmi HTI juga memuat surat pernyataan yang penuh dengan manipulatif dan provokatif (baca: https://hizbut-tahrir.or.id/2017/04/18/para-ulama-berkumpul-di-jember-bahas-hti-khilafah-dan-nkri-ini-kesimpulannya/). Surat pernyatan resmi itu berjudul lengkap “Pernyataan Ulama Dalam Silaturahmi Ulama dan Pengasuh Pondok Pesantren Jawa Timur Di PP Nurul Ulum Jember”, yang salah satu isinya adalah dukungan ulama/kiai NU terhadap ide khilafah yang sedang diperjuangkan HTI dan penganjur khilafah lainnya dengan tujuan akhirnya agar masyarakat terpesona dengan hasil keputusannya yang seolah-olah benar dan sah meskipun disana-sini terdapat kejanggalan isi, kesalahan tulisan dan bahkan terkesan dipaksakan. Salah satunya kata Ansor ditulis Anshar, dan kata PBNU ditulis PB NU. “ Saya sendiri sangsi dengan surat pernyataan itu. Tulisan yang benar itu Ansor bukan Anshar dan PBNU bukan PB NU. Jelas yang konsep surat ini bukan orang NU dan hanya mencatut nama NU dengan cara keji dan tidak beradab,” Ujar Faizi Zaini yang juga menjabat sebagai Pengurus PBNU saat dimintai keterangannya oleh redaksi Harakatuna, Rabu (18/04/17) di Jakarta.

Selain itu, di dalam surat itu juga mengutip dua pendapat ulama secara serampangan dan tidak ilmiah karena bunyi tafsir yang dipaksakan agar sesuai dengan nafsu dan keinginan mereka, yaitu Al-Imam Al-Hafidz Abu Zakaria Al-Nawawii Al-Asyari Al-Syafii dalam Syarah Shahih Muslim dan Imam Ala’uddin Al-Kassani—faqih min fuqaha’ Al-Hanafiyyah dalam kitab Badai’ush-shanai’i fi tartibisy-syarai’. Di mana kedua tokoh itu memaksudkan kata “khalifah” dan “imam” adalah pemimpin bukan sistem negara seperti yang difahami dan diyakini oleh orang-orang HTI.

Berdasarkan penelusuran tim redaksi Harakatuna terhadap surat pernyataan resmi yang sengaja disebarluaskan secara massif dan sistematis oleh kader-kader HTI di medsos didapati kurang lebih 45 nama-nama ulama/kiai/gus/lora yang mendukung dan menandatangi surat pernyataan itu, yang ironisnya ternyata tidak semuanya familiar di telinga umat Muslim Indonesia, terutama masyarakat di Jawa Timur. “ Saya baca nama-nama pesantren yang ada dalam selebaran banyak yang tidak familiar (tidak saya kenal). Misalnya, yang di Guluk-Guluk itu. Saya koq sangsi ya itu beneran Pesantren atau hanya fiktif belaka,” Ujar Ahmad Badrus Sholihin, dosen IAIN Jember dan Alumnus Pondok Pesantren Annuqayah, Guluk-Guluk Semenep, Madura sebagaimana disampaikan di laman facebook resminya, Rabu (19/04/17).

Sanggahan yang sama juga disampaikan oleh pengguna facebook lainnya, Mambaul Athiyah. “ Pondok al-Mimbar Jombang memang bukan pondok NU bung, namun pondok orang-orang (HTI) itu lah, he, he,” Sindirnya.

Yang lebih miris, menyakitkan dan memalukan adalah mereka tidak malu dan tanpa beban dosa sedikitpun untuk menyebut Majlis Taklim dengan sebutan Pondok Pesantren, “ Kalau yang di Guluk-Guluk itu Majelis Taklim, bukan Pondok Pesantren.” Tambah Dedik Sugianto yang kebetulan satu daerah dengan tempat Majelis Taklim yang dicatut namanya untuk kepentingan provokasi khilafah yang dikampanyekan oleh aktivis HTI di Indonesia. (mr)

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru