Harakatuna.com. Jeddah – Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) akan menggelar pertemuan di Jeddah, Arab Saudi, untuk membahas alternatif terkait situasi di Gaza. Pertemuan ini juga akan membahas keberatan terhadap rencana Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengenai masa depan Gaza.
Menurut laporan yang dilansir AFP, para Menteri Luar Negeri dari 57 negara anggota OKI akan bekerja sama merumuskan alternatif bagi Gaza, hanya beberapa hari setelah Liga Arab memberikan dukungan kepada rencana alternatif yang diajukan oleh Mesir.
Rencana yang diusulkan oleh Mesir adalah untuk membangun kembali Gaza di bawah kendali Otoritas Palestina. Namun, rencana ini belum menguraikan peran Hamas yang selama ini mengontrol Gaza. Menteri Luar Negeri Mesir, Badr Abdelatty, mengungkapkan bahwa Mesir mencari dukungan dari negara-negara OKI untuk mendukung rencana tersebut. “Rencana ini untuk Arab dan negara-negara Islam,” ujar Abdelatty, menggarisbawahi pentingnya persatuan negara-negara Islam dalam upaya tersebut.
Sementara itu, seorang diplomat Pakistan yang enggan disebutkan namanya mengatakan bahwa tujuan utama pertemuan ini adalah untuk mendorong rencana negara-negara Arab. “Ini adalah waktu yang krusial, dan dunia Islam harus tampil sebisa mungkin untuk menentang rencana Amerika,” tegas diplomat tersebut.
Namun, AS masih belum sepakat dengan rencana yang diajukan oleh negara-negara Islam. Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Tammy Bruce, mengatakan pada Kamis (6/3), “Proposal itu tidak memenuhi ekspektasi dari Washington.” Meski demikian, utusan Presiden Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, menyampaikan pandangan yang lebih positif. “Ini adalah rencana yang baik, langkah mula yang baik dari Mesir,” ujar Witkoff.
Rencana Trump mengenai Gaza telah menuai kecaman dari banyak negara di seluruh dunia. Presiden Trump berencana untuk ‘mengambil alih’ jalur Gaza dan mengubahnya menjadi sebuah “Riviera dari Timur Tengah.” Konsep “Riviera” merujuk pada kawasan pesisir yang terkenal dengan pariwisata mewah, seperti kawasan antara Cannes di Prancis dan Spezia di Italia. Dalam rencana Trump, Gaza akan diubah menjadi kawasan wisata mewah, sementara warga Palestina yang bermukim di Gaza diminta untuk pergi ke Mesir atau Yordania.
Rabha Seif Allam, pengamat politik Mesir dari Al-Ahram Center for Political and Strategic Studies di Kairo, mengungkapkan bahwa Mesir sangat membutuhkan dukungan dari negara-negara Islam untuk mendukung rencana tersebut. “Dunia Islam perlu sepakat, melawan dan melindungi warga Palestina yang sudah bertahun-tahun bermukim di Gaza. Ini adalah suatu peluang untuk membangun sebuah koalisi yang menolak rencana pengusiran warga Palestina,” ujar Allam.
Di sisi lain, pengamat kebijakan luar negeri Universitas Birmingham, Umar Karim, berpendapat bahwa pertemuan di Jeddah akan menjadi simbol persatuan bagi negara-negara Islam. “Ini adalah sinyal persatuan yang kuat dari dunia Islam,” kata Karim. Dukungan negara-negara besar seperti Indonesia, Turki, dan Iran akan sangat berpengaruh dalam memperkuat rencana negara-negara Arab. “Negara-negara Islam besar seperti Indonesia, Turki, dan Iran akan berada di sana, dan dukungan mereka akan memperkuat rencana negara-negara Arab,” tambahnya.
Selain rencana rekonstruksi Gaza, Liga Arab juga mengumumkan rencana untuk mendirikan organisasi penggalangan dana yang akan mendukung upaya rekonstruksi Gaza. Mereka juga meminta dukungan internasional untuk merealisasikan rencana ini.