29.7 C
Jakarta
Array

Bersihkan Hati dan Niatkan Belajar karena Allah

Artikel Trending

Bersihkan Hati dan Niatkan Belajar karena Allah
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Sebagai pelajar, kita mesti punya adab yang baik, tutur kata yang lembut, sopan santun terhadap guru, bahkan kepada anak serta keturunannya. Hal pertama yang mesti dilakukan oleh seorang pelajar atau murid adalah mendahulukan membersihkan diri dari buruknya akhlak. Hal ini didasarkan pada hadis Nabi Muhammad saw., buniya al-dinu ‘ala al-nadzafah, agama didirikan di atas kebersihan.

Kebersihan di sini bukan sekadar kebersihan lahir yang dapat terlihat oleh mata. Namun yang lebih penting dari itu adalah kebersihan hati. Hal ini erat kaitannya dengan firman Allah swt. dalam surat al-Taubah ayat 28, innama al-musyrikuna najasun, orang-orang musyrik itu najis.

Najisnya orang musyrik tentu tidak mesti terdapat pada pakaiannya. Mungkin pakaian yang mereka kenakan sangat baik kualitasnya dilengkapi dengan pewangi yang harum. Kenajisan mereka terletak pada hatinya. Selagi hatinya tidak bersih dari kotoran-kotoran, selama itu pula ilmu yang diterima tidak bermanfaat dan tidak mendapatkan cahaya keilmuannya.

Kita tidak boleh punya prasangka negatif terhadap guru sebagai pengajar kita. Terlebih berlaku tidak baik terhadapnya, meskipun hanya mencibir di belakang. Tindakan demikian dapat menolak cahaya ilmu masuk ke dalam hati kita. Sementara itu, Ibnu Mas’ud pernah berkata, bahwa ilmu itu bukanlah sebab banyaknya pengetahuan, tetapi ilmu adalah cahaya yang masuk ke dalam hati.

Sebagian ahli tahkik mengatakan bahwa ilmu akan menolak jika dalam belajarnya bukan dimaksudkan karena Allah. Artinya, ilmu sangat susah untuk didapatkan. Mungkin secara lafal mereka memahami, tetapi substansinya atau hakikatnya, mereka tidak mendapatkannya.

Oleh karena itu, dalam mencari ilmu, kita harus niatkan lillahi ta’ala, karena Allah swt. Selain itu, kita juga membersihkan hati kita dari perkara-perkara negatif yang menghantui, sebab kita akan kesulitan memperoleh hakikat ilmu yang sesungguhnya selagi masih ada hal-hal negatif yang bersarang di hati kita. Mungkin kita bisa mendapatkan ilmu, tetapi kemanfaatannya diragukan. Jika demikian, tentu belajar kita sia-sia saja karena tidak menghasilkan.

*Disarikan dari Mukhtasor Ihyai Ulumi al-Din: al-Mursyid al-Amin ila Mau’idzoh al-Mu’minin min Ihyai ‘Ulumi al-Din li al-Imam Abi Hamid Muhammad al-Ghazali

Syakirnf

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru