27.5 C
Jakarta
Array

Bahaya Laten Terorisme

Artikel Trending

Bahaya Laten Terorisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Bahaya Laten Terorisme

Oleh:  Khaerul Ardhian Syaekh, S.H.I, M.Si*

Terorisme menjadi tren isu dunia sejak 11 September 2001 pasca pembajakan pesawat oleh 19 orang yang mengambil alih empat pesawat komersial menuju San Francisco dan Los Angles setelah lepas landas dari Boston, Newyork, dan Washington  D.C. kemudian pesawat tersebut ditabrakan di WTC (World Trade Centre) New York, Amerika Serikat. Hal tersebut menjadi tragedi nasional (Amerika) yang tidak pernah diduga oleh seluruh rakyat dunia terutama rakyat Amerika. Dalam hitungan waktu ribuan jiwa terluka dan jutaan orang lainnya dicekam rasa ketakutan mendalam. Pasca tragedi tersebut pemerintahan Amerika Serikat dibawah kepemimpinan Presiden George Walker Bush mendeklarasikan dimulainya kebijakan war on terror dengan tujuan untuk menghancurkan dan menghilangkan ancaman terorisme didunia.

Tidak hanya di Amerika, tragedi terorisme juga terjadi dibanyak negara. Seperti halnya tindakan teror yang terjadi di Timur Tengah saat ini, yaitu teror yang dilakukan oleh kelompok pemberontak Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). ISIS merupakan sebuah kelompok pemberontak atau insurgent di wilayah Irak dan Suriah yang dipimpin oleh Abu Bakar al-Baghdadi. Kelompok ini adalah suksesor kelompok al-Qaeda in Iraq (AQI), dan memiliki beberapa nama lain seperti Islamic State (IS) sertaIslamic State of Iraq and the Levant (ISIL). Meskipun bernuansa pemberontakan, ISIS telah menyatakan tujuan pergerakannya, yaitu untuk menerapkan kembali dan memperluas khilafah abad ketujuh di daerah Timur Tengah dan Afrika Utara (Dale Sprusanky : 2004).

Aksiterorisme di Indonesia ditandai dengan peledakan bom di beberapa daerah. Rentetan aksi terorisme tersebut diawali dengan Bom Bali I pada tanggal 12 Oktober 2002, peristiwa tersebut  telah menyadarkan Indonesia bahwa aksi terorisme menjadi ancaman yang setiap saat bisa terjadi dan bisa menyasar ke siapapun. Deretan peristiwa terortersebut selanjutnya terjadi di Hotel J.W. Marriot (2003), Bom di Kedubes Australia (2004), Bom Bali II (2005), Bom J.W. Marriot-Ritz Carlton (2009), ledakan disertai penembakan di sekitar Plaza Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat dan yang terbaru adalah bom bunuh diri pada bulan Mei lalu di terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur. Hal tersebut semakin memperkuat kesadaran kita bahwa terorisme merupakan ancaman nyata bagi keamanan nasional Indonesia.

Banyak yang mengatakan bahwa Indonesia merupakan negara tempat pelarian para teroris internasionalterbesar di dunia dan menjadi negara yang subur bagi tumbuhkembangnya ideologi radikal.Hal itu disebabkan karena mudahnya ideologi tersebut diterima  masyarakat Indonesia yang sebagian besar beragama Islam.Yang menjadi pertanyaan bagi kita adalah kenapa mudah sekali sebagian masyarakat Indonesia menerima ideologi radikal tersebut? apa penyebabnya sehingga terjadi demikian?

Dalam pandangan saya, alasan pertama kenapa sebagian masyarakat Indonesia mudah menerima ideologi tersebut disebabkan karena mudahnya propaganda yang dilakukan oleh kelompok teroris melalui media sosial dan video streaming mengenai konsep jihad dalam Islam. Dimana dalam konsep jihad tersebut diperkuat dengan ayat-ayat Al-qur’an yang menegaskan pentingnya jihad dijalan Allah dengan jaminan akan dimasukan ke dalam surga. Hal itu juga diperkuat oleh kecenderungan umat Islam Indonesia dalam memahami doktrin-doktrin agama yang lebih tekstualis ketimbang kontekstual.

Doktrin-doktrin itu adalah (1) Qital fisabililah, secara syar’i pengertian jihad hanya berorientasi pada qital atau perang fisik, tidak ada makna lain. (2) Jihad fi sabilillah, Hukum jihad saat ini adalah fardhu a’in atau kewajiban bagi setiap muslim.  Hukum Jihad awalnya fardhu kifayah kini berubah menjadi fardhu a’in. (3) Irhabiyah (terorisme), melakukan terorisme dibenarkan menurut syari’at jihad.

Kedua, motivasi yang dilakukan oleh teroris memiliki orientasi yang bermacam-macam. Ada yang bermotif karena faktor ekonomi, sosial, politik, dan bahkan karena syahwat atas kekuasaan, artinya motivasi tersebut tidak sepenuhnya benar karena faktor agama. Bahkan berdasarkan hasil penelitian saya tentang strategi penaggulangan terorisme di Indonesia pada tahun 2016, ditemukan fakta-fakta bahwa sebagian motivasi gerakan ini disebabkan karena dipengaruhikondisi politik global sehingga jika kita mencermati secara seksama, banyak pihak luar (Indonesia) yang diuntungkan dengan gerakan ini.

MembumikanIdeologi Deradikalisasi

Pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan  Terorisme (BNPT) dan Kementerian Agama Republik Indonesia sebenarnya sudah intensif melakukan deradikalisasi kepada masyarakat, hanya saja upaya tersebut belum sepenuhnya bisa menyebar keseluruh elemen masyarakat sehingga dampak positifnya belum signifikan bisa dirasakan untukmencegah berkembangnya ideologi radikal di Indonesia. Maka sangat penting peran serta aktif seluruh elemen masyarakat dalam melawan bahaya laten terorisme yang memperburuk citra Islam sebagai agama yang membawa pesan perdamaian (rahmatan lil ‘alamin)bagi umat manusia.

Oleh karenanya menjadi penting bagi kita untuk merapatkan barisan dalam memerangi laten terorisme tersebut. Berkembangnya teknologi komunikasi menjadi sarana strategis bagi teroris untuk menyebarkan propaganda dan ideologi-ideologi radikal, bahkan hari ini banyak fakta yang mencengangkan bagi kita bahwa salah satu media operasi kelompok teroris yang paling strategis adalah melalui media sosial, baik dari tahap perektrutan anggota, pendanaan, perencanaan operasi bahkan hingga dalam menebar teror bagi masyarakat bahkan sebagian operasi tersebut menyasar kapda anak-anak muda. Salah satu indikator suksesnya operasi kelompok teroris adalah ketika masyarakat merasa ketakutan dengan aksi-aksi teror atau sebaliknya, masyarakat bersimpatik terhadap gerakan teroris tersebut.

Strategi membumikan ideologi deradikalisasi seyogyanya dimulai sejak dini dari lingkungan keluarga, bertetangga dan bermasyarakat. Semua elemen masyarakat bertanggungjawab untuk saling menjaga satu sama lain agar terhindar dari kesalahpahaman dalam menginterpretsikan dogma-dogma (ajaran) agama Islam.Pemerintah bersama para ulama harus segera menyusun suatu konsep ideologi deradikalisasi yang mudah dipahami oleh semua elemen masyarakat sehingga upaya membumikan ideologi deradikalisasi bisa berkembang secara efektif.

Selain itu, peran serta lembaga pendidikan khususnya pendidikan Islam sangat strategis dalam mencegah dan memerangi ideologi radikal tersebut. Perlu diberikan pemahaman beragama yang benar bagi peserta didik untuk beragama secara inklusif (terbuka) sehingga pada akhirnya bisa ikut serta menjadi agen deradikalisasi bagi lingkungan sekitarnya. Perlu diadakan kajian-kajian yang mendalam mengenai paham ideologi radikal di perguruan tinggi Islam sehingga lembaga pendidikan islam bisa memberikan kontribusi nyata terhadap konsep deradikalisasi yang efektif bagi masyarakat. Suatu bencana jika ternyata sebagian besar anggota-anggota kelompok radikal merupakan alumnus-alumnus dari lembaga-lembaga pendidikan Islam, artinya dengan demikian ada yang salah dengan sistem pendidikan tersebut.

*Penulis adalah alumni Magister Sekolah Global dan Stratejik Universitas Indonesia  dan bekerja di Public Policy Specialist Kantor Staf Presiden

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru