31.8 C
Jakarta

Bangga Menjadi Muslim Indonesia

Artikel Trending

Milenial IslamBangga Menjadi Muslim Indonesia
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Indonesia adalah negeri dengan populasi muslim terbesar di dunia, tetapi kita akui atau tidak. Hidup di tempat yang mayoritas tidak menutup kemungkinan besar masalah baru akan muncul dan berdatangan. Seperti halnya, intoleransi, radikalisme, ekstremisme, dan terorisme berkedok agama.

Negeri ini sangat musim segelintir muslim yang memanfaatkan agama (mayoritas) untuk menidas kaum minoritas, bagaimana tidak fenomena intoleransi dan diskriminasi kerapkali kita saksikan di lapangan dan media sosial. Adegan-adegan lucu tampak keras terkadang membuat Islam sendiri terpojok serta dibenci oleh umat beragama lain.

Islam yang kita kenal merupakan agama mengajak muslim pada toleransi dan perdamaian. Tetapi kemudian, justru sebaliknya dipersepsikan kelompok yang giat menebarkan paham-paham ekstrem yang dapat timbul perpecahan dan permusuhan antar sesama umat beragama.

Pandangan pudar inilah acuannya kekerasan dan pemboman yang dilakukan oknum muslim dengan mengatasnamakan agama dan berdakwah mengangkat pedang dan senjata. Pilar-pilar Islam disalahgunakan untuk menebar kebohongan (hoak), adu domba, serta kebencian.

Lalu, kita bertanya apakah Tuhan dan agama Islam mendoktrin umatnya melakukan perbuatan-perbuatan keji? Tentu persoalan ini perlu eksplorasi keislaman yang sesuai garis besar atau khittah agama itu sendiri. Sehingga pikiran-pikiran negatif tidak cenderung menodai fitrahnya.

Pengkotoran ajaran Islam itu dapat kita cermati dalam beberapa fenomena munculnya ISIS, al-Hamas, al-Qaeda, Jamaah Islamiyah, Hizbut Tahrir, dan kelompok lainnya. Islam telah mereka politisasi hanya untuk menghilangkan nilai-nilai agama yang sebenarnya menebar hal-hal positif dan inspiratif.

Dilansir detik.com jalan panjang petinju legendaris Mike Tyson menemukan Islam bisa menjadi inspirasi, sedangkan dilansir bolastylo.com pemain bintang sepak bola kenamaan dunia Zinedine Zidane bangga menjadi muslim. Ditambah lagi, Mesut Oezil, dan Karim Benzema.

Islam menginspirasi mereka, tentu awal mulanya bukan alasan dakwah dan ajarannya untuk kekerasan. Melainkan keagungan terhadap muslim itu sendiri yang telah berjuang demi meneguhkan spirit nilai-nilai toleransi dan perdamaian. Di sisi lain, sentuhan-sentuhan yang sifatnya dipandang tentram.

Teladan Muslim Indonesia

Selain itu, banyak dari kalangan ulama yang menginspirasi muslim Indonesia dengan pendekatan-pendekatan sosio-kultur keberagaman. Bahkan, tidak hanya taat agama, tetapi, mereka mencintai negaranya. Sebut saja, teladan muslim Indonesia mulai kiai Hasyim Asy’ari, dan kiai Ahmad Dahlan.

Dalam konteks itu, ingat bahwa kebanggaan kita mengikuti jejak ulama Indonesia, karena bukan hal muslim mayoritas. Namun, disebabkan keteladanannya dalam berislam sehingga mampu menjaga hubungannya dengan negara. Dalam arti, tidak saling mempertentangkan satu sama lainnya.

Suatu hal yang lagi-lagi tidak terbayangkan. Adalah andai negeri ini tanpa Pancasila, maka tidak akan ada yang manyatukan bumi Indonesia dengan bumi Nusantara. Jiwa kita terasa hampa dan tidak kita temukan lembaran-lembaran keberagaman tanpa komitmen muslim Indonesia guna menjaga Pancasila.

Komitmen umat muslim negeri ini menginspirasi dunia Islam di penjuru dunia. Oleh karenanya, sebab kita konsisten mendambakan agama Islam berdamai dengan negara maupun semua pemeluk keyakinan/agama lainnya. Akhirnya, melahirkan sikap lembut dan kasih sayang serta peduli akan kemanusiaan.

BACA JUGA  Serangan Moskow dan Bukti Kekejaman Teroris di Bulan Ramadan

Untuk menggali mutiara Islam tidak harus dengan berperang dan berdakwah mengangkat senjata, sebab itu hanya timbul emosi dan balas dendam yang tidak akan ada solusinya. Jadi, kita sebagai muslim yang hidup di tengah indahnya keberagaman dan perbedaan merupakan suatu nisaya yang tak bernilai.

Muslim teladan tidak hanya tercatat periodenya kiai Hasyim Asy’ari dan kiai Ahmad Dahlan. Juga pada masa Nabi Muhammad Saw hidup di Mekkah hingga Madinah, ia berdampingan dengan kaum nasrani dan yahudi. Air mata keteladanan sejarah yang tentu tidak boleh kita anggap spele dan dilupakan.

Sebagaimana tersurat dalam [QS. al-Hujara: 13]. Artinya, “Hai manusia, sesungguhnya kami ciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal.” Firman Tuhan tersebut mencatat bahwa berislam telah menuntun kita membangun suku dan bangsa agar saling menghormati satu sama lain.

Sebagai kita sucinya Tuhan, al-Qur’an memotret segala aspek kehidupan yang tersurat dalam sejarah dulu hingga sekarang. Maka dari itu, jika ada kelompok tertentu dari salah satu agama yang menentang hubungan Islam dan Pancasila. Tentu mereka tidak bangga menjadi muslim Indonesia.

Pancasila Menginspirasi Muslim

Umat beragama manakah yang tidak bangga dengan ideologi Pancasila? Islam saja sebagai agama yang mayoritas muslim begitu senangnya melihat pandangan negeri yang menjunjung tinggi spirit toleransi, perdamaian, dan kemanusiaan. Itulah semangat kaum beragama dan bernegara.

Pesan indah al-Qur’an ternyata mengurai beragam makna dan fakta di balik fenomena sejarah, sehingga setiap sejarah tentu menjadi bagian dari kita sebagai umat muslim yang harus mengayomi dan menghormati perbedaan. Utamanya, bagi kaum minoritas guna membangun solidaritas berbangsa.

Meminjam pandangan Yudi Latif “Istilah ‘Muslim’ bukanlah sebuah penanda (signifier) terhadap setiap orang yang menganut agama Islam dan juga bukan sebuah rujukan (reference) terhadap sikap kesalehan beragama.”[hal. 10]

Pandangan Yudi Latif cukup membuat muslim Indonesia harus berpikir lebih cerdas dalam menghadapi wacana-wacana keagamaan. Artinya, muslim yang sejatinya merawat hubungan Islam dengan negara tentu membentuk pribadi muslim yang saleh dalam beragama dan bernegara.

Dengan demikian, Pancasila sumber mutiara yang sangat berharga dalam kehidupan muslim Indonesia. Tanpa harus dikecualikan atau dipertentangkan. Paling tidak, ihwal kebangaan kita terhadap Islam harus mampu mengharmoniskan dengan ajaran agama lain (moderasi) dan juga ideologi.

Karena pada dasarnya, Indonesia merupakah salah satu negeri yang menjadi kiblat atau perhatian bagi negeri lain dalam hal menjaga toleransi dan perdamaian. Dua dimensi ini, perlu kita dorong kedepannya bagi muslim Indonesia yang belum sadar agar segera insyaf dari inspirasi negeri lain.

Pancasila dalam konteks agama, menginspirasi umat muslim Indonesia untuk mengamalkan etika dan moralitas agama dengan benar. Dan tidak saling meng-kafir-kan sesama umat muslim, sebab itu tindakan yang tidak menyenangkan dalam kehidupan umat beragama di Indonesia.

Hasin Abdullah
Hasin Abdullahhttp://www.gagasahukum.hasinabdullah.com
Peneliti UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru