26.2 C
Jakarta

Bagaimana Cara Anda Menyikapi Sunnah Nabi?

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanBagaimana Cara Anda Menyikapi Sunnah Nabi?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Mungkin tidak hanya saya, tetapi juga Anda punya cerita yang sama. Menjelang atau selesai wisuda magister, orangtua tak lupa berbisik lirih, “Nak, kapan nikah?” Pertanyaan ini simpel, tapi punya makna yang amat dalam, sehingga menjawabnya butuh rentang waktu begitu lama atau memilih diam biar aman.

Menikah adalah mimpi semua orang. Orang yang kelamaan ngejomblo begitu ditanya, “Mau nikah?” Mereka jawab tandas, “Iya.” Menikah seakan impian (dream) yang tak terlupakan. Hanya saja masing-masing berbeda pandangan menyangkut waktu siap nikah. Hampir pernikahan menyentuh masa remaja. Masih dibilang sedikit pernikahan yang dilalui dalam usia muda atau yang disebut nikah muda, sekalipun juga ada. Kenapa mayoritas orang tidak mau nikah muda? Bukankah pernikahan adalah sunnah Nabi yang cukup ijab dan kabul? Semudah itukah nikah?

Menyangkut pernikahan, masing-masing orang punya sikap yang beragam. Ada yang cenderung fatalis memandang pernikahan sebatas melibatkan takdir Tuhan. Ada yang terlalu liberalis memandang pernikahan atas dasar rasio manusia. Ada pula yang cenderung moderat melihat pernikahan melalui dua cara: menghadirkan rasio untuk menentukan pilihan dan melibatkan Tuhan untuk merestui pilihan tersebut.

Orang yang fatalis seringkali berkiblat secara tekstual pada firman Allah Swt., yang berbunyi: Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Qs. an-Nur/24: 32).

Ayat ini menguraikan perintah menikah. Selain itu, ayat ini juga memotivasi orang yang nikah dalam keadaan miskin, sehingga Allah akan membuatnya kaya. Menyangkut kekayaan yang dijanjikan oleh Allah al-Baghawi menghidangkan pandangan pakar tafsir yang beragam. Ada yang menyebutkan kekayaan itu berupa sikap kanaah. Orang yang nikah dalam keadaan miskin akan selalu kanaah, menerima apa adanya. Ada pula yang berkata, kekayaan ini adalah kombinasi rezeki suami dan istri, sehingga kombinasi ini menjadikan rezeki melimpah.

Selain Al-Qur’an orang yang fatalis juga melibatkan hadis Nabi Muhammad Saw. guna memperkuat gagasannya. Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Ada tiga orang yang akan mendapatkan pertolongan Allah: (1) orang yang berjihad di jalan Allah, (2) orang yang menikah demi menjaga kesucian dirinya, dan (3) budak mukatab yang ingin membebaskan dirinya.” (HR. an-Nasa’i)

BACA JUGA  Berpuasalah, Agar Kamu Selamat dari Kejahatan Radikalisme

Orang yang liberalis memandang pernikahan dengan mengedepankan rasio. Tidak seperti orang yang fatalis yang cenderung berpangku pada takdir. Rasio bagi liberalis adalah tangga menggapai masa depan lebih cemerlang. Sebab, rasio atau akal merupakan karunia Allah Swt. yang semestinya disyukuri dengan cara digunakan berpikir. Karena berpikir itulah, manusia menjadi kreatif dan produktif.

Pakar tafsir liberalis ar-Razi merespons surah an-Nur ayat 32 tidak sesederhana sebagian pakar yang dinukil al-Baghawi. Ar-Razi memahami bahwa ayat 32 tersebut tidak menunjukkan janji Allah untuk membuat orang yang nikah menjadi kaya. Tapi, ayat ini berpesan hendaknya tidak melihat kemiskinan seseorang yang melamarnya dan tidak memandang kemiskinan seseorang yang ingin dinikahinya. Intinya yang dapat dipahami dari ayat ini adalah kemiskinan bukanlah sesuatu yang mencegah keinginan untuk nikah.

Sementara, orang moderat selalu menghadirkan rasio agar selektif memilih dan meminta kepada Tuhan agar mendapat restu-Nya. Karena, keputusan akal bukanlah kebenaran segala-galanya. Bisa jadi apa yang dianggap benar oleh akal tidak baik bagi Allah. Bisa jadi apa yang dianggap jelek oleh akal adalah baik menurut Allah. Kebenaran Allah adalah keputusan yang sejati. Akan tetapi, Allah menginginkan hamba-Nya untuk berikhtiar menggapai kebenaran Allah sebagai restu-Nya. Caranya sederhana, siapa yang Anda cintai, perjuangkan dan janganlah lupa melibatkan peran Tuhan di balik perjuangan itu agar membuahkan hasil yang membahagiakan dan mengantarkan cinta itu indah pada waktunya.

Demikian sekelumit warna-warni manusia memberikan kepastian cintanya dalam bentuk pernikahan. Silahkan Anda memilih posisi: Fataliskah? Liberaliskah? Atau moderatkah? Ingat, posisi ini hanya memberikan daya guna bagi Anda yang bermaksud membangun sunnah Nabi, bukan Anda yang senang pehape.[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru