Harakatuna.com. Jakarta – Hingga saat ini, masih banyak orang yang mempunyai kesalahpahaman mengenai hubungan antara Islam dan Pancasila. Pasalnya, selama ini masyarakat banyak termakan isu mempertentangkan Islam dan Pancasila.
Hal ini diungkapkan oleh Syaiful Arif dalam acara Diskusi dan Bedah Buku berjudul “Islam, Pancasila, dan Deradikalisasi; Meneguhkan Nilai Keindonesiaan” yang dilaksanakan oleh Megawati Institute di Jalan Proklamasi No. 53, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (5/11).
Syaiful Arif yang merupakan penulis buku itu menyampaikan bahwa saripati buku berjudul “Islam, Pancasila, dan Deradikalisasi” adalah mengurai kesalahpahaman tentang hubungan antara Islam dan Pancasila. Hubungan Islam dan Pancasila itu berkaitan erat dan tidak perlu dipertentangkan.
Pada kesempatan yang sama, hadir pula Azyumardi Azra yang juga bertindak sebagai narasumber menerangkan bahwa Pancasila tidak perlu dipermasalahkan dan diotak-atik. Menurutnya, Pancasila telah teruji sejak lama. Karena itu, tidak ada alternatif.
Selain itu, hadir pula Muhammad AS Hikam yang juga bertindak sebagai narasumber dalam diskusi itu. Penulis buku Demokrasi Indonesia; Antara Asa dan Realita ini mencoba menjelaskan bagaimana narasi politik yang ditampakkan sekarang ini adalah bentuk ketidakramahan yang ditunjukkan bangsa kita.
“Narasi politik yang ada sekarang mencerminkan narasi bangsa kita yang tidak ramah,” pungkas Muhammad AS Hikam.
Pada acara diskusi dan bedah buku tersebut dihadiri oleh puluhan peserta dari berbagai kalangan, antara lain ada praktisi politik, akedemisi maupun aktivis. (Rob)