29.7 C
Jakarta
Array

Bernegara dengan Santun ala Rasulullah

Artikel Trending

Bernegara dengan Santun ala Rasulullah
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Muhammad SAW, dalam risalah kitab maulid simtudduror karya Habib Ali Husain Al-Habsy, menyebutkan bahwa, Rasulullah(Muhammad) adalah manusia sempurna yang melampaui batas kemanusiaan, dan diciptakan dari an-nur (cahaya). Banyak yang mengulas seperti yang diriwayatkan oleh Abdurrazaq, yang ke-sanad-anya hingga Jabir bin Abdullah Al-Anshari (sahabat nabi), juga perawi hadis lainya seperti Abu hurairah juga meriwayatkan hal yang tidak berbeda.

Nama Muhammad banyak disebut-sebut sebagai pemipin yang bijak, pandai, amanah, mengedepankan kesantunan. Hal tersebut disampaikan oleh banyak-banyak orang hebat, bahkan menurut Michael H. Hart, penulis buku “The 100: A Ranking of The Most Influential Persons in History”, namanya tidak sekadar asing lagi, buku yang pertama kali dicetak pada tahun 1978, menyematkan nama Muhammad pada isian nomor wahid dalam bukunya.

Yang menarik pada buku yang dicetak ulang kembali pada 1992 itu begitu menggemparkan Islam, bukan hanya Islam, akan tetapi, seluruh dunia memperhatikan karnya. Mempertanyakan mengapa Muhammad yang notabenya tidak sealiran denganya, dinobatkan olehnya sebagai pemimpin yang paling sukses di sepanjang sejarah kepemimpinan.

Ada beberapa alasan yang ia lesatkan pada publik, salah satu pernyataanya dikemukakan secara ilmiah lewat bukunya, Muhammad memberi dampak yang baik bagi umat yang dipimpin, dia seorang yang cerdas dalam memipin sebuah bangsa. Hart juga menilai, Muhammad itu sanggup mengubah paradigma jahiliyah yang penuh egoisme, individual yang tak memiliki pedoman yang konkret untuk bersosial, mengedepankan nilai-nilai kebersamaan.

Disisi lain, masih dengan pendapat Hart, secara langsung Muhammad itu menjadikan Arab itu menjadi bangsa yang beradab.penuh etika dan mencetak peradaban juga budaya baru di arab, mampu memberikan dampak ekonomi yang begitu signifikan.

Pemimpin Idaman Dunia

“Tak bisa dipungkiri lagi, akhir-akhir ini, dunia membutuhkan sosok pemimpin yang bersahaja. Tanpa memandang sebelah mata, siapa yang dipimpin, bagaimana menanggapi isu-sosial yang merebak, ataupun hukum ataupun kebijakan apa yang akan diambil seorang pemimpin kemakmuran bagi rakyatnya?”

Dalam konteks sekarang, problematika bermunculan diseluruh dunia, bahkan tiap negara itu memiliki sebuah persoalan yang begitu pelik, dan keberagaman umat beragama menjadi salah satu problem yang banyak dijumpai. Akhirnya, pertikaian pun tak bisa dielakkan, yang lebih nahas, perang saudara akibat tak bisa menerima keberagaman pun membuat kehidupan mereka tak bisa berdampingan dengan selaras.

Namun tidak ketika masa Rasulullah SAW, ia mampu menjawab kepemimpinan, melaksanakan progress yang luar biasa bagi jazirah arab. Ia bisa memecah fanatisme paganisme di semenanjung arab. Sehingga muncullah piagam madinah,yang sampai saat ini, dalam catatan sejarah, piagam madinah ialah perjanjian tertulis pertama kali di dunia.

Islam dan Quraisy hidup berdampingan layaknya tak ada beban diantara mereka. Dan puncaknya, Quraisy itu mengakui, Muhammad ialah pemimpin yang cocok untuk Jazirah Arab, saat Perjanjian Hudaibiya berlangsung selama sepuluh tahun. Tak ada peperangan, yang ada ialah ketentraman.

Hal ini ditegaskan dalam buku “Hayat Muhammad (Sejarah Hidup Muhammad)” yang ditulis oleh Muhammad Hussain Haekal 1935, “sekali lagi, peristiwa-peristiwa yang terjadi itu membuktikan kebenaran kebijaksanaan Muhammad, membenarkan pandangan yang jauh, serta politiknya yang tepat sekali. Selanjutnya membuktikan pula, ketika ia membuat Perjanjian Hudaibiya itu, ia telah meletakkan dasar yang kukuh sekali dalam kebijakan politik dan pemyebaran islam.”

Dengan kebijakannya itu, ia diterima oleh negara-negara adikuasa lainya, seperti Bzantium dan Persi, maupun negara besar lainya.Islam diterima oleh seluruh ummat manusia kala itu, bahkan negara sekokoh persi dan Bizantium, menaruh simpati pada kepemimpinan Muhammad.

Bahkan juga, ketika sahabat-sahabat mengirim surat kepada negara besar, seperti halnya Nabi Muhammad mengutus pengiriman surat ke Heraklius oleh Dihya bin Khalifa, surat kepada Kisra disampaikan oleh abdullah bin Hudhafa, surat kepada Najasy oleh ‘Amr bin Umayya, dan surat-surat yang lain, mereka sedemikian terbuka menanggapi permintaan Muhammad untuk menyebarkan Islam di wilayahnya.

Diatas tercetak jelas, bagaimana cara pandang Rasulullah SAW dengan gaya kepemimpinanya yang bijaksana menjadikan suri tauladan yang baik bagi pengikutnya, berdakwah dengan santun tidak sedikitpun tercermin radikalisme. Bagi penulis, dunia kita membutuhkan sosok-sosok ala Rasulullah, sebagai salah satu contoh pemimpin idaman dunia saat ini.

Apalagi melihat isu yang berkembang, agama dan politik kian terpojokkan keberadaanya. Agama dijadikan landasan utama mengatasnamakan jihad. Islam berkembang pesat ke seluruh penjuru dunia karena kesantunanya, sebagai agama yang Rahmatan Lil alamiin, tidak dengan tradisi destdruktif maupun radikal. Islam datang dengan lemah lembut tanpa kekerasan. Saatnya kita bangun dan pertahankan paradigma dunia, bahwa sampai detik ini islam yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW, masih seperti islam pada masanya beliau, yakni santun, bijak dan mengedepankan kebersamaan mencapai kerukunan.

*Oleh : Achmad Fakhrudin, Presiden BEM STIBI Syekh Jangkung Pati. Aktif di Gubuk Literasi Tansaro.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru