30.1 C
Jakarta
Array

Bulan Puasa Produktif dengan Ngabubuwrite

Artikel Trending

Bulan Puasa Produktif dengan Ngabubuwrite
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Banyak yang beranggapan bahwa di bulan puasa dirinya menjadi kurang produktif, alasannya macam – macam, ada yang karena badan lemes, bawaannya ngantuk terus, banyak agenda bukber, dan sibuk nagabuburit. Tentu ini merupakan pandangan yang kurang tepat. Sebaliknya, bulan puasa justru mengajarkan kita untuk giat beribadah bukan ?

Itulah mengapa di bulan puasa ini, pahala ibadah diganjar dengan kebaikan double bonus. Makna ibadah jangan kita artikan hanya sesempit sholat, mengaji, dan zakat saja. Makna ibadah lebih luas dari pada itu, berbakti kepada orang tua, bekerja, tolong menolong, dan bahkan menulis pun juga merupakan ibadah. Dalam hal ini, penulis akan menyoroti tentang aktifitas menulis di bulan puasa.

Ya, ngabubuwrite namanya. Sebenarnya ini hanya plesetan dari kata ngabuburit saja. Mari kita bahas apa sih itu ngabubuwrite. Seperti nama dan asal katanya, hal ini bermakna sebagai kegiatan menunggu adzan maghrib. Namun hal ini merupakan kegiatan menunggu adzan maghrib yang anti mainstream, bukan sekedar jalan – jalan ke mall atau kelalang – keliling tidak jelas. Ngabubuwrite menagajak kita untuk menjadi produktif di bulan puasa dengan juga memberi manfaat kepada khalayak ramai.

Kita mungkin bosan dengan ngabuburit yang sudah – sudah, nah disini penulis mengajak bersama – sama untuk juga meluangkan waktu sekali – sekali ngabubuwrite. Kegiatan ini menjauhkan aktiftas puasa kita dari sifat hedonisme dan konsumerisme. Dimana ketika orang lain menjalankan “puasanya” dengan justru menghambur – hamburkan uang, dan mengumbar hawa nafsu. Sebaliknya kita disini menjalankan aktifitas puasa dengan hati yang tentram dan mampu memberi pencerdasan kepada orang lain.

Sebuah kebiasaan baru yang memang terlihat membosankan, dan seolah melawan arah, tapi ingat, ibadah di bulan puasa akan dilipat-gandakan, dan itu berarti ketika kita menulis yang tujuannya baik, maka pahala kita menulis pun akan ikut dilipatgandakan. Kembali lagi pada asumsi bahwa bulan puasa adalah bulan dimana kita tidak produktif, sekali lagi penulis katakan bahwa itu tidak benar.

Seperti kita ketahui bersama, kebiasaan masyarakat kita yang melakukan ngabuburit secara hedonis dan konsumtif malah membuat mereka menjadi tidak produktif. Memang jika sekali – sekali tidak akan menjadi soal, namun realitasnya di lapangan memang terkesan berlebihan, dimana pada jam – jam menjelang maghrib mall – mall penuh, café penuh, warung penuh, jalanan penuh. Sedangkan masjid dan mushola cenderung sepi peminat.

Tentu ngabubuwrite merupakan suatu cara agar kita tidak terjerat dalam hegemoni masyarakat yang hedonis. Menulis dapat menjadi cara kita mendekatkan diri dengan yang maha kuasa, dimana bisa saja dalam tulisan yang kita buat, juga dapat merefleksi diri kita pribadi. Sebuah perenungan dan penumbuhan kesadaran dari apa yang kita tulis sendiri merupakan tingkatan tertinggi kita dalam memahami tulisan, apalagi memahami tulisan sendiri sebagai koreksian dan tamparan keras bagi diri kita sendiri.

Lakukan. Jangan takut untuk memulai menulis, baik jelek tulisan kita, semuanya adalah proses. Bisa saja mungkin tulisan kita jelek hari ini, tapi siapa yang tahu dari kebiasaan kita yang terus menulis, sedikit demi sedikit tulisan kita menjadi rapih, mudah dibaca, dan bahkan bermanfaat bagi pembaca. Patut diakui godaan untuk menulis dibulan puasa sangatlah berat, selain malas, ngantuk dan lemas pun menjadi godaan yang kuat, apalagi jika ada teman yang mengajak buka bersama.

Ngabubuwrite mengajarkan kita juga bahwa mengisi bulan puasa tidak cukup hanya jika dihabiskan untuk bermalas – malasan saja. Memang di bulan yang suci ini tidur pun menjadi ibadah, tapi tentu itu bukan menjadi alasan bagi kita untuk menjadi tidak produktif. Selain itu, menulis di bulan puasa menjadi tips bagi kita untuk menghindari keburukan.

Contohnya saja dengan menulis kita bisa menghindari ghibah. Ya, dari pada kita berghibah, membicarakan persoalan pribadi seseorang, lebih baik kita menulis bukan? Sekalipun kita menulis yang berkaitan dengan persoalan seseorang pun, tentu tujuannya bukan untuk berghibah, misalnya kita menuliskan kritik terhadap perilaku korupsi si A, B, dan C, atau kita menulis tentang kritik terhadap kebijakan yang diambil oleh pejabat, tentu ini berbeda konteks dan tidak termasuk kedalam kategori ghibah.

Semangat literasi yang kuat jelas akan membawa manfaat yang berlimpah. terutama di bulan puasa ini, selain bermanfaat bagi umat juga menjadi tabungan pahala kita di kemudian hari. Ngabubuwrite merupakan interpretasi semangat literasi yang membara dan menggelora. Menulis di bulan puasa merupakan suatu keniscayaan, dimana kita tidak tunduk pada hegemoni masyarakat yang demikian hedonis dan konsumtif.

Satu hal lagi, sebelum kita memulai ngabubuwrite, kita juga tidak boleh melupakan ngabuburead, dimana keduanya memiliki hubungan yang erat. Tentu sebelum kita menulis diperlukan bahan dasar sebagai pondasi dan konstruksi pemikiran kita, disitulah peran aktifitas membaca dibutuhkan. Maka, mulailah menulis dan membaca sebelum keduanya dilarang, dan biasakanlah menulis di bulan puasa, dimana di dalamnya kita dijanjikan juga dengan ganjaran dan pahala yang berlipat ganda.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru