26.8 C
Jakarta

Bullying dalam Al-Qur’an, Apa Saja?

Artikel Trending

Asas-asas IslamAl-Qur’anBullying dalam Al-Qur’an, Apa Saja?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Berbicara mengenai bullying, dalam salah satu penelitian yang dimuat dalam tugas akhir skripsi, mengatakan bahwa bullying terbagi menjadi tiga, (1) bullying verbal, (2) bullying fisik, (3) bullying psikis.[1] Bullying merupakan suatu tindakan dalam bentuk perundungan antar pelaku dan korban yang di bully. Bullying hingga saat ini masih banyak terjadi terutama di kalangan para remaja. Biasanya dilakukan berulang ulang oleh seseorang atau suatu kelompok yang merasa dirinya lebih senior atau berstatus sosial yang lebih tinggi dari si korban.[2]

Setelah kita mengetahui klasifikasi dari bullying, ternyata satu dengan lainnya diantara ketiganya berkaitan. Dimana kekerasan verbal selalu mengiringi dari macam macam bullying tersebut. Contohnya,  ketika melakukan bullying fisik seperti menampar, memukul, memalak, menendang, pasti kekerasan verbal akan ada dalam kejadian tersebut. Ketika memalak pastinya seseorang tersebut akan menggunakan bahasa yang kasar. Kemudian dalam bullying psikis, bullying ini lebih ke arah sikap acuh tak acuh, atau dalam satu kelompok terdapat satu orang yang terpinggirkan yang mana dia dikucilkan. Hal itu merupakan contoh dari bullying psikis, dimana pastinya kekerasan verbal juga ada dalam bullying ini namun bersifat kekrasan verbal secara tidak langsung, yang mana ucapan kasar, menghina, dilakukan dikalangan teman teman satu kelompok, sehingga teman yang aslinya biasa saja dan tidak mengucilkan jadi mereka turut mengucilkan juga.

Al-Qur’an telah membahas berbagai masalah, sama halnya dengan permasalahan sosial bullying ini. Permasalahan yang sebenernya sudah lama ada bahkan dari masa sebelum al-Qur’an turun. Ayat ayat al-Qur’an yang membahas terkait ini yakni, QS. At-Taubah [9] : 79, QS. Al-An’am [6]: 10-11, QS. Hud [11]: 38-39 (bullying verbal), QS. Asy-Syuara [26]: 39-43, QS. Al-Maidah [5]: 32, QS. Adh-Dhuha [93] : 9 (bullying fisik), QS. ‘Abasa [80] : 1-10, QS. al-Hujurat [49]: 13 (bullying psikis).[3] Adapun terma terma al-Qur’an yang menyebutkan kata yang berkaitan dengan bullying tergambar dalam 3 macam bentuk term yaitu, sakhara, talmiz, dan istahza’a. ketiga terma ini memiliki konotasi pemaknaan yang berbeda-beda.[4]

Pertama, terma sakhara, lafadz sakhara tanpa tasydid memiliki arti mengejak, mencemooh, memperolok, menertawakan, dan mencibir. Sedangkan terma sakhara yang menggunakan tasydid memiliki arti menundukkan, memanfaatkan, menggunakan. Jadi, terma sakhara yang memiliki arti mengolok-olok seringkali tanpa menggunakan tashdid.[5] Dalam QS. at-Taubah [9]: 79, pada ayat ini menjelaskan tentang orang orang mukmin yang lagi memberikan shadaqah untuk para tentara islam, akan tetapi orang orang munafik menghina mereka.[6]

Orang orang muslim yang memberikan shodaqah dalam jumlah banyak mereka ejek dengan perbuatan ria, sementara orang muslim yang memberikan shodaqoh sedikit yakni hanya segantang kurma, mereka ejek dengan kalimat “Allah dan Rasul tidak memerlukan kurma yang hanya segantang itu”, akan hal ini turunlah ayat tersebut. Dari surah ini kita belajar, bahwasannya berapapun dan dalam bentuk apapun kita bersedakah yang dilihat bukanlah kuantitas nya akan tetapi kualitas niat kita. Karena pada dasarnya dalam ayat ini orang orang mukmin tersebut memeberikan sedekah dengan hati yang ikhlas semata mata mengharap keridaan Allah. Jika saja hal seperti ini terjadi dikalangan remaja dalam kontes masalah memberikan sesuatu kepada temannya, kemudian pemberiannya tersebut dihina akan kuantitasnya, pasti ia akan merasa minder. Adanya sikap seperti ini merupakan dampak psikis yang dialami korban bullying.

Kedua, terma istahza’a, dalam kitab Mu’jam li al-Fazi al-Qur’an menyebutkan lafaz istahza’a berasal  dari kata al-Huzu’ yang berarti ejekan berupa senda gurau atau mencemooh secara diam diam. Permasalahan saat ini banyak sekali dalam suatu kelompok pertemanan bersenda gurau dengan nada mengejek. Ketiga, terma lamiza, yang memiliki arti ghibah yang mengandung celaan baik didepan orangnya langsung maupun ketika orang tersebut tidak ada.[7] Kedua terma antara terma istahza’a dan lamiza ini bisa kita tarik satu contoh permasalahan yang berkaitan yakni permasalahan body shaming.

Dalam lingkup pondok pesantren, kita di hadapi dengan banyak orang yang berbeda beda sikap dan sifatnya. terkait body shaming sudah biasa dikalangan pesantren , antar satu teman dengan teman lainnya sering mengejek walau dengan nada bercanda. Terkait body atau tubuh tiap orang selalu dipermasalahkan, terutama dikalangan wanita entah itu terjadi karena faktor gen ataupun faktor lingkungan ketika dia sudah ada dipesantren. Seperti masalah gemuk atau obesitas, ketika salah satu teman mengalami perubahan bentuk tubuh yakni dari yang kurus kemudian menjadi gemuk, pastinya teman lainnya yang melihat perubahan tersebut akan kaget dan dengan spontan membicarakannya (ghibah dengan teman lainnya) bahkan mengejek didepannya langsung dengan ejekan yang berupa candaan dan hal itu juga di fahami oleh yang di ejek.

BACA JUGA  Saat Ramadhan, Ini Waktu Utama untuk Membaca Al-Qur'an

Hal tersebut seringkali dianggap lazim apabila yang diejek faham maksud dari yang mengejek, bahwasannya hal tersebut hanyalah sebuah candaan. Akan tetapi, jika sesorang tersebut tidak terima dengan ejekan yang dilontarka, itulah yang menjadikan suatu masalah dan dilarang. Dalam terma dan contoh ini dapat dikatakan bahwa hal ini masuk ke dalam istilah bullying verbal. Bullying verbal merupakaan  ucapan atau ujaran yang menimbulkan rasa tidak nyaman atau menyakiti pihak lain. Jadi, bersenda gurau dengan nada ejekan boleh, selagi pihak yang di ejek tidak merasa tersakiti, akan tetapi jika dengan ejekan tersebut seseorang merasa tersakiti sekalipun itu merupakan fakta, isu, gosip ataupun yang lainya, kita tidak boleh melakukannya dan mengenai larangannya telah termaktub dalam al-Qur’an.

Marwa Maratus Sholeha, Mahasiswi Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

[1] Intan Kurnia Sari, Skripsi, Bullying dalam al-Qur’an : Studi Tafsir Kementrian Agama RI, (Lampung : UIN Raden Intan, 2018)   hlm. xiii

[2]Abdul Aziz, Skripsi, Bullying dalam Perspektif al-Qur’an :Studi Penafsiran Prof. DR. Hamka dalam Tafsir al-Azhar terhadap QS. al-Hujurat: 11, (Surakarta : UMS, 2021), hlm. 1

[3] Intan Kurnia Sari, Skripsi, Bullying dalam al-Qur’an : Studi Tafsir Kementrian Agama RI,.., hlm. 50-75

[4] Mokhammad Ainul Yaqien, Skripsi, Bullying dalam Perspektif al-Qur’an dan Psikologi, (Surabaya: UIN Sunan Ampel, 2018) hlm. 23

[5] Mokhammad Ainul Yaqien, Skripsi, Bullying dalam Perspektif al-Qur’an dan Psikologi,.., hlm. 24

[6] Intan Kurnia Sari, Skripsi, Bullying dalam al-Qur’an : Studi Tafsir Kementrian Agama RI,…, hlm. 54-56

[7] Mokhammad Ainul Yaqien, Skripsi, Bullying dalam Perspektif al-Qur’an dan Psikologi,…, hlm.27-29

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru