33.2 C
Jakarta

Beginilah Cara Kita Memerangi Radikalisme

Artikel Trending

Milenial IslamBeginilah Cara Kita Memerangi Radikalisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Kemarin saya mengikuti acara talkshow yang diadakan oleh Harakatuna dan Satu Nusa. Acaranya seputar urgensi Pancasila melawan radikalisme yang sampai detik ini masih bertebaran di berbagai sudut negara Indonesia. Di tengah bergejolaknya politik, paham radikal seringkali masuk dan menjadi penyusup dengan cara halus. Sedang, paham ini amat sangat berbahaya, baik kepada sikap seseorang maupun kepada sistem negara sendiri.

Sebelum acara berlangsung saya ngobrol dengan seorang panitia. Dia ikut aktif menjadi bagian dari pegiat membumikan pemikiran Gus Dur atau lebih akrab disebut dengan GusDurian. Dia bercerita. Pernah ada seorang kelompok FPI yang menyudutkan GusDurian karena cara pandangnya yang berbeda dan orang ini merasa risih dengan kehadiran pemikiran Gus Dur. Tak lama setelah itu orang yang sama sakit sehingga terpaksa dilarikan ke rumah sakit terdekat.

Di tengah sakit yang menimpa pengikut FPI, beberapa pegiat GusDurian ikut menyumbangkan dana untuk perawatan dan kesembuhannya. Begitu orang itu sembuh dan tahu bahwa bantuan dana itu dari organisasi yang pernah ia benci akhirnya menyesal atas perbuatannya yang sudah-sudah. Dia merasa bersalah dan menyadari bahwa apa yang diajarkan FPI tidak benar. Dia mengagumi atas pemikiran Gus Dur yang peduli tanpa pandang bulu, status, dan agama. Siapa saja yang hidup di alam semesta ini harus dikasihani, karena mereka bersaudara satu sama lain.

Sekilas cerita ini mungkin sama dengan kisah Nabi Muhammad dan umatnya tempo dulu. Banyak umat Nabi Saw.–seperti Umar Ibn Khaththab–yang pada mulanya membenci beliau lalu pada akhirnya berganti menjadi cinta saat sadar bahwa dakwah Nabi Muhammad adalah kebenaran yang patut diperjuangkan. Saya yakin, orang yang masih dalam belenggu radikalisme sesungguhnya belum sadar bahwa kebenaran itu tidak hanya satu, tapi banyak, semua manusia bersaudara, dan semua agama menolak kekerasan.

Saya sekalipun tidak aktif di organisasi GusDurian tetap mempelajari pemikiran Gus Dur yang sampai detik ini masih hidup, walau beliau sudah tiada. Gus Dur termasuk anak bangsa yang patut dibanggakan. Saya senang sekali sudah membaca buku Gus Dur, salah satunya, berjudul “Tuhan Tidak Perlu Dibela”. Memang benar, buat apa bela Tuhan yang kekuasaan-Nya berada di atas kekuasaan makhluk-Nya, sehingga Tuhan tidak membutuhkan pembelaan. Seharusnya, yang perlu dibela adalah orang yang tertindas dan orang yang lemah. Sikap semacam ini yang menjadi semangat Gus Dur membela siapa saja yang dicela dan disudutkan. Dahulu Inul disudutkan oleh FPI, lalu Gus Dur yang bela. Ahmad Dhani pun juga pernah dicemooh oleh FPI, lalu Gus Dur juga yang bela. Bagi Gus Dur, tidak boleh salah seorang mencela dan menyudutkan orang lain, karena semuanya bersaudara.

BACA JUGA  Jalan Licik HTI Harus Segera Dilenyapkan di Bumi Indonesia

Membumikan nilai persaudaraan akan dapat mengantarkan bangsa ini kuat dengan persatuan, dan hormat dengan perbedaan. Gus Dur juga mengkritik pemikiran FPI dengan tandas. “FPI organisasi bajingan,” sebut Gus Dur. Mendengar sebutan bajingan memiliki makna bahwa FPI adalah organisasi yang brutal, tidak mengindahkan perbedaan, dan tidak menyukai Islam yang ramah dan sejuk. Bajingan memiliki konotasi negatif sehingga dilihatnya tidak menyenangkan, bertindak tanpa pengetahuan, dan mengambil keputusan dengan sikap egois dan arogan. Masihkah FPI diharapkan di Indonesia? Tidak. Indonesia membutuhkan sikap yang pluralis seperti pemikiran Gus Dur, bukan sikap ekstrem seperti pemikiran FPI.

Saya tidak menyudutkan pegiat organisasi FPI dari sudut pandang kemanusiaan. Saya hanya mengkritik cara berpikir FPI–yang menurut Rocky Gerung–dungu. Nalarnya tidak jalan. Melihat objek dengan cara dangkal. Padahal, di balik objek itu ada lapisan makna yang seharusnya digali sehingga cara pandang FPI menjadi luas dan tidak gampang menyesatkan, apalagi mengkafirkan. Naudzu billah!

Seusai acara Harakatuna kemarin, saya terus berharap bagaimana acara ini dapat menyadarkan generasi bangsa untuk memerangi radikalisme, karena paham ini menjadi benalu, bahkan virus yang dapat merusak organ negara Indonesia. Save Indonesia![] Shallallah ala Muhammad

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru