34 C
Jakarta

Bermaaf-Maafan Sebelum Ramadhan, Adakah Dalilnya?

Artikel Trending

Asas-asas IslamHadistBermaaf-Maafan Sebelum Ramadhan, Adakah Dalilnya?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Sebelum ramadhan tiba, ada tradisi masyarakat yang masih berlaku hingga hari ini. Tradisi tersebut adalah bermaaf-maafan sebelum Ramadhan tiba. Lantas adakah dalil Quran dan Sunah yang menunjukan tentang hal demikian…?. Hal ini penting untuk dikemukakan karena ada sebagian masyarakat yang menyangka bahwa apabila sebelum Ramadhan tidak bermaaf-maafan maka puasa Ramdhannya tidak sah.

Hadis Bermaaf-maafan Sebelum Ramadhan

Penulis mencoba menelusuri dalil-dalil yang berasal dari Quran dan Sunah yang menunjukan tentang perintah bermaaf-maaf sebelum Ramadhan. Penulis tidak menemukan secara spesifik mengenai hal yang demikian. Namun demikian penulis coba hadirkan hadis yang terkait dengan masalah ini yang sering kali dijadikan masyarakat sebagai dalil perintah bermaaf-maafan sebelum Ramadhan

Pertama hadist yang diriwayatkan Imam Bukhori dalam kitabnya Adabul Mufrod.

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَقَى الْمِنْبَرَ ، فََلَمَّا رَقَى الدَّرَجَةَ الْأُوْلَى قَالَ آمِيْنَ ، ثُمَّ رَقَى الثَّانِيَةَ فَقَالَ آمِيْنَ ، ثُمَّ رَقَى الثَّالِثَةَ فَقَالَ آمِيْنَ ، فَقَالُوْا يَا رَسُوْلَ اللهِ سَمِعْنَاكَ تَقُوْلُ آمِيْنَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ، قَالَ لَمَّا رَقَيْتُ الدَّرَجَةَ الْأُوْلَى جَاءَنِي جِبْرِيْلُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ شَقِيَ عَبْدٌ أَدْرَكَ رَمَضَانَ فَانْسَلَخَ مِنْهُ وَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ ، فَقُلْتُ آمِيْنَ ، ثُمَّ قَالَ شَقِيَ عَبْدٌ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ أَوْ أَحَدَهُمَا فَلَمْ يُدْخِلَاهُ الْجَنَّةَ ، فَقُلْتُ آمِيْنَ ، ثُمَّ قَالَ شَقِيَ عَبْدٌ ذُكِرْتَ عِنْدَهُ وَلَمْ يُصَلِّ عَلَيْكَ ، فَقُلْتُ آمِيْنَ .

Artinya: “Bahwasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam naik ke atas mimbar. Ketika menginjak anak tangga pertama, beliau berkata, “Amin.” Kemudian saat sampai di anak tangga kedua, beliau berkata, “Amin.” Lalu, pada anak tangga ketiga, beliau berkata lagi, “Amin.”

Mereka (para sahabat) pun bertanya, “Wahai Rasulullah, kami mendengar engkau mengucapkan ‘Amin’ tiga kali.” Beliau berkata, “Pada waktu aku naik anak tangga pertama, Jibril mendatangiku. Dia mengatakan; ‘Celaka seorang hamba yang mendapatkan Ramadhan tetapi dia tergelincir dan tidak diampuni dosanya.’ Aku pun berkata; Amin. Kemudian, Jibril berkata; ‘Celaka seorang hamba yang mendapatkan kedua orangtuanya atau salah satunya, tetapi tidak membuatnya masuk surga.’ Aku pun berkata; Amin. Lalu, Jibril berkata; ‘Celaka seorang hamba yang disebut namamu di sisinya, namun dia tidak bershalawat kepadamu’. Aku pun berkata; Amin.”

BACA JUGA  Lima Cara Membentuk Keluarga Bahagia Menurut Rasulullah

Hadis Kedua Tentang Bermaaf-maafan Sebelum Ramadhan

Adapun hadist kedua diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya

عن أبي هريرة  أن رسول الله صلى الله عليه و سلم رقي المنبر فقال : آمين آمين آمين فقيل له : يارسول الله ما كنت تصنع هذا ؟ ! فقال : قال لي جبريل : أرغم الله أنف عبد أو بعد دخل رمضان فلم يغفر له فقلت : آمين ثم قال : رغم أنف عبد أو بعد أدرك و الديه أو أحدهما لم يدخله الجنة فقلت : آمين ثم قال : رغم أنف عبد أو بعد ذكرت عنده فلم يصل عليك فقلت : آمين

Artinya: “Dari Abu Hurairah: Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam naik mimbar lalu bersabda: ‘Amin, Amin, Amin’. Para sahabat bertanya : “Kenapa engkau berkata demikian, wahai Rasulullah?” Kemudian beliau bersabda, “Baru saja Jibril berkata kepadaku: ‘Allah melaknat seorang hamba yang melewati Ramadhan tanpa mendapatkan ampunan’, maka kukatakan, ‘Amin’, kemudian Jibril berkata lagi, ‘Allah melaknat seorang hamba yang mengetahui kedua orang tuanya masih hidup, namun tidak membuatnya masuk Jannah (karena tidak berbakti kepada mereka berdua)’, maka aku berkata: ‘Amin’. Kemudian Jibril berkata lagi. ‘Allah melaknat seorang hambar yang tidak bershalawat ketika disebut namamu’, maka kukatakan, ‘Amin”.

Bermaaf-maafan Sebelum Ramadhan Adalah Hal Baik

Dari kedua hadis ini sebenarnya bisa disimpulkan bahwa bermaaf-maafan sebelum Ramadhan adalah hal yang tidak berdasarkan hadist. Kedua hadist tersebut menunjukan bahwa yang mendapatkan celaka adalah orang mendapati ramadhan tetapi dia tergelincir dalam dosa dan tidak mendapatkan ampunan. Padahal seperti yang diketahui bahwa Ramadhan adalah bulan ampunan, maka kalau di Ramadhan tidak mendapatkan ampunan karena tergelincir dosa maka sungguh-sungguh merupakan kerugian.

Dari hadis ini bisa juga disimpulkan bahwa selama bulan Ramadhan diusahakan untuk selalu menjaga diri dari dosa. Sehingga puasa Ramadhan yang dilalui akan mendapatkan berkah dan ampunan Allah. Perlu diketahui menjaga diri dari perbuatan dosa adalah perbuatan yang wajib dimanapun dan kapanpun, terlebih dibulan Ramadhan, bulan penuh ampunan.

Adapun untuk bermaaf-maafan sebelum Ramadhan adalah hal baik. Karena bagaimanapun bermaaf-maafan adalah yang sangat dianjurkan oleh Rasullulah. Namun demikian Rasulullah tidak membatasi bermaaf-maafan ini hanya pada sebelum Ramadhan saja. Rasullulah mengajurkan setiap saat untuk selalu bermaaf-maafkan.

Ahmad Khalwani, M.Hum
Ahmad Khalwani, M.Hum
Penikmat Kajian Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru