31.8 C
Jakarta

Bersih-Bersih Radikalisme di Kampus

Artikel Trending

EditorialBersih-Bersih Radikalisme di Kampus
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Modus radikalisme menyasar dua generasi. Pertama, generasi milenial yang mengerti dunia digital melalui gadget. Kedua, generasi pendidikan di kampus-kampus negeri maupun kampus Islam negeri. Kelompok yang menyebarkan paham ekstrem, dan radikal dengan memperkenalkan konsep hijrah, jihad, gerakan, dan penerapan syariat di bawah khilafah Islamiyah.

Hasrat kelompok yang mendorong tegaknya khilafah memperlihatkan wawasan keagamaannya masih dangkal. Sehingga meski sistem khilafah bukan satu-satunya ideologi yang menjamin kemaslahatan, mereka tidak paham bahwa ideologi tersebut tergolong radikalisme dan ekstremisme. Kekerasan terkadang mereka pandang sebagai alternatif tegaknya syariat Islam.

Mendengar term radicalism tersebar di kampus-kampus sungguh membuat kita prihatin terhadap generasi pendidikan. Apalagi jika sampai terpapar, paham radikalisme adalah berkeinginan atas suatu perubahan yang dinilai pantas dengan pola kekerasan dan menggunakan sentimen agama sebagai alasan awal untuk mempengaruhi masyarakat luas.

Karena radikalisme dianggap musuh nyata Pancasila, sampai-sampai para rektor yang tergabung dalam Forum Rektor Penguat Karakter Bangsa bertekad membersihkan kampus dari radikalisme dan mencegah paham yang mengusik ideologi bangsa itu masuk perguruan tinggi. Hal itu mengemuka pasca audiensi mereka kepada Wakil Presiden Ma’ruf Amin.[mediaindonesia.com, 03/03/2020]

Audiensi para rektor ini memberikan sinyal kepada seluruh kampus atau perguruan tinggi di seluruh Indonesia bahwa radikalisme menyasar generasi pendidikan. Oleh karena itu, peran mereka melalui kebijakannya setidaknya memberi kabar baru bagi generasi kita di kampus-kampus agar semangat melawan radikalisme dan ekstremisme tetap eksis.

Wajar jika kemudian dilansir dari mediaindonesia.com, kiai Ma’ruf Amin menanggap isu radikalisme secara tangkas dan tegas. Bahkan ia mengatakan “Karena lulusan universitas itu akan masuk ke setiap institusi negara dan kita harus memastikan bahwa steril dan radikalisme tidak masuk ke kampus.”[03/03/2020]

Peran kiai Ma’ruf Amin tidak diragukan lagi sebagai Wakil Presiden sekaligus ulama sungguh mencintai NKRI. Semangat untuk membangun kontra narasi radikalisme dan ekstremisme tidak hanya melibatkan instansi negara. Namun, melibatkan instansi pendidikan yang sebetulnya menjadi tempat pembuka bibit-bibit baru tumbuhnya paham radikal.

Kampus Memupuk Radikalisme

Akar kelompok yang menyebarkan paham radikalisme dapat diyakini karena mereka selalu menginspirasi negara-negara Islam di Timur Tengah. Dimana di tengah perseteruan politik memicu lahirnya paham agama yang ekstrem. Sehingga pengerasan ideologi tidak hanya di sana, tetapi malah memiliki efek besar dan berdampak ke negara Indonesia yang jelas-jelas mayoritas muslim.

Pada November 2017, survei Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, menunjukkan sekitar 37% pelajar dan mahasiswa setuju mengenai konsep jihad berperang melawan nonmuslim. Kendati demikian, masih dalam survei yang sama, sekitar 85% pelajar dan mahasisiwa juga meyakini demokrasi sebagai sistem terbaik bagi negeri ini.[mediaindonesia.com, 03/03/2020]

BACA JUGA  Deteksi Teroris Menjelang Pemilu 2024

Hasil penelitian ini tentu fakta baru yang memperlihatkan bahwa kampus telah terpapar paham radikalisme. Radikalisme di lembaga pendidikan adalah persoalan yang menghawatirkan, sebab paham yang dinilai sangat keras tersebut menjadi ancaman besar bagi masa depan bangsa dan negara. Apalagi sampai-sampai kelompok yang terpapar hendak mengganggu Pancasila yang final.

Sedangkan dilansir dari tirto.id yang mengutip hasil penelitian yang dikatakan oleh Halili Direktur Riset Setara Institute, “Terdapat 10 perguruan tinggi negeri (PTN) di Indonesia terpapar Islam radikalisme. Hal ini berdasarkan riset yang telah dikerjakan. Di antaranya, UI, ITB, UGM, UNY, UIN Jakarta, UIN Bandung, IPB, UNBRAW, UNIRAM, dan UNAIR.”[31/05/2019]

Temuan terbaru Setara Institute seharusnya tidak membuat pemerintah dan masyarakat lengah untuk menangkal bibit-bibit radikalisme yang kian memupuk di lembaga pendidikan seperti universitas. Identifikasi perguruan tinggi tersebut memperlihatkan bahwa lembaga pendidika darurat paham radikalisme yang berpotensi memicu perpacahan besar-besaran.

Langkah Pencegahan

Ucapan kiai Ma’ruf Amin disambut hangat oleh Sekretaris Forum Rektor Penguat Kakater Bangsa, Prof Fathur Rohman yang juga Rektor Universitas Negeri Semarang, sehingga ia tegas “Menekankan perlunya mengembangkan komitmen bersama mengenai ideologi kebangsaan dan antisipasi radikalisme di perguruan tinggi. Hal tersebut membutuhkan keterlibatan seluruh sivitas akademika.”

Komitmen semua rektor di seluruh Indonesia adalah sikap dan kebijakan yang proaktif untuk terus-menerus melawan radikalisme hingga titik darah penghabisan. Penguatan karakter kebangsaan yang lemah, masjid-masjid di kampus dan lembaga dakwah kampus perlu dilatih penguatan ideologi dan jiwa nasionalisme yang menjunjung tinggi Pancasila.

Audiensi forum rektor memang langkah preventif dan sinergitas peran pemerintah serta lembaga pendidikan guna memajukan pendidikan Indonesia yang bebas dari paham radikalisme maupun ekstremisme. Peran sinergis tersebut tentu mengharuskan seluruh sevitas akademika agar terlibat mendidik generasi pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai luhur agama sebenarnya.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim mengatakan, “Radikalisme atau intoleransi menjadi salah satu dari tiga dosa di bidang pendidikan yang tidak bisa ditoleransi. Sehingga untuk mencegahnya radikalisme perlu melalui proses rekrutmen guru juga, setidaknya jika ada guru yang sifatnya intoleran.”

Komitmen pencegahan paham radikalisme dan ekstremisme di lembaga pendidikan tidak cukup dengan hanya mengandalkan kebijakan kampus dan wewenang rektor. Akan tetapi, dengan melibatkan seluruh sivitas akademika, generasi pendidikan alias pelajar dan mahasiswa, serta pemerintah paham kekerasan tersebut mampu dikendalikan dari ranah pendidikan guna kepentingan masa depan.

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru