29.7 C
Jakarta

Benarkah Rasulullah Pernah Berwasiat Tentang Khilafah

Artikel Trending

Asas-asas IslamHadistBenarkah Rasulullah Pernah Berwasiat Tentang Khilafah
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. – Kelompok Ahlussunnah Wal Jamaah memiliki keyakinan bahwa Rasululllah Saw tak pernah berwasiat tentang khilafah, bahkan beliau menyerahkan kepemimpinan kepada kesepakatan ummat.

Namun, sebagian kelompok meyakini bahwa Rasullullah pernah berwasiat tentang khilafah,  salah satu riwayat yang menjadi argumen bahwa rasullulah pernah berwasiat tentang khliafah adalah hadist yang diriwayatkan oleh Imam At-turmudi sebagai berikut:

مَنْ كُنْتُ مَوْلَاهُ فَعَلِيٌّ مَوْلَاه (رواه الترمذي)

“Barang siapa yang menjadikan aku sebagai maula(tuan)-nya, maka Ali adalah maulanya juga.”

Bagaimana tanggapan para ulama’ mengenai hadist tersebut?

Mari kita lihat tanggapan Imam Nawawi mengenai hadist ini dalam kitab fatawa lil imam an-nawawi, sebagai berikut:

واما قوله “من كنت مولاه فعلي مولاه” فحديث صحيح رواه الامام ابو عيسى الترمذي وغيره, قال الترمذي ححديث حسن صحيح. ثم معني هذا الحديث عند العلماء الذين هم اهل هذا الشأن وعليهم الاعتماد في تحقيق هذا ونظائره,من كنت ناصره ومواليه ومحبه موصافيه فعلي كذالك, قال الامام عبد الله محمد بن ادريس الشافعي رحمه الله تعالي: اراد النبي بذالك ولاء الاسلام كما قال تعالي: ذٰلِكَ بِاَنَّ اللّٰهَ مَوْلَى الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَاَنَّ الْكٰفِرِيْنَ لَا مَوْلٰى لَهُمْ (محمد: 11)

Adapun Sabda Nabi Muhamaad Saw “Barang siapa yang menjadikan aku sebagai maula(tuan)-nya, maka Ali adalah maulanya juga” maka merupakan hadist shohih yang diriwayatkan oleh Imam Abu Isa AtTirmidzi dan lainya. At-Tirmidzi mengatakan hadist itu adalah hadist hasan lagi shohih. Kemudian adapun makna hadist ini menurut para ulama’ yang ahli dalam masalah ini dan mereka bersandar pada kenyatan serta pada bandingan hadist ini, maknanya adalah siapapun yang menjadikan aku sebagai penolong, tuan, sahabat, serta kekasihnya. Maka Ali juga demikian.

Imam As-syafi’i berkata: “Adapun yang dikehendaki nabi adalah pelindung Islam. Sebagaimana firman Allah dalam Surat Muhammad ayat 11: Hal itu (terjadi) karena Allah pelindung bagi orang-orang yang beriman, sedangkan orang-orang kafir tidak mempunyai pelindung.”

Menurut Imam An-Nawawi hadist tersebut merupakan hadist yang shohih. Hadist ini dimaknai oleh para ulama’ siapapun yang mencintai Nabi maka juga harus mencintai sayyidina Ali.

Imam An-Nawawi lantas mennyebutkan asbabul wurud dari hadist ini, berikut redaksinya:

وقيل: سبب هذا الحديث ان أسامة بن زيذ رضي الله تعالي عنهما قال لعلي: لست مولاي, انما (مولاي) رسول الله صلي الله عليه واله وسلم, فقال رسول الله الله صلي الله عليه واله وسلم: من كنت مولاه فعلي مولاه.

Dikatan adapun sebab munculnya hadist ini adalah sesungguhnya Usamah bin Zaid berkata pada Sayyidina Ali “Engkau bukanlah tuanku, hanya sanya tuanku adalah Rasulullah Saw. Lalu Rasulullah bersabda “Barang siapa yang menjadikan aku sebagai maula(tuan)-nya, maka Ali adalah maulanya juga

Imam An-Nawawi menyebutkan bahwa penyebutan Sayyidina Ali bukan berarti menafikan yang lainya, penebutan tersebut didasari karena Usamah bin Zaid mengatakan demikian kepada Sayyidina Ali.

BACA JUGA  Kepemimpinan dalam Islam, Landasan Etika dan Tanggung Jawab Menurut Pandangan Hadis

Keterangan selanjutnya kami temukan dalam kitab Al-“Awasim Minal Qawasim karya salah salah satu ulama’ madzhab maliki yakni Muhammad Bin Adullah As-Syibliy Al-Malikiy. Berikut redaksinya:

عن فضيل بن مرزوق أن الحسن المثني بن الحسن السبط بن علي بن أبي طالب سئل فقيل له: ألم يقل رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم: “من كنت مولاه فعلي مولاه”؟ فقال: بلى، ولكن والله لم يعن رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم بذلك الإمارة والسلطان. ولو أراد ذلك لأفصح بهم به، فإن رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم كان أنصح للمسلمين. ولو كان الأمر كما قيل لقال: يا أيهنا الناس هذا ولي أمركم والقائم عليكم من بعدي، فاسمعوا له وأطيعوا. والله لئن كان الله ورسوله اختار عليا لهذا الأمر وجعله القائم للمسلمين من بعده ثم ترك علي أمر الله ورسوله، لكان علي أول من ترك أمر الله ورسوله. ورواه البيهقي من طرق متعددة في بعضها زيادة وفي بعضها نقصان والمعنى واحد

Dari Fudayl bin Marzouq bahwa Al-Hassan Al-Muthanna bin Al-Hassan Al-Sibt bin Ali bin Abi Thalib ditanya, dan dikatakan kepadanya: Bukankah Rasulullah pernah bersabda: “Barang siapa aku menjadi tuannya, maka Ali adalah tuannya”?

Dia berkata: Ya, tetapi demi Allah, Rasullulah bersabda demikian tidak bermaksud sebagai kepemimpinan dan kekuasaan. Dan jika Rasullulah menginginkan itu, Beliau akan mengungkapkannya kepada mereka. Karena Rasulullah Saw adalah pemberi nasihat kepada kaum muslimin.

 Dan jika hal itu seperti yang dikehendaki, Rasulullah akan Bersabda: “Wahai manusia, ini adalah wali Anda dan orang yang bertanggung jawab atas Anda setelah saya, maka dengarkan dia dan patuhi dia.”

Demi Allah, seandainya Allah dan Rasul-Nya memilih Sayyidin Ali untuk urusan ini dan menjadikannya sebagai pemimpin kaum muslimin setelahnya, kemudian Sayyidina Ali meniggalkan perintah Allah dan Rasul-Nya, maka Sayyidina Ali akan menjadi orang pertama yang meninggalkan perintah Allah dan perintah Rasul-Nya. Al-Bayhaqi meriwayatkan hadist ini dari beberapa jalur, ada yang ditambah dan ada yang dikurangi, dengan makna yang sama.

Dari beberapa redaksi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa sabda Rasulullah diatas bukan berarti Rasulullah menghendaki adanya khilafah, namun hadist ini bertujuan untuk menjawab pernyataan Usamah Bin Zaid yang berkata kepada Sayyidina Ali bahwa yang menjadi maulanya hanyalah Rasulullah. Sehinngga seandainya Nabi menginginkan Sayyidina Ali sebagai penggantinya, niscaya Rasulullah akan memperjelas perkataannya kepada kaum muslim.

والله اعلم بالصواب

Oleh M Arif Ridwan

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru