29.7 C
Jakarta
Array

Benarkah Al-Qur’an Buatan Pendeta ?

Artikel Trending

Benarkah Al-Qur'an Buatan Pendeta ?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

“Islam dan Al-Qur’an berikut ajarannya merupakan hasil karya Pendeta Bahira. Ia kemudian memberikannya kepada Muhammad ketika berada di Syam. Muhammad bersama pamannya pernah sekali berada di Syam. Di Bushra ia sempat mengenal pendeta warga Nasthuri di sebuah biara Kristen yang mengajarinya ilmu tentang Taurat.” Norman Daniel, al-Islam wa al-Gharb min Sanah 1100 ila 1350 M.

BANTAHAN :
Betapa banyak tuduhan yang serupa mengenai ini, ketika sumbernya adalah Kristen, pendeta yang dimaksud adalah Sergius atau Bahira. Atau bahkan Waraqah bin Naufal. Namun ketika bersumber dari Yahudi, maka Al-Qur’an merupakan made in pendeta Yahudi Israel tak dikenal. Kita juga tidak tahu persis mengapa hal ini bisa terjadi. Konon Bedrody Alfonso, pria yang disinyalir keturunan Bani Israel adalah guru Muhammad.
Tuduhan-tuduhan ini bolehlah dianggap sebagai tuduhan yang tidak memiliki kekuatan karena bersifat tumpang tindih. Terkadang Bahira, kemudian Waraqah, atau Bedrody Alfonso. Bukankah kenyataan ini sudah cukup untuk membantah kebohongan tersebut?
Masihlah banyak hal-hal yang perlu kita ketahui dan pertimbangkan terlebih dahulu, diantaranya :
1. Sewaktu berada di Syam bersama pamannya, Muhammad kal itu masih berusia sembilan tahun. Sungguh tidak masuk akal, bila seorang bocah yang tidak pernah sekolah dapat mengerti bahasa maupun apa yang didiktekan Bahira.
Ketika berusia dua puluh lima tahun, Muhammad bersam Maisarah, orang kepercayaan Khadijah, kembali mengunjungi Syam dalam sebuah perjalanan niaga. Maisarah hanya menuturkan penampakan pemeliharaan Allah pada Muhammad. Pada kesempatan ini, Muhammad tidak pernah bertemu dengan seorang peendeta pun. Lalu mengapa kita menafikan mukjizat-mukjizat Allah kepada nabi-Nya dalam perjalanan niaga ini? Mengapa timbul prediksi bahwa Muhammad menerima agama baru pada perjalanan ini?
Ada tanya yang membenak. Ketika Muhammad berusia sembilan tahun sungguh tidak masuk akal ia mampu memahami Al-Qur’an. Terlebih ia adalah seorang yang tidak pernah mengenyam bangku pendidikan. Kemungkinannya, Muhammad baru memahami Al-Qur’an ketika telah berusia dua puluh lima tahun. Namun asumsi ini termentahkan oleh bantahan rasional bahwa ketika berusia sembilan tahun dirinya tidak mengenal baca tulis. Ketidakmampuan baca tulis Muhammad, pun tidak beda ketika ia berusia dua puluh lima tahun.
Kemudian bagaimana Muhammad mampu memenej bisnis dengan Khadijah binti Khuwailid, sementara Khadijah belum resmi menjadi istrinya? Mungkinkah dirinya dengan kantong pribadi pergi ke Syam secara sembunyi-sembunyi dalam rangka menemui Bahira untuk menerima Al-Qur’an?
Apa hubungan Muhammad dengan Bahira? Mengapa Bahira memilih Muhammad untuk mengemban risalah ini? Mengapa bukan anak, keluarga dekat atau bahkan dirinya sendiri?
Mengapa bahira dengan cuma-cuma memberikan popularitas transedental, titel manusia terbaik dan penyelamat umat kepada seorang Arab yang yatim ini? Bukankah dirinya lebih memiliki kelayakan dibanding yatim Abu Thalib?

2. Dalam perjalanan pertamanya, Muhammad tidak memiliki banyak waktu dengan Bahira. Sebab kerumunan disekitarnya. Sementara waktu merupakan faktor yang mesti diperhatikan. Apakah seorang bocah yang tidak sekolah mampu memahami global dan rinci sebuah Al-Qur’an hanya dalam dua atau tiga hari?

3. Telah terbukti secara rasional dan obyektif bahwa Al-Qur’an bukan produk manusia. Bahira, begitu juga Waraqah bin Naufal dan Alfonso, semua adalah manusia. Meski Muhammad belajar kepada mereka ribuan tahun, mereka tidak akan pernah mampu menjiplak Al-Qur’an dan menemukan format agung yang menakjubkan.

4. Baik Bahira maupun Waraqah tidak hidup sezaman dengan rentetan waktu kejadian yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Dimana Bahira atau Waraqah ketika Rasulullah menanyakan suatu permasalahan? Ketika Al-Qur’an langsung memberikan jawaban dan penegasan. Bukti ini sangat membantah dugaan Al-Qur’an berasal dari mereka. Sekiranya sebagian Al-Qur’an beraasal dari mereka, tentunya kejadian-kejadian yang terjadi sesudah mereka disebutkan Nabi dengan gaya bahasa yang berbeda. Kemudian meniscayakan dualisme gaya bahasa dalam Al-Qur’an. Hal ini jelas tidak dapat dibenarkan. Sepintar apapun Bahira maupun yang lain, ia tidak akan pernah mengetahi kejadian-kejadian yang akan terjadi sepeninggal dirinya sepuluh tahun mendatang.

5. Dalam Al-Qur’an terlalu banyak dijumpai ayat yang berseberangan dengan akidah Kristen dan Yahudi. Bagaimana mungkin Bahira atau Waraqah yang Kristen dan pendeta Yahudi membeberkannya?
Diantaranya ayat-ayat yang berseberangan dengan Kristen,
“Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: “(Tuhan itu) tiga”, berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara.”(An-Nisa’:171)

“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam”, padahal Al Masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu”. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” (Al-Maidah:72)

Sungguh sangat beda antara monotheisme absolut Islam dengan trinitas Kristen Bahira.

Kemudian berikut ayat-ayat yang berseberangan dengan Yahudi,
“Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: “Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang merahnya”. Musa berkata: “Maukah kamu mengambil yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta”. Lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas.” (Al-Baqarah: 61)

“Dan kamu akan melihat kebanyakan dari mereka (orang-orang Yahudi) bersegera membuat dosa, permusuhan dan memakan yang haram. Sesungguhnya amat buruk apa yang mereka telah kerjakan itu.” (Al-Maidah:62)

Dengan bantahan-bantahan ini, cukuplah menjadi salah satu kebenaran yang seringkali ditutup-tutupi oleh segolongan orang yang benci terhadap Islam. Semoga dapat dengan ini pula dapat menambah semangat kita untuk terus mempelajari agama Islam secara lebih mendalam. Amiin…

Referensi :Dr. Syauqi Abu Khalil, ISLAM MENJAWAB TUDUHAN

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru