30.4 C
Jakarta

Bahas Ancaman Radikalisme Daring, PKUB dan Islami.co Gelar Diskusi “Merayakan Toleransi di Rimba Digital”

Artikel Trending

AkhbarDaerahBahas Ancaman Radikalisme Daring, PKUB dan Islami.co Gelar Diskusi “Merayakan Toleransi di...
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) Kementerian Agama RI bekerja sama dengan Yayasan Islami Medi Ramah, yakni Islami.co, menggelar diskusi bertajuk “Merayakan Toleransi di Rimba Digital”, Rabu (11/12) kemarin.

Acara yang berlangsung di Outlier Cafe, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, itu menghadirkan sejumlah narasumber untuk membahas tantangan sekaligus peluang dalam menyebarkan nilai-nilai Islam damai di tengah derasnya arus media sosial, khususnya Twitter alias X.

Diskusi tersebut dihadiri sekitar 50 peserta dari berbagai komunitas dan media keislaman, seperti GusDurian, Harakatuna.com, Bincangsyariah.com, Iqra.id, dan IBtimes.id. Dengan dipandu oleh moderator Gigih Adiguna, seorang komika yang memberikan jokes segar dalam diskusi, acara kemarin berlangsung santai namun penuh makna.

Narasumber yang hadir antara lain penulis buku Radikalisme di Media Sosial, M. Nuruzzaman, Ketua PBNU sekaligus pendiri Islami.co Savic Ali, Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) Kemenag RI Muhammad Adib Abdushomad, dan pendakwah muda Habib Husein Ja’far Al-Hadar.

Dalam pemaparannya, M. Nuruzzaman mengungkapkan, media sosial telah menjadi alat efektif untuk menyebarkan radikalisme dalam satu dekade terakhir. Ia menyoroti perbedaan proses radikalisasi sebelum dan sesudah era digital.

“Pada tahun 2000 hingga 2010, narapidana teroris sama sekali tidak memiliki akun media sosial. Proses menjadi teroris saat itu membutuhkan waktu sekitar 3,5 tahun dengan pertemuan tatap muka. Namun, setelah tahun 2010, 87 persen narapidana teroris memiliki akun media sosial. Bahkan, ada yang hanya butuh satu setengah bulan untuk menjadi teroris,” jelasnya.

Ia menekankan bahwa media sosial kini menjadi alat utama dalam mempercepat proses radikalisasi, sehingga perlu perhatian serius dari berbagai pihak.

Sementara itu Savic Ali mengatakan, dampak radikalisme di media sosial sangat meresahkan. Untuk itu, dibutuhkan upaya kolektif untuk menyeimbangkan narasi yang berkembang.

BACA JUGA  Moderasi Beragama Tanpa Marginalisasi Kelompok Lain Kunci Kerukunan

“Kami merasa terganggu dengan narasi radikal yang berkembang di dunia maya. Buku Kang Zaman ini adalah kontribusi besar karena di Indonesia tidak banyak yang secara serius membahas radikalisme di dunia maya. Padahal, ada lebih dari 180 juta orang Indonesia yang aktif di media sosial,” katanya.

Kepala PKUB Kemenag RI, Muhammad Adib Abdushomad, juga mengajak semua pihak untuk bersama-sama membangun perdamaian, khususnya melalui platform digital.

“Salah satu cita-cita PKUB Kemenag RI adalah menjadikan Indonesia sebagai referensi dan destinasi dunia terkait kerukunan umat beragama. Mari kita bagikan kedamaian melalui berbagai platform yang kita miliki,” ujarnya.

Sementara itu, Habib Husein Ja’far menekankan pentingnya strategi dalam memilih platform dakwah agar pesan yang disampaikan bisa efektif dan sesuai dengan karakteristik pengguna. Ia berbagi pengalamannya dalam mengelola ‘Jeda Nulis’, sebuah kanal YouTube yang sengaja dibuat tanpa adsense.

“Tujuan utama saya adalah dakwah, bukan komersial. Ide seperti ‘musik halal’ yang saya tawarkan di sana memang sengaja dibuat untuk membuka diskusi dan memancing refleksi. Tapi, meskipun tanpa adsense, saya kok tetap kaya,” katanya, diikuti tawa peserta.

Diskusi tersebut tidak hanya membahas tantangan media sosial yang sering dimanfaatkan kelompok konservatif hingga radikal, tetapi juga menjadi wadah refleksi tentang bagaimana komunitas Islam moderat dapat terus menyebarkan nilai-nilai toleransi dan kedamaian.

Acara dikusi kemarin diharapkan menjadi langkah awal untuk mendorong kolaborasi lebih luas antara pemerintah, komunitas, dan media dalam menciptakan dunia digital yang lebih ramah dan inklusif. Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, media sosial perlu dimanfaatkan sebagai alat diseminasi narasi alternatif berupa pesan Islam damai, santun, dan relevan dengan kebutuhan zaman. [Khr]

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru