28.2 C
Jakarta
Array

Berkaca pada Krisis yang Melanda Islam di Timur Tengah

Artikel Trending

Berkaca pada Krisis yang Melanda Islam di Timur Tengah
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Kepingan neraka di surga” adalah istilah yang digunakan Ahmad Syafii Maarif untuk menggambarkan betapa menyeramkannya kondisi arab yang merupakan wadah pertama turunnya ajaran kedamaian, Islam. Mereka tanpa beban bertempur dengan sesama muslim, lebih memilih bersekutu pada non-muslim dibandingkan bersatu dengan sesamanya yang bersyahadat, tak peduli dengan kemiskinan dan isak tangis masyarakat di tengah pertempuran kekuasaan.

Pertikaian akibat keangkuhan teologis (Sunni, Syi’ah Khawarij), syahwat politik (penguasa-oposisi), egoisme tribal maupun sektarianisme telah berhasil menyilaukan oknum muslimin dari pencerahan ayat Al-Qur’an “Sesungguhnya orang beriman adalah bersaudara” (QS. al-Hujurat/49: 10)

Ayat itu beserta 6235 ayat lainnya tidak lagi mampu menyadarkan mereka. Kemanakah ayat-ayat yang mereka hapalkan semenjak kecil itu? Ayat-ayat yang yang dituangkan dalam bahasa ibu mereka sendiri? Jangan sampai kita telah termasuk dalam golongan orang-orang yang membaca Al-Qur’an, namun bacaan itu tidak melewati kerongkongan, tidak sampai ke hati, sehingga wajar jika ia tak mampu menghentikan tangan untuk menembak sesama.

Buya berkali-kali menegaskan dalam buku yang dihimpun dari tulisan mingguannya di kolom resonansi harian Republika ini, bahwa ia sama sekali tidak bermaksud menyebarkan pesimisme masa depan Islam. Justru ia ingin, di usianya yang sudah menginjak 83 tahun ini umat Islam segera insaf, atau setidaknya tidak memperburuk suasana. Bahkan jangan sampai kebusukan Timur Tengah itu terduplikasi ke Negara lain, khususnya Indonesia.

Meskipun realitanya, ada saja manusia nusantara yang ikut berbaiat pada kekhalifahan Al-Baghdadi yang telah nyata-nyata menyebabkan penderitaan kaum arab.

Impian semu yang justru mengakibatkan banyaknya pengungsi yang terlantar, lalu mengungsi di negara-negara non-muslim. Dimanakah Negara kaya Dubai, Uni Emirat Arab, Oman dan Kuwait? Mereka justru mengunci rapat-rapat pintu mereka bagai melihat kucing kurap. (h. 92)

Bukankah Islam sangat menjunjung tinggi akhlak bertetangga? Bukankah tetangga muslim mendapatkan hak dobel bagi seorang muslim? Di satu sisi mereka mendapatkan hak dari sesamanya muslim, di sisi lain mereka bertetangga sebagai Negara Arab. Masih percaya dirikah kita meneriakkan bahwa kitalah umat terbaik (QS. Ali Imran/3: 110)?

Dengan latar belakang sejarah penulis di Ohio University dan The University of Chicago, ia mampu mengkritisi realitas getir umat Islam ini dengan beragam angka-angka aktual dan realitas kesemrawutan umat Islam, bahkan sejak 24 tahun pasca wafatnya Nabi Muhammad saw. Pertempuran orang dalam Nabi saw, antara Aisayah ra yang didukung oleh Thalhah dan Zubair adalah perang saudara pertama dalam Islam.

Bukannya semakin merapatkan shaf, perebutan kekhalifahan pasca Usman bin Affan justru meledakkan perang berikutnya antara Ali dan Muawiyah. Yang terakhir ini bahkan masih kita rasakan detik ini, kotak Sunni, kotak Syi’ah dan khawarij. Jika kotak politis itu membuat sesama muslim berperang, bukankah lebih baik mempertimbangkan eksistensi kotak-kotak itu? Tinggalkan Kotak! Tegas Buya Syafii (h. 33)

Buku yang terbagi dalam 5 bab ini dimulai dengan uraian sejarah di bawah judul “Belenggu Masa Lalu” sebagai bagian pertama. Penulis menjelaskan betapa fakta krisi dunia arab hari ini adalah masih merupakan efek permusuhan yang tidak tuntas pada abad pertama hijriah.

Pada 4 bab berikutnya Buya mencoba menganalisis sebab-sebab dari aib besar umat “terbaik” ini. Mulai dari masalah politik (masa salaf maupun khalaf), sektarianisme, hingga kondisi dari pribadi-pribadi umat muslim yang disebutkan oleh murid Fazlurrahman ini sebagai “Kemiskinan Spiritual, Kefakiran Akal Sehat”.

Bulan Ramadhan yang tiap tahun dilewati selama lebih dari 1400 kali pun belum mampu membakar habis syahwat keduniawian mereka. Bukah hanya karena mengkhianati Al-Qur’an, kekacauan ini tidak lain juga disebabkan karena umat muslim buta akan realitas sejarah, kebutaan yang mengakibatkan hilangnya jati diri umat muslim (h. 188)

Buku ini sangat bernas, apalagi ia ditulis oleh sejarawan, cendekiawan muslim yang juga seorang guru bangsa. Begitupun dengan desain sampul yang menampilkan globe yang berfokus pada daratan jazirah arab dengan warna oranye membara, sangat pas mengisyaratkan bahwa buku ini mengkritik “kepingan neraka” di titik sentral bumi itu.

Ditambah lagi dengan testimoni yang sangat menarik, yang diberikan oleh tokoh-tokoh Islam Indonesia yang sudah tidak diragukan lagi kepakarannya: Prof. Dr. M. Quraish Shihab, MA.(Ahli Tafsir),Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA. CBE.(Ahli Sejarah), Prof. Nadirsyah Hosen (Ahli Hukum Islam), Prof. Sumanto Al Qurtuby (Ahli Antropologi Islam) dan Prof. Amin Abdullah (Ahli Filsafat Islam).

Akan tetapi, peresensi menyayangkan absennya tulisan penulis yang tampil khusus mengomentari buku ini. Memang buku ini adalah bunga rampai karya Buya Syafii, namun kata pembuka ataukah epilog dari penulis seharusnya ditampilkan guna menegaskan latar belakang dan tujuan dibukukannya keping-keping pemikiran penulis. Pengantar yang ditulis oleh Muhammad Abdullah Darraz, Direktur Eksekutif MAARIF Institute bisa jadi mewakili nalar penulis, walau tidak sepenuhnya, namun yang lebih penting adalah pembaca buku kehilangan momentum untuk berdialog langsung dengan penulis ketika tidak mendapatkan ungkapan segar sang penulis.

Bagaimanapun, buku ini sebaiknya dibaca oleh seluruh umat Islam, khususnya di Indonesia, walaupun membahas yang serius, bahasa ilmiah popular yang digunakan penulis tetap mengalir dan tetap menegaskan untuk jangan sampai menduplikasi krisis Timur Tengah tersebut ke Nusantara. Selamat Membaca.

Judul Buku      : Krisis Arab dan Masa Depan Islam

Penulis             : Ahmad Syafii Maarif

Penerbit           : Bunyan (PT. Bentang Pustaka)

Cetakan           : I, Maret 2018

Hal                    : xviii+222

ISBN                 : 978-602-291-438-9

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru