25.4 C
Jakarta

Tindakan Pemerintah dalam Mencegah Paham Radikal

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanTindakan Pemerintah dalam Mencegah Paham Radikal
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Pembubaran kelompok radikal masih menjadi kontroversi. Ada yang setuju. Ada pula yang tidak setuju. Terlepas dari kontroversial ini penting untuk diperhatikan alasan orang yang setuju dengan pembubaran yang dilakukan oleh pemerintah.

Alasan mendasar dibubarkannya kelompok radikal dapat dilihat dari argumentasi yang disampaikan eks-returnis ISIS Pebriansyah dan mantan napiter Syahrul Munif. Mereka melihat kelompok radikal pantas dibubarkan karena satu alasan: bertentangan dengan NKRI.

Apa itu radikalisme? Terus bagaimana ciri-cirinya? Radikalisme itu paham yang diwarnai dengan mindset yang tertutup dan aksi-aksi kekerasan. Sedangkan, ciri-cirinya, sebut Habib Husein Jakfar Al-Hadar, mencakup 3 hal: 1- takfiri (mengkafirkan orang lain), 2- menjadikan aksi-aksi kekerasan sebagai solusi, dan 3- meletakkan kepentingan politik di atas nilai-nilai kemanusiaan.

Tiga ciri radikalisme tersebut jelas tergambar dalam tubuh kelompok radikal. Dengan mindset yang tertutup kelompok ini mudah mengklaim orang lain yang tidak sepaham dengan orang kafir. Kelompok ini juga tidak segan-segan melakukan aksi-aksi kekerasan semisal sweeping dan demonstrasi terhadap tempat-tempat yang dianggap maksiat, dan berpolitik dengan berlindung di balik instrumen agama.

Meletakkan politik di atas nilai-nilai kemanusiaan sungguh membahayakan banyak orang. Kerena itu, orang baik seperti Ahok harus mendekam di dalam penjara. Tapi, karma tidak memandang siapapun. Banyak pengikut kelompok radikal yang harus mendekam dalam penjara akhir-akhir ini.

Perjalanan kelompok radikal ke depan semakin tidak sehat. Kelompok ini yang pada mulanya sebagai organisasi keagamaan seperti halnya NU dan Muhammadiyah, kini berganti wajah. Kelompok radikal sudah mulai (bahkan sudah) berpolitik. Kelompok ini secara tidak langsung menelanjangi nilai-nilai agama demi kepentingan kelompok, bahkan sudah menjual agama Islam demi menggapai apa yang diinginkan.

BACA JUGA  Mewaspadai Aksi-aksi Terorisme pada Tahun Baru

Karena itu, Gus Dur sudah gelisah sejak beliau masih hidup melihat gerak kelompok radikal yang tidak manusiawi. Gus Dur bahkan punya impian membubarkannya. Senangnya, impian Gus Dur tercapai pada akhir tahun 2020 di mana kelompok ini berakhir di tangan Menkopolhukam Mahfudh MD, seorang politikus kebanggaan Gus Dur.

Sikap yang diambil oleh pemerintah termasuk sesuatu yang paling baik dan bijak. Pemerintah ingin menyelamat Indonesia dari gempuran radikalisme. Negara Suriah hancur karena radikalisme. Indonesia sebagai negara pluralistik hendaknya dijaga dari radikalisme. Karena, jika radikalisme berkuasa, akan terjadi pertumpahan darah antar sesama warga Indonesia yang berbeda, mulai perbedaan pemikiran sampai perbedaan agama.

Siapapun yang masih belum setuju dengan keputusan pemerintah hendaknya lebih sering refleksi agar suatu ketika datang hidayah yang mampu menyadarkannya. Pengikut kelompok radikal sesungguhnya berada dalam jerat jahiliyah.

Islam dengan namanya mencintai perdamaian. Perdamaian ini akan tercipta dengan tegaknya persatuan, hadirnya pemikiran yang terbuka, dan tidak gampang mengkafirkan orang lain. Perdamaian ini benar-benar terlihat pada masa Nabi di mana negara tumbuh dan berkembang tanpa radikalisme.

Sebagai penutup, penting diingat bahwa kelompok radikal dibubarkan karena motif politik yang tidak sehat. Kelompok ini  telah meletakkan politik di atas nilai-nilai kemanusiaan. Hal itu tidak boleh dan tentunya melanggar ajaran Islam yang meletakkan nilai-nilai kemanusiaan di atas segalanya.[] Shallallah ala Muhammad

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru