Harakatuna.com. Jakarta – Habibie Democracy Forum 2024, yang digelar oleh The Habibie Center di Sasono Mulyo Ballroom, Hotel Le Meridien, Jakarta pada Rabu (13/11) menjadi ajang strategis untuk membahas pencegahan ekstremisme berbasis kekerasan dan penguatan kohesi sosial. Kegiatan ini Mengusung tema “Membangun Harapan dan Strategi Kolaboratif untuk Mencegah Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme dan Meningkatkan Kohesi Sosial”. Forum ini menghadirkan berbagai tokoh dari lintas sektor sebagai narasumber.
Dalam sesi gelar wicara, beberapa inisiatif dipaparkan, termasuk program ProPosoku yang bertujuan memberdayakan eks-narapidana terorisme melalui pendekatan psikososial dan pelatihan keterampilan ekonomi, tutur Kolonel Czi Yaenurendra dari BNPT, dalam keterangannya diterima di Jakarta, Selasa.
Selain itu, program Desa Damai dari Wahid Foundation memperkuat ketahanan komunitas dengan pemberdayaan perempuan dan kesadaran lingkungan. Program lainnya seperti pendampingan korban terorisme oleh AIDA dan pemberdayaan ibu-ibu PKK oleh SERVE Indonesia menyoroti pentingnya peran masyarakat dalam menangkal radikalisme. Yaenurendra mengapresiasi kontribusi masyarakat sipil dalam mendorong rehabilitasi dan reintegrasi sosial melalui pendekatan humanis.
Ia menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk mengatasi akar masalah ekstremisme, seperti ketimpangan ekonomi dan intoleransi. Pendekatan tematik yang diterapkan pada Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Ekstremisme (RAN PE) fase kedua diharapkan dapat memperkuat kohesi sosial. Forum ini tidak hanya menjadi wadah berbagi pengalaman, tetapi juga mempromosikan aksi kolektif untuk menciptakan masyarakat yang damai dan inklusif. Dengan fokus pada kolaborasi dan pendekatan holistik, Habibie Democracy Forum 2024 menjadi inspirasi bagi upaya pencegahan ekstremisme di masa depan.