32.4 C
Jakarta

Bungkam Narasi Khilafah! Tangkap Wisnu Wardana!

Artikel Trending

Milenial IslamBungkam Narasi Khilafah! Tangkap Wisnu Wardana!
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Judul ini tidak terlalu kasar untuk seorang Agung Wisnu Wardana, aktivis HTI yang paling getol menarasikan penegakan khilafah dan membubarkan NKRI. Sebab, dengan sangat licik, ia menebar propaganda politik khilafah palsu atas nama Islam, atas nama Allah dan Rasul, sembari mengolok-olok pemerintahan NKRI saat ini. Melampaui para dedengkot HTI lainnya, Wisnu bersuara lantang tanpa rasa takut sedikit pun. Dia benar-benar harus ditangkap dan dijebloskan ke penjara.

Ada lima faktor mengapa Wisnu Wardan wajib dihukum. Pertama, ia secara terang-terangan mengumandangkan penegakan khilafah yang ia pahami sebagai sistem islami untuk mengganti total sistem politik dan ekonomi di NKRI. Kedua, ia menghina demokrasi dan segenap program pemerintah sebagai antek-antek sekularisme Amerika Serikat yang, padahal, kenyataannya tidak demikian. Ketiga, ia memanipulasi Islam untuk kepentingan politik kekuasaan diri dan kelompoknya.

Keempat, ia menjadi lintah yang menyedot kepercayaan masyarakat atas NKRI atau menjadi kanker yang siap meruntuhkan NKRI di masa depan. Kelima, ia anti-NKRI dan menetang pilar-pilar kebangsaan. Lima faktor ini sangat cukup untuk menjebloskan Wisnu ke jeruji besi, sekalipun dia tidak melakukan tindakan pidana atau kekerasan. Karena jika tidak, yang terancam adalah NKRI itu sendiri. Pilihannya hanya satu: penjarakan atau negara ini akan hancur total.

Memenjarakan Wisnu adalah bagian dari membungkam narasi khilafah. Membungkam narasi khilafah adalah menghabisi propaganda politik atas nama Islam yang selama ini digemborkan HTI. Dan perlu digarisbawahi, anti-khilafah sama sekali tidak berarti anti-Islam. Sebab, sebagaimana sudah diterangkan jutaan kali, NKRI tidak bertentangan dengan Islam. Sistem pemerintahan juga sudah islami. Wisnu dan rekan-rekan HTI-nya tidak sedang memperjuangan Islam, tetapi memberontak atas nama Islam. Miris.

Wisnu Adalah Pemberontak

Satu-satunya argumen para aktivis HTI bahwa mereka tidak bahaya adalah tiadanya sejarah pemberontakan HTI di NKRI. Pada saat yang sama, gerakan anti-sekuler dan anti-komunis mereka menemukan hujah kuat bahwa yang berbahaya untuk negara adalah PKI, karena merekalah yang pernah melakukan pemberontakan. Musisi kenamaan Ahmad Dhani juga pernah menyangkal bahaya HTI dengan argumen tersebut dan pasti dia diajari oleh Felix Siauw.

Jadi, ada upaya masif di kalangan para aktivis khilafah untuk menarasikan dua hal: satu, NKRI belum islami kecuali khilafah tegak, dan dua, HTI tidak berhaya untuk NKRI karena belum pernah memberontak dengan senjata seperti PKI. Melalui dua hal tersebut, narasi khilafah terus bertahan dan simpatisannya terus bertambah. Masyarakat yang terjerumus propaganda mereka meyakini bahwa khilafah harus tegak dan NKRI sudah melenceng dari Islam. Juga bahwa pelarangan HTI adalah proyek kapitalis-liberal.

BACA JUGA  Politik Dinasti: Pembajakan Islam dan Demokrasi yang Harus Ditentang

Namun, apakah orang seperti Wisnu Wardana belum pantas diberi label pemberontak? Di sinilah rekonstruksi istilah ‘pemberontakan’ diperlukan. Sekularisme dan komunisme dilarang konstitusi karena nilainya yang bertentangan dengan pilar kebangsaan, maka narasi khilafah sebagai isme tertentu secara otomatis juga terlarang. Pemberontakan juga tidak sempit maknanya sebagai gerakan bersenjata. Upaya merusak ideologi negara dengan menarasikan ideologi khilafah juga jelas merupakan pemberontakan.

Karenanya, Wisnu adalah pemberontak. Dan sebagai pemberontak, sebagaimana para tokoh PKI, dia harus ditangkap dan dipenjara, atau bahkan dihukum mati. Jika tidak, Wisnu lainnya akan segera lahir, dengan militansi yang sama untuk menarasikan khilafah. Adalah penting untuk ditegaskan di sini bahwa NKRI tidak hancur hanya jika diberontak melalui penyerangan bersenjata atau kudeta militer. NKRI juga bisa hancur disebabkan pemberontakan melalui narasi liar khilafah.

Narasi Liar Khilafah

Narasi khilafah hari ini tidak hanya menggunakan dalil-dalil normatif sebagaimana propaganda khilafah di awal keberadaannya. Di negara ini, narasinya semakin liar dan menyasar segala program pemerintah, realitas sosial masyarakat, dan dalil-dalil normatif itu sendiri. Sebagai contoh, program kontra-radikalisasi. Program tersebut digoreng sedemikian rupa oleh para aktivis khilafah, seperti yang Wisnu Wardana juga lakukan, sebagai program Barat yang anti-Islam.

Istilah “radikal-radikul” merupakan ulah aktivis khilafah sebagai cemoohan untuk program pemerintah. Sementara dalam konteks realitas sosial masyarakat, mereka menggunakan kemiskinan, ketidakadilan, dan korupsi yang meraja lela untuk memengaruhi masyarakat—membuat mereka yakin bahwa NKRI sudah tidak ideal hingga menegakkan khilafah. Adapun dalam konteks dalil normatif, selain memanipuasli Al-Qur’an dan hadis, mereka juga memanipulasi sejarah. Narasi liar nan kompleks.

Jika dibiarkan, narasi liar tersebut akan semakin tak terbendung. Segala cara akan digunakan untuk memengaruhi masyarakat. Wisnu Wardana hanyalah contoh kecil dari keliaran narasi khilafah di negara ini. Bahkan ketika organisasinya terlarang, narasinya tetap saja melanglang. Liarnya narasi khilafah berbanding lurus dengan militansi para aktivisnya. Atas semua itu, tidak ada cara lain lagi dan tak ada ampun untuk mereka: bungkam narasi khilafah dan tangkap Wisnu Wardana!

Wallahu A’lam bi ash-Shawab…

Ahmad Khoiri
Ahmad Khoiri
Analis, Penulis

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru