32.9 C
Jakarta
Array

Bolehkah Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani Dikritik?

Artikel Trending

Bolehkah Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani Dikritik?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Jika aktivis Hizbut Tahrir ditanya pertanyaan tersebut, maka rata-rata jawaban formal/normatifnya tentu saja berbunyi, “Ya, bisa. Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani tidak kedap kritik.

Tetapi saya heran dengan konsistensi pernyataan itu.

Ada seorang yang saya lihat mencoba mendiskusikan pemikiran Syaikh Taqiyyuddin An-Nabhani terkait “Thariqah (metode) dakwah Hizbut Tahrir”  dan menunjukkan sisi-sisi kelemahan dalil, istidlal, dan faktanya. Dari tulisannya sebenarnya sejuk-sejuk saja. Tidak ada sama sekali serangan personal kepada siapapun. Fokus pada argumen, runtut, argumentatif, dan bahasanya juga mudah dipahami. Closing statemennya juga saya lihat ma’ruf, menghormati, dan santun.

Anehnya, diskusi ilmiah semacam ini direspon dengan serangan brutal terkait personal terhadap beliau yang sama sekali tidak terkait argumentasi. Opini yang hendak dikembangkan adalah “Hanya yang selevel dengan Syaikh Taqiyyuddin An-Nabhani yang boleh mengkritiknya”.

Tapi saya lihat, slogan baru ini juga tidak diterapkan internal Hizbut Tahrir.

Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani punya kitab “Nizhamul Hukmi fil Islam” (Sistem Pemerintahan dalam Islam) yang sempat menjadi kitab Mutabanat. Lalu kitab ini dikoreksi oleh Hizbut Tahrir Pusat menjadi kitab “Ajhizatu Daulatil Khilafah fil Hukmi wal Idarah”. Koreksi terhadap Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani bukan hanya kitab ini, tapi banyak dalam kitab yang lain. Siapapun yang mengikuti perkembangan pemikiran Hizbut Tahrir pasti akan tahu itu.

Pertanyaannya, “Mengapa  pengurus Hizbut Tahrir boleh mengoreksi Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani padahal ilmunya sangat jauh dan tidak selevel, sementara pihak eksternal tidak boleh?” Amir Hizbut Tahrir saat ini atau Lajnah Tsaqofiyyahnya setahu saya tidak pernah mendapatkan pengakuan keilmuan dari ulama-ulama al-Azhar, atau ulama-ulama Saudi, atau ulama-ulama Ghumariyyin. Lalu atas dasar apa mereka berani mengritik dan mengoreksi pemikiran Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani?

Apakah ini konsisten?

Jika tidak, berarti gejala apa ini?

*Aan Yulius Prihatmoko, Alumni Universitas Brawijaya, Malang dan Mantan Aktivis HTI

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru