Harakatuna.com – Aznop Priyandi adalah salah satu eks-napiter yang telah berhasil meninggalkan masa lalunya dan kini berperan aktif dalam upaya deradikalisasi. Ia sebelumnya bergabung dengan Jama’ah Ansharud Daulah (JAD) pada tahun 2014, sebuah organisasi yang terkait dengan jaringan terorisme global.
Setelah ditangkap pada tahun 2017, Aznop menjalani hukuman di Nusakambangan, penjara yang dikenal sebagai tempat penahanan bagi pelaku kejahatan berat, termasuk terorisme. Pengalaman di penjara menjadi titik balik baginya untuk mulai memikirkan ulang ideologi yang dianutnya.
Proses perubahan Aznop dimulai ketika ia mengikuti program deradikalisasi yang diselenggarakan oleh Densus 88 dan lembaga terkait. Dalam program ini, ia mendapatkan bimbingan dari para ulama, psikolog, dan mentor yang membantu mengubah pandangan radikalnya. Pendekatan yang dialogis dan humanis membuat Aznop mulai memahami bahwa jalan yang ditempuhnya sebelumnya bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam yang mengajarkan kedamaian dan toleransi.
Setelah bebas pada Januari 2021, Aznop memutuskan untuk melanjutkan hidup dengan jalan yang berbeda. Ia bergabung dengan Yayasan De Bintal, sebuah organisasi yang fokus pada pendampingan eks napiter dan keluarga mereka. Yayasan ini tidak hanya memberikan dukungan moral, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi bagi para eks napiter. Salah satu program unggulan yayasan ini adalah rumah potong hewan di Bekasi, yang mempekerjakan para mantan narapidana terorisme. Proyek ini menjadi langkah awal Aznop untuk menunjukkan bahwa dirinya dapat berkontribusi positif bagi masyarakat.
Sebagai salah satu anggota aktif yayasan, Aznop juga terlibat dalam program kajian rutin yang ditujukan untuk eks napiter. Dalam kajian ini, ia membagikan pengalamannya dan membantu rekan-rekan lainnya untuk merenungkan kembali keyakinan yang pernah mereka pegang. Ia percaya bahwa transformasi ideologi membutuhkan waktu, tetapi dukungan yang konsisten dapat membawa perubahan signifikan.
Di luar kegiatan yayasan, Aznop juga sering diundang sebagai pembicara dalam berbagai forum deradikalisasi. Ia berbicara tentang perjalanan hidupnya, dari seorang ekstremis yang terjebak dalam paham radikal hingga menjadi individu yang mendukung perdamaian. Ceritanya sering dijadikan inspirasi bagi masyarakat dan pemerintah untuk terus mendukung program deradikalisasi.
Meski telah menunjukkan perubahan positif, perjalanan Aznop tidak sepenuhnya mulus. Ia sempat menghadapi stigma dari masyarakat yang sulit menerima kembali eks napiter. Namun, ia tidak menyerah dan terus berusaha membuktikan bahwa dirinya telah berubah melalui tindakan nyata, seperti membantu masyarakat sekitar dan berkontribusi dalam kegiatan sosial.
Aznop juga menekankan pentingnya dukungan keluarga dalam proses transformasi dirinya. Keluarganya menjadi sumber motivasi untuk terus menjalani hidup yang lebih baik. Ia memahami bahwa peran keluarga sangat penting dalam mendukung eks napiter untuk meninggalkan masa lalu mereka.
Sebagai bagian dari perjuangannya, Aznop juga mendampingi para istri dan anak-anak eks napiter melalui pelatihan keterampilan dan pendidikan. Ia percaya bahwa memutus rantai radikalisme tidak hanya dilakukan pada individu napiter, tetapi juga pada keluarganya agar mereka tidak kembali ke lingkungan yang sama.
Aznop kini melihat dirinya sebagai bagian dari solusi untuk mencegah radikalisme di masa depan. Ia terlibat aktif dalam program rehabilitasi yang bertujuan membantu para eks napiter mendapatkan pekerjaan, sehingga mereka tidak lagi tergantung pada kelompok radikal. Menurutnya, stabilitas ekonomi adalah salah satu faktor utama yang dapat mencegah seseorang kembali ke jalan kekerasan.
Komitmen Aznop untuk terus berkontribusi di bidang deradikalisasi juga terlihat dalam upayanya membangun jaringan dengan berbagai pihak, termasuk lembaga pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat sipil. Kolaborasi ini menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam program rehabilitasi eks napiter di Indonesia.
Ia sering menekankan bahwa perubahan adalah hal yang mungkin bagi siapa saja, termasuk para eks napiter. Menurut Aznop, stigma hanya akan memperburuk keadaan dan membuat para mantan teroris sulit beradaptasi dengan kehidupan baru mereka. Oleh karena itu, ia mengajak masyarakat untuk lebih terbuka dan memberikan kesempatan kedua kepada mereka.
Melalui aktivitasnya, Aznop menunjukkan bahwa masa lalu kelam tidak menentukan masa depan seseorang. Ia kini menjadi simbol perubahan dan harapan bagi eks napiter lain yang ingin meninggalkan jalan kekerasan. Perjuangannya juga menjadi bukti bahwa program deradikalisasi dapat berhasil jika dilakukan dengan pendekatan yang tepat.
Aznop berharap, melalui kisah hidupnya, masyarakat semakin memahami pentingnya deradikalisasi dan reintegrasi sosial. Ia percaya bahwa kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan eks napiter sendiri adalah kunci untuk menciptakan Indonesia yang lebih damai dan bebas dari terorisme.[] Shallallahu ala Muhammad.