33.2 C
Jakarta

Beberapa Tanda Diterimanya Ibadah Puasa Ramadhan

Artikel Trending

Asas-asas IslamIbadahBeberapa Tanda Diterimanya Ibadah Puasa Ramadhan
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Hari ini, tepatnya 3 hari sebelum Idul fitri 1444 H, menandakan bahwa bulan Ramadhan, bulan yang penuh dengan keberkahan akan segera berakhir. Umar Islam ketika memasuki bulan ini diwajibkan untuk berpuasa. Dalam Ayat Al-Quran diterangkan salah satu tujuan dari diperintahkan untuk berpuasa adalah agar menjadi orang-orang yang bertakwa. Tentu setiap orang mengharapkan bahwa setiap amal ibadahnya termasuk puasa Ramadhan ini diterima oleh Allah. Dan berikut beberapa tanda diterimanya ibadah Puasa Ramadhan.

Ibnu Rajab, kitabnya Lathaiful Maarif menerangkan bahwa beberapa tanda diterimanya ibadah adalah adanya ketaatan setelah ibadah tersebut berakhir dan tidak melakukan maksiat. Misalkan saat Ramadhan kita sering ibadah, maka setelah selesai Ramadhan kita juga masih rajin ibadah, anggap saja puasa Ramadhan adalah latihan ibadah satu bulan untuk mengarungi ibadah selama 11 bulan berikut

عَلاَمَةُ قَبُوْلِ الطَّاعَةِ أَنْ تُوْصَلَ بِطَاعَةٍ بَعْدَهَا وَ عَلَامَةُ رَدِّهَا أَنْ تُوْصَلَ بِمَعْصِيَةٍ. مَا أَحْسَنَ الْحَسَنَةِ بَعْدَ الْحَسَنَةِ وَأَقْبَحَ السَّيِّئَةِ بَعْدَ الْحَسَنَةِ

BACA JUGA  Memasuki Bulan Rajab, Berikut Amalan-Amalan Ibadahnya

Artinya, “Tanda-tanda diterimanya ketaatan adalah dengan konsisten terus beribadah setelahnya. Dan tanda-tanda ditolaknya ketaatan adalah dengan melakukan kemaksiatan setelahnya. Betapa mulianya suatu ibadah yang dilakukan setelah ibadah yang lain, dan betapa jeleknya sebuah keburukan yang dilakukan setelah ibadah.”

Diantara tanda diterimanya ibadah puasa Ramadhan adalah saat puasa bisa menjaga diri dari perbuatan maksiat. Saat puasa sanggup untuk menahan perbuatan tercela seperti berbohong, berkata dusta, membicarakan keburukan orang dan lain sebagiannya. Hal ini seperti yang disabdakan Nabi Muhammad saw

الصَّوْمُ جُنَّةٌ مَا لَمْ يَخْرِقْهَا. بِمَ يُخْرِقُهَا يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: بِكَذْبٍ أَوْ بِسَبَّابٍ أَوْ بِغِيْبَةٍ أَوْ نَمِيْمَةٍ

Artinya, “Puasa adalah benteng, selama engkau tidak membakarnya. Para sahabat bertanya, dengan apa bisa membakarnya, wahai Rasulullah? Nabi menjawab: dengan berbohong, berkata kotor, membicarakan keburukan orang lain, dan adu domba.” (HR An-Nasa’i).

Walhasil, introspeksilah, semoga amal ibadah puasa kita diterima Allah, sehingga kita berhak menyandang status hamba yang bertakwa dan berhak mendapatkan surganya. Amin

Ahmad Khalwani, M.Hum
Ahmad Khalwani, M.Hum
Penikmat Kajian Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru