27.6 C
Jakarta

Berangus Manipulator Ulama

Artikel Trending

EditorialBerangus Manipulator Ulama
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Gaya manipulator dan pembohong oleh ormas seperti HTI sebenarnya bukanlah hal baru. Sudah lama masyarakat geram dengan gaya manipulator dakwah mereka. Masyarakat dan ormas keagamaan lainnya pun mulai berhitung, bagaimana sesungguhnya dakwah keislaman mereka, apakah dengan cara membohongi umat adalah jalan utama, atau dengan cara menyembunyikan jati dan bermain-main dengan agama menjadikan mereka bisa berdaya. Atau, seharusnya mereka tidak pantas ada?

Gaya manipulator yang memberhalakan khilafah, program HTI atau junjungan HTI, alih-alih disembunyikan justru dipertontonkan kepada publik luas, seperti pencatutan logo NU di acara Hijrahfest yang hendak digelar di Jatim Expo, Surabaya, 14 s/d 16 Oktober. Sungguh menjijikkan.

Kini, ketika giliran ormas seperti PWNU bersuara untuk minta dilepaskan logo NU tersebut pada flayer mereka, mereka bergaya seperti tembok keras. Mereka seolah-olah tidak tahu dan mengatakan tidak ada unsur kesengajaan. PWNU Jatim mendesak panitia penyelenggara untuk meminta pertanggungjawaban atas pencatutan logo NU dalam penyelenggaraan acara Hijrahfest di JX tersebut. Dan mereka ciut. Tapi andaikan mereka tidak ditindak tegas oleh PWNU, sudah pasti mereka akan melanjutkan untuk mendapatkan keberuntungan dari logo NU.

Organisasi terlarang ini terlihat sungguh membahayakan. Mengapa? Sebab dia tidak hanya berbahaya pada ideologinya. Namun ia lebih berbahaya pada sikap-sikap liciknya. Sayangnya sikap licik tersebut sudah menjadi tanaman subur dan hiasan indah di dalam diri dan hidup mereka. Karena itu, kelicikan itu akan terus mereka siram suburkan.

Sudah puluhan tahun HTI hadir dan menentang Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Pancasila. Kehadirannya hanya ingin mengacaukan dan membuat bangsa Indonesia pegelinu. Caranya, mereka memanipulasi sejarah, seperti yang pernah terjadi pada Pater Cerey di film yang mereka buat. Kini mereka berulah kembali dengan cara mencatut logo NU.

Bahkan, lebih para dari perilaku tersebut, HTI ini malah mencatut nama-nama ulama. HTI menyeret nama-nama ulama kondang di Indonesia. Beberapa kali di dalam flayernya terpampang wajah-wajah seperti habib Novel Alaydrus. Mereka memang sengaja menyeret nama-nama ulama untuk di-HTI-kan.

BACA JUGA  Digital Native: Strategi Baru Kontra-Radikalisasi

Tujuannya, ingin memberikan penjelasan kepada umat bahwa seorang habib Novel Alaydrus saja sudah mau bergabung dengan HTI. Masak orang-orang yang tidak bergelar habib masih berselayang pandang di dalam habitat yang tidak jelas.

Selain itu, mereka juga ingin menunjukkan dan ingin memberikan pemahaman kepada masyarakat Indonesia, bahwa jika para ulama sudah bergabung dengannya, maka secara otomatis HTI dianggap berada di jalan yang benar. Apalagi, misalnya, logo NU bisa ada di sana, sudah pasti mereka bergembira seperti jomblo menemukan jodohnya.

Karena dianggap benar, mereka seolah-seolah telah menguasai medan perormasan di Indonesia. Maka itu, mereka melakukan tindakan-tindakan yang menghalalkan segala cara. Padahal yang dilakukan hanyalah menipu umat dan menipu ulama.

Sampai sekarang, kita belum tahu apa komentar dari ulama-ulama yang pernah dicatut namanya pada acara-acara mereka sejak puluhan tahun lalu hingga sekarang. Yang jelas, organisasi HTI terlarang ini terus dan akan terus menerus melakukan hal yang sama, menipu umat dan ulama, untuk memuluskan acara dan mengedarkan ideologi radikal meraka.

Nama-nama ulama seperti habib Novel, Ustaz Abdul Somad, Buya Yahya, Adi Hidayat, dan ulama-ulama lainnya mereka pasarkan. Kemudian nama-nama ustaz dan ulama di atas menjadi tiket masuk untuk bisa meraup kepercayaan umat. Di sinilah kelicikan sekaligus berbahayanya gerakan mereka: HTI.

Sungguh begitu murah ulama-ulama ini di mata HTI. Ulama-ulama di atas, seharusnya merasa tersinggung dan tidak terima. Satu yang seharusnya mereka lihat dan tidak terima: HTI adalah ormas terlarang yang mencoba menghanguskan Pancasila dan NKRI. Oleh karena itu, segala upaya program-program HTI seharusnya ditolak. Dan kita yang mencintai ulama-ulama dan Indonesia, mari kita bersatu padu untuk berangus manipulator ulama. Mari!

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru