30 C
Jakarta

Aksi Bela Islam adalah Aksi Damai?

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanAksi Bela Islam adalah Aksi Damai?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Masih ingatkah Aksi Bela Islam III yang terjadi pada 2 Desember 2016 di Jakarta, Indonesia? Kalau lupa-lupa ingat, aksi ini biasanya akrab disebut dengan Aksi 212. Sudah ingatkah? Jika Anda sudah ingat, saya pengin lanjutkan pembahasannya. Begini.

Aksi 212 sesungguhnya dilatarbelakangi oleh politik yang bersikukuh menuntut Gubernur DKI Jakarta nonaktif, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan penistaan agama. Ribuan massa berkumpul di sekitar tugu Monas Jakarta.

Massa yang berkumpul memang memiliki latar belakang politik atau organisasi yang berbeda-beda. Tapi, yang menjadi penggerak dari semua itu adalah organisasi masyarakat Front Pembela Islam (FPI) yang dipimpin oleh Habib Rizieq Shihab (HRS). Sampai kemudian, aksi itu berhasil memenjarakan Ahok.

Sudah berganti tahun aksi 212 masih belum kunjung usai. Pergantian tahun aksi ini dirayakan seakan momen tahunan perayaan Idhul Fitri. Setiap tahun dilaksanakan perayaan Reuni 212 yang dihadiri oleh massa yang jelas memiliki kepentingan politik yang serupa. Penggeraknya tetap saja orang FPI.

Saya, mungkin juga Anda, sebagai rakyat Indonesia melihat 212 merupakan hak masing-masing rakyat untuk melengserkan kubu atau pihak tertentu. Tapi, saya merasa terusik begitu 212 dianggap sebagai momen yang sakral. Seakan sangat merugi kalau reuni 212 tidak lakukan setiap tahun. Sakralitas 212 sepertinya sudah menyamai sakralitas Al-Qur’an yang tidak boleh diganggu gugat.

Sakralitas 212 kini masih tetap menjadi rukun iman yang ketujuh bagi penggeraknya sendiri. Salah satunya, yang baru-baru ini menyatakan dalam sebuah rekaman video adalah musisi Ahmad Dani. Saya pikir, Ahmad Dani keterlaluan begitu berprasangka buruk melihat banyak orang yang memandang tidak suka atau mengkritik aksi 212. Baginya, aksi ini dianggap sebagai aksi damai.

BACA JUGA  Hindari Golput dan Gunakan Suaramu dengan Bijak

Saya kurang setuju bila aksi 212 disebut sebagai aksi perdamaian. Buktinya, aksi ini belum mampu menyatukan dua kubu masyarakat Indonesia yang terpecah: Kubu Cebong dan Kubu Kampret. Apalagi, pimpinan aksi ini masih berlawan secara pemikiran dengan Presiden. Sikap semacam ini jelas bukan sikap yang menyatukan dan mendamaikan.

Motivasi aksi 212, kalau tidak salah, adalah melengserkan Presiden Jokowi. Sayangnya, mereka menggunakan instrumen agama untuk memuluskan aksinya. Agama sangat dielu-elukan di tengah masyarakat Indonesia. Sehingga, menjadikan agama sebagai topeng, adalah cara yang sangat jitu dan apik.

Menghadirkan agama di tengah politik debatable, diperdebatkan. Sikap picik semacam ini jelas pernah digugat oleh Gus Dur. Karena, agama hendaknya dibedakan dengan politik. Tidak perlu agama mengurus negara atau perpolitikan. Karena, perpecahan berada di ujung tanduk begitu menjadikan agama sebagai instrumen politik.

Banyak sekali sikap menghadirkan agama dengan konfirmasi ayat-ayat Al-Qur’an untuk meraih kekuasaan. Salah satunya, menuntut Ahok sebagai penista agama dengan dalih pelanggaran terhadap bunyi surah al-Ma’idah ayat 51 yang mana ayat ini hanya dipahami oleh dengan larangan memilih pemimpin non-muslim. Padahal, ayat ini tidak memiliki hubungan dengan politik praktis. Ayat ini hanya memberikan solusi untuk tidak berteman dengan non-muslim yang jahat pada masa dulu.

Mari berpolitik yang sehat. Politik yang sehat hendaknya dilakukan dengan tanpa merugikan orang lain. Berpolitik yang dapat menyatukan perbedaan, melerai perselisihan, dan berdamai dengan keadaan. Ingat, kepentingan 212 itu tidak ada apa-apanya dibandingkan kepentingan persatuan yang dibangun di tubuh negara Indonesia secara khusus dan Islam secara umum. Bersatulah tanpa melihat selain Anda adalah orang lain.[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru