29.7 C
Jakarta
Array

Belajar Toleransi Dari Khalifah Umar ibn al-Khathtab

Artikel Trending

Belajar Toleransi Dari Khalifah Umar ibn al-Khathtab
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Belajar Toleransi Dari Khalifah Umar ibn al-Khathtab

Oleh: Al-Mahfud*

Belakangan, toleransi kembali menjadi isu dan diskursus yang dibicarakan banyak kalangan di negeri ini. Seiring panasnya situasi politik beberapa waktu belakangan, yang berimbas pada bergejolaknya hubungan antar kelompok, agama, etnis, golongan, dan lain sebagainya, isu toleransi kembali muncul dan memang penting untuk kembali ditanamkan dan diperkuat kembali. Sikap toleran menjadi hal mendasar yang harus ada dalam diri setiap orang, terlebih jika hidup dalam masyarakat plural sebagaimana di Indonesia.

Sebab, sikap toleran membuat orang lebih dewasa dalam menyikapi perbedaan. Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, sikap toleran yang tertanam dalam diri setiap orang menjadi modal penting bagi kehidupan masyarakat yang aman, tentram, rukun, dan kuat. Pada gilirannya, hal tersebut akan menjauhkan masyarakat dari perpecahan, kekerasan, dan berbagai bentuk aksi teror yang meresahkan.

Setiap orang diharapkan bisa belajar menanamkan dan menumbuhkan sikap toleran dalam diri masing-masing. Bagi seorang pemimpin, diharapkan mampu memberi teladan dalam menyemai nilai-nilai toleransi. Karena kita tahu, bagaimana sikap pemimpin akan sangat berpengaruh terhadap sikap rakyatnya. Dalam sejarah Islam, ada banyak pemimpin atau khalifah yang sadar pentingnya memelihara persaudaraan dengan semua golongan masyarakat. Baik dari kalangan muslim maupun non-muslim.

Contoh khalifah yang sadar pentingnya memelihara toleransi adalah Umar ibn al-Khaththab. Khalifah kedua di masa Khulafau Rasyidin yang menggantikan Abu Bakar Al-Shiddiq tersebut awalnya dikenal berkarakter keras dan kasar. Awalnya, beliau merupakan seorang penentang Rasulullah Saw. sebelum akhirnya menjadi pendukung setia beliau. Saat menjadi khalifah, Umar ibn al-Khaththab melemahkan sifat kerasnya, kecuali bagi orang-orang yang zalim.

Sejarah telah mencatat nama Umar ibn al-Khathtab sebagai pemimpin yang berhasil menorehkan prestasi gemilang. Selain perluasan wilayah, penertiban administrasi negara dan pembentukan dewan-dewan penting, satu hal yang menonjol dari beliau adalah kepedulian terhadap rakyatnya. Umar ibn al-Khaththab merupakan pemimpin yang sadar akan amanah dan tanggungjawabnya. Beliau sering blusukan ke permukiman warga untuk melihat langsung persoalan yang dihadapi rakyatnya.

Sebagai pemimpin, Umar ibn al-Khaththab memberi perlindungan pada semua golongan, termasuk pada golongan non-muslim. Fuad Abdurrahman, dalam bukunya The Great of Two Umars (2016) menjelaskan, di perjanjian dengan penduduk Iliya (Yerussalem), Umar menyatakan: “Inilah janji perlindungan keamanan dari hamba Allah, Umar Amirul Mukminin, kepada penduduk Iliya, yaitu keamanan bagi diri mereka, harta benda, gereja-gereja, salib-salib, serta segala keperluan peribadatan mereka. Gereja mereka tak akan diduduki, dirobohkan, dipersempit, diambil salib-salibnya, begitu juga harta-harta mereka tak akan diambil. Tidak pula mereka dipaksa meninggalkan agama mereka atau diintimidasi serta tidak akan diperbolehkan kaum Yahudi tinggal bersama mereka di Iliya”

Kita melihat bagaimana Khalifah Umar ibn al-Khaththab, seseorang yang dikenal keras dan kasar, saat menjadi khalifah tetap memiliki kesadaran akan pentingnya menjaga hubungan dengan umat lain, lewat perlindungan yang diberikannya. Sikap tersebut tentu dilandasi ketaqwaan pada Allah Swt. Sebab Islam memang mengajarkan setiap muslim untuk berbuat baik dan tidak zalim pada siapa pun, termasuk non-muslim. Bagi seorang pemimpin, hal ini diwujudkan lewat pemerintahan yang adil dan merangkul semua golongan rakyatnya.

Selain Umar ibn al-Khaththab, khalifah yang menunjukkan kepedulian tinggi terhadap golongan atau pemeluk agama lain adalah Umar ibn Abdul Aziz. Beliau merupakan seorang khalifah Bani Umayah yang, meskipun hanya memimpin dalam waktu singkat, tak sampai tiga tahun mampu membuat perubahan berarti bagi masyarakat. Beliau berhasil memperbaiki birokrasi, menghapus pajak-pajak tambahan dan retribusi, dan mengembalikan fungsi Baitul Mal sehingga menumbuhkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Dalam sebuah kisah disebutkan, suatu hari khalifah Umar ibn Abdul Aziz mendapat laporan dari kaum Kristen dzimmi (non-muslim yang mendapat perlindungan pemerintah Islam), bahwa al-Walid ibn Abdul Malik, gubernur di Damaskus, telah merobohkan gereja Yohana demi perluasan masjid. Mendengarnya, khalifah Umar dengan tegas meminta tanah gereja harus dikembalikan dan bangunan yang terlanjur dirusak harus dibangun kembali.

Kita tahu, Umar ibn Abdul Aziz tak sekadar pemimpin. Ia merupakan seorang imam, ahli fikih, hafidz, dan mujtahid. Dengan demikian, keilmuan beliau tak diragukan lagi. Beliau menyadari bahwa pembangunan rumah Tuhan tak boleh dilandasi dan mengakibatkan kebencian bagi yang lain.

Nasiruddin, dalam bukunya Kisah Keadilan Para Pemimpin Islam (2008) mengatakan jika perintah khalifah Umar ibn Abdul Aziz untuk membangun kembali gereja yang telah dirubuhkan tersebut menjadi wujud keadilan yang substantif, tak sekadar keadilan imajinatif–misalnya dengan mengganti gereja di tempat lain yang lebih luas dan mewah. Hal tersebut menandakan suatu perintah yang datang dari seorang pemimpin dengan keagungan dan  kedalaman ilmu.

Kisah-kisah tersebut membuat kita belajar dan merenung. Apakah selama ini kita sudah meneladani keadilan dan sikap bijak para khalifah tersebut dalam menyikapi perbedaan? Jika selama ini kita selalu merasa benar dengan melakukan kekerasan dan menyingkirkan kelompok lain yang berbeda dengan kita, sedalam apakah keilmuan kita jika dibandingkan para khalifah di atas?

*Penulis adalah alumni Pendidikan Islam STAIN Kudus

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru