27.1 C
Jakarta
Array

Bangga Menjadi Negara Pancasila

Artikel Trending

Bangga Menjadi Negara Pancasila
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Judul               : Pancasila Ideologi Dunia
Penulis             : R. Saddam Al-Jihad
Penerbit           : Pustaka Alvabet
Tahun              : 1, Agustus 2018
Tebal               : 228 halaman
ISBN               : 978-602-6577-36-8

 

Di usia ke-73 sejak diproklamasikan pada 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia telah menghadapi berbagai tantangan. Saat ini pun, bangsa ini masih terus berusaha mengatasi berbagai permasalahan, mulai dari masalah sosial, ekonomi,  politik, budaya, hingga agama. Masalah-masalah di berbagai bidang tersebut tergambar, baik di tengah masyarakat maupun di tingkat elite. Kemiskinan, kriminalitas, hingga korupsi sampai pertikaian, masih sering menjadi berita yang mengisi layar televisi sehari-hari.

Di buku ini, Saddam Al-Jihad mengajak kita melihat bermacam persoalan Indonesia mutakhir tersebut secara lebih substansial. Aktivis dan penulis yang sedang menempuh studi doktoral di IPDN bidang Ilmu Pemerintahan ini membaca berbagai problem bangsa tersebut dalam “lensa” krisis ideologi negara. Ia menyederhanakan masalah bangsa ini dalam tiga kategori, yakni problem solidaritas, kebangsaan, dan kesejahteraan.

Terkait solidaritas, Saddam menjelaskan jika semangat kebersatuan warga saat ini mulai rapuh. Ini ditandai menguatnya segresi sosial beberapa dekade terakhir lewat fenomena primordialitas, keetnikan, dan keidentitasan partikular lainnya. Soal kebangsaan, ia melihat konsepsi kebangsaan saat ini cenderung sekadar lips-service; semangat kebangsaan direduksi menjadi jargon politik yang digemakan para politisi demi kepentingan pragmatisnya. Terakhir tentang kesejahteraan, ketimpangan sosial atau kesenjangan ekonomi masih tinggi, sehingga memicu berbagai sentimen sosial, gejolak, dan konflik.

Saddam menegaskan, berbagai degradasi sosial tersebut tercipta akibat hilangnya sandaran moral-etis dan falsafah hidup dalam laku sosial, ekonomi, budaya, dan politik bangsa ini. Ia mengajak kita mendalami kembali dasar negara Pancasila. Pancasila mestinya menjadi basis nilai, prinsip hidup, sekaligus perekat sosial yang ampuh untuk menjaga keharmonisan sosial dalam tubuh bangsa. Di buku ini, dipaparkan bagaimana Pancasila memiliki berbagai keunggulan yang bisa menjadi contoh, bahkan alternatif di tengah gagalnya ideologi-ideologi besar dunia dalam merespon dinamika perkembangan umat manusia dewasa ini.

Mula-mula, penulis memaparkan substansi berbagai ideologi besar yang berkembang di dunia; kapitalisme, liberalisme, sosialisme, hingga komunisme. Ideologi-ideologi tersebut memang sempat berkembang, bahkan diagung-agungkan di berbagai negara, namun belakangan tak mampu membawa suatu negara pada keadilan dan kesejahteraan. Kemudian, dalam bab “Islam dan Jalan Hidup”, dipaparkan bagaimana Islam menjadi titik persemaian ideologi besar dunia, sebab kemampuannya mengatasi berbagai kebuntuan ideologi tersebut.

Pancasila

Di bab pamungkas berjudul “Pancasila; Sintesis Mainstream Kiri dan Kanan” penulis memaparkan bagaimana Pancasila mampu menjadi “jalan tengah” di tengah pertarungan ideologi besar di dunia. Ini diulas komprehensif, mulai dari sejarah dirumuskannya Pancasila, bagaimana posisi Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, sebagai reintegrasi cita-cita politik, hingga Pancasila sebagai persenyawaan Islam dan Nasionalisme, juga sebagai titik temu kapitalisme dan sosialisme.

Saddam menegaskan, ideologi Pancasila memiliki kualitas paripurna dalam mengatasi ketegangan yang dialami oleh dua polarisasi Kiri (sosialisme/kolektivisme) dan Kanan (liberallisme/individualisme). Garis pembeda antara Pancasila dan kedua ideologi politik terdapat pada nilai fundamentalnya; Pancasila mengakui kehadiran dan peran agama dalam penyelenggaraan urusan negara atau politik, sedangkan sosialisme maupun liberalisme memisahkan dengan tegas antara ruang agama dan negara. Inilah keistimewaan Pancasila. Hanya saja, dalam perjalanannya prinsip ini memang dihadapkan pada berbagai tantangan.

Problem utama sulitnya mempertemukan kepentingan negara dan agama terletak pada kebesaran hati masing-masing pemeluk agama untuk hidup akur dalam semangat diskursus publik yang deliberatif (mufakat untuk bersama). Hal ini, jelas Saddam, menjadi PR bersama bagi semua umat beragama di negeri ini. “Pemerintah semestinya mampu menyusun regulasi yang diharapkan dapat merangkul agama dalam urusan politik. Sebab, baik kehidupan politik maupun agama, sama-sama menginginkan terciptanya masyarakat yang beradab, adil, dan sejahtera,” tegasnya (hlm 181-182).

Pancasila tidak terjebak dengan kolektivisme ekstrem, juga tidak jatuh pada individualisme. Oleh karena itu, Pancasila berada di tengah-tengah ketegangan ideologi Kiri dan Kanan. “Pancasila adalah titik temu Kapitalisme dan Sosialisme dengan pengakuan atas kekuatan Supra Materia (Tuhan),” tulis Saddam. Pancasila juga bukan ideologi tertutup, melainkan ideologi terbuka yang mampu menyerap semua aliran pemikiran yang berkembang pada zamannya.

Melihat berbagai keunggulan tersebut, Saddam melihat Pancasila mampu menjadi ideologi alternatif di tengah ideologi-ideologi besar lainnya yang kini mengalami kebangkrutan. Daya kreatif dalam konsep Pancasila menjadi penawar terbaik di tengah krisis ideologi yang melanda negara-negara di dunia. Terlepas dari problem yang masih ada, Indonesia terbukti mampu mengatasi guncangan sosial, politik, dan ekonomi berkat Pancasila sebagai fondasi dan benteng pertahanan. “Pancasila merupakan manifestasi dari ideologi terbaik dunia yang pernah dibuat bangsa Indonesia,” jelasnya (hlm 189).

Buku ini membuat kita semakin tersadar betapa berharganya dasar negara Pancasila. Di tengah fenomena yang menggambarkan mulai tergerusnya ideologi bangsa, apa yang dipaparkan di buku ini menjadi begitu relevan guna menggerakkan kita kembali untuk terus menanam, menumbuhkan, dan menyebarkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

*)Al-Mahfud, penulis dan pembaca buku, bermukim di Pati.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru