29.5 C
Jakarta

Burung Hudhud dan Lembaga Intelijen Negara Nabi Sulaeman AS

Artikel Trending

KhazanahOpiniBurung Hudhud dan Lembaga Intelijen Negara Nabi Sulaeman AS
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Dalam struktur pemerintahan sebuah negara, lembaga intelijen merupakan lembaga yang memiliki peran penting dan sangat strategis. Ia bukan hanya memberi masukan pada end user (Presiden) terkait isu-isu nasional maupun global, memberikan early warning (deteksi dini), forecasting (perkiran kedepan) kondisi sebuah negara di tengah percaturan global yang makin kompetitif dan saling mendominasi, mengantisipasi berbagai ancaman pada negara dan juga memberikan problem solving solusi cepat, tepat dan strategis. Tugas dan fungsi Intelijen, sejak masa Sulaiman telah dimainkan oleh burung Hudhud.

Peran penting dan strategis intelijen digambarkan dalam al-Quran salah satunya seperti dinarasikan oleh Allah ketika menggambarkan operasi intelijen strategis yang dilakukan oleh Burung Hudhud simbol intelijen pada masa pemerintahan Nabi Sulaiman as. Dalam surah an-Naml (Semut) ayat 21 sampai 26, Allah Swt menceritakan informasi strategis yang berhasil dikumpulkan oleh Hudhud.

Saat dilakukan inspeksi pasukan Nabi Sulaeman, Raja sekaligus Panglima Perang paling disegani oleh seluruh mahluk Allah tidak menemukan burung Hudhud dan tak satupun yang mengetahui kemana burung Hudhud pergi. Nabi Sulaiman mengancam, jika nanti burung Hudhud datang dan tidak dapat mengemukakan alasan yang kuat kenapa dia tidak hadir dalam barisan pasukan, maka Sulaiman dapat menjatuhkan hukuman yang berat kepada burung itu. Hudhud dapat dijatuhi hukuman mati yaitu disembelih (An-Naml : 20-21).

Hudhud pun melapor kepada Nabi Sulaiman bahwa dirinya baru saja datang dari sebuah Negeri bernama Saba dengan membawa informasi penting (an-Naml : 21). bahkan informasi yang dibawa oleh burung Hudhud tidak diketahui oleh Raja Sulaiman yang berperan sebagai raja itu sendiri (an-Naml : 22). Hal ini menunjukkan bahwa seorang raja atau presiden memerlukan lembaga tilik sandi yang kuat untuk mengawasi pergerakan negeri-negeri tetangga atau biasa dikenal dengan operasi intelijen strategis (covert action).

Hudhud melakukan covert action (operasi rahasia) memata-matai sebuah negeri yang baru saja didatanginya dipimpin oleh seorang perempuan yang begitu berkuasa (Ayat : 23). Bahkan, ia mampu mengamati dan menganalisa perilaku sosial keagamaan penduduk di negeri tersebut, yakni sebagai kaum yang belum beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa (an-Naml : 24).

Tidak hanya itu, penutup kisah tentang Hudhud dalam surat an-Naml ini, Allah SWT menutup kisah Hudhud dengan pemikirannya yang sevisi dengan ajaran tauhid Nabi Sulaiman as (an-Naml 25-26). Dengan kata lain, Hudhud adalah simbolisasi divisi intelijen yang memiliki  visi sejalan dengan visi besar pemimpin tertinggi (presiden).

Dalam menjelaskan kisah Hudhud di surat An-naml ini, Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya mengutip pandangan beberapa ulama terkemuka, di antaranya Abdullah bin Salam, Ibnu Abbas, Mujahid, Ibnu al-Arabi, dan al-Kalbi (al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, h. 378). Para mufassir dan linguis (ahli bahasa) muslim terkemuka ini memberikan keterangan tentang peran dan fungsi burung Hudhud sebagai divisi intelijen pada masa pemerintahan Nabi Sulaiman as.

BACA JUGA  Pilpres 2024; Ulama Sebagai Komoditas Politik Semata?

Abdullah bin Salam, misalnya, mengutip keterangan Ibnu Abbas radhiyallahu bahwa sesungguhnya penemuan Hudhud atas informasi tentang negeri Saba’, pemerintahan dan penduduknya adalah kebetulan. Karena tujuan utama operasi intelijen strategis yang dilakukan oleh burung Hudhud adalah mencari informasi tentang sumber mata air yang akan digunakan oleh rombongan Nabi Sulaiman.

Beda halnya dengan pandangan Ibnu al-Arabi dan Mujahid, yang juga mengutip pendapat dari Ibnu Abbas di lain kesempatan, mereka memaknai peristiwa Hudhud ini secara simbolik. Hudhud adalah simbol dari mahluk ciptaan Allah yang berpengetahuan luas dan memiliki pemikiran kritis dan strategis.

Imam al-Qurthubi sendiri menghubungkan peristiwa ini dengan kelalaian seorang pemimpin akan rakyatnya dan kewajiban untuk memikirkannya. Hal itu diperkuat dengan peristiwa ekspedisi Khalifah Umar bin Khattab, paska pembebasan Baitul Maqdis tahun 17 Hijriyah, ke negeri Syam. Umar baru sadar rakyatnya tertimpa wabah ketika di tengah perjalanan, setelah para Jenderal Perang Abu Ubaidah, dkk.) melaporkan tentang persebaran virus pandemi di wilayah yang hendak dituju.

Al-Qurthubi mengutip pernyataan dari Ibnu al-Mubarok, “wahal afsadad dina illal muluku wa ahbaru su-in wa ruhbanuha (bukankah memang tidak ada yang bisa merusak agama kecuali para raja dan agamawan yang bejat).” Karenanya, Imam al-Qurthubi menarik hikmah dari peristiwa Hudhud ini tentang kewajiban pemerintah untuk mengetahui detail kehidupan rakyat dan menjaganya.

Dari kisah ini, dalam teori intelijen modern, peristiwa Hudhud menceritakan tentang tiga topik utama: Pertama, eksistensi divisi intelijen yang disimbolkan oleh burung itu sendiri, Kedua, urgensi informasi dan tanggung jawab penguasa (Nabi Sulaiman) untuk terus memikirkan rakyatnya, dan Ketiga, rakyat kecil yang berjasa mengumpulkan informasi penting bagi penguasa.

Di era globalisasi dan ketatnya persaingan dalam percaturan global, kebutuhan seorang pemimpin yang mengetahui keberadaan dan nasib rakyatnya adalah keniscayaan yang tak dapat ditawar-tawar lagi. Disinilah posisi strategis intelijen negara untuk bisa men-suply informasi-informasi strategis bagi presiden seperti peran burung Hudhud yang melapor dan memberikan informasi-informasi strategis langsung kepada end usher-nya nabi Sulaiman as.

Sebelum burung Hudhud tersesat dan tanpa sengaja menemukan informasi mengenai negeri Saba,  nabi Sulaeman meminta burung Hudud untuk membantu mengukur dan menyelesaikan permasalahan pemerintah terkait ketahanan ekonomi (economic ressiliance) dan ketahanan pangan (food resilliance). Hudhud diberi tugas untuk melakukan operasi intelijen strategis (covert action) mencari informasi (pulbaket) mengenai sumber mata air (baca:kekayan alam) yang sangat dibutuhkan oleh rombongan Nabi Sulaiman dan merupakan kebutuhan dasar rakyat. Sebuah tugas mulia intelijen demi menjaga keberlangsungan negara dan kehidupan rakyatnya.

Mujahidin Nur, Mahasiswa Paska Sarjana Sekolah Kajian Strategis & Global (SKSG), UI . Direktur The Islah Centre.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru