27.5 C
Jakarta

Azab Penceramah Yang Tindakannya Tak Sesuai Ceramahnya

Artikel Trending

Asas-asas IslamAkhlakAzab Penceramah Yang Tindakannya Tak Sesuai Ceramahnya
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Pada era digital seperti sekarang, banyak bermunculan ustaz-ustaz dadakan di media sosial. Mereka yang biasa disebut penceramah berlomba-lomba untuk menegakkan amar makruf nahi mungkar. Hampir setiap hari mereka menyerukan nasehat-nasehat kebajikan kepada khalayak umum. Namun tak jarang ditemui, para penceramah ini justru lalai dan tindakannya tidak sesuai dengan apa yang diceramahkan. Bahkan, sebagian dari mereka terbukti melakukan tindak kriminal seperti ujaran kebencian, penipuan, dan lain sebagainya.

Orang-orang seperti itu sangat dibenci oleh Allah SWT. Disebutkan dalam Alquran :

اَتَاۡمُرُوۡنَ النَّاسَ بِالۡبِرِّ وَتَنۡسَوۡنَ اَنۡفُسَكُمۡ وَاَنۡتُمۡ تَتۡلُوۡنَ الۡكِتٰبَ‌ؕ اَفَلَا تَعۡقِلُوۡنَ

“Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebaikan sedangkan kamu lalai dengan (kewajiban)mu sendiri padahal kamu membaca al Kitab, apakah kamu tidak berfikir.” (QS. Al Baqarah : 44)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (2) كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ (3)

“Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Sungguh besar kebencian Allah jika kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan.” (QS. Ash Shaff : 2-3)

Ayat-ayat di atas adalah celaan Allah untuk mereka yang gemar menasehati orang lain namun lalai akan dirinya sendiri. Nabi Muhammad SAW juga menggambarkan mereka di neraka dengan sangat hina, dalam sebuah Hadis Nabi bersabda :

يُؤْتَى بِالرَّجُلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُلْقَى فِى النَّارِ فَتَنْدَلِقُ أَقْتَابُ بَطْنِهِ فَيَدُورُ بِهَا كَمَا يَدُورُ الْحِمَارُ بِالرَّحَى فَيَجْتَمِعُ إِلَيْهِ أَهْلُ النَّارِ فَيَقُولُونَ يَا فُلاَنُ مَا لَكَ أَلَمْ تَكُنْ تَأْمُرُ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَى عَنِ الْمُنْكَرِ فَيَقُولُ بَلَى قَدْ كُنْتُ آمُرُ بِالْمَعْرُوفِ وَلاَ آتِيهِ وَأَنْهَى عَنِ الْمُنْكَرِ وَآتِيهِ

“Akan ada seorang laki-laki pada hari kiamat, ia dimasukkan ke dalam neraka kemudian keluarlah semua usus perutnya, lalu ia berputar-putar sambil menyeret usus-ususnya seperti berputarnya keledai di tempat penggilingan. Lantas penduduk neraka berkumpul seraya bertanya “hai fulan kenapa kamu? Bukankah kamu telah memerintahkan kebaikan dan melarang keburukan?” Lalu ia menjawab “ iya, aku telah memrintah kebaikan namun aku tidak mengerjakannya dan aku juga melarang keburukan tetapi aku malah mengrjakannya.” (HR. Muslim).

BACA JUGA  Cegah Siksaan Allah dengan Melakukan Enam Hal Berikut ini

Hadis di atas merupakan ancaman sekaligus gambaran bagi penceramah yang ucapannya baik namun tindakannya buruk. Namun Hadis tersebut tidak bisa dibenturkan dengan kewajiban amar makruf nahi mungkar. Karena perlu dipahami bahwa manusia sebenarnya memiliki dua kewajiban yaitu menasehati orang lain dan menasehati diri sendiri sebagai mana diungkapkan dalam kitab Syarh al-Arbain al-Nawawiyah :

فإنه يجب عليه شيئان أن يأمر نفسه وينهاها ، ويأمر غيره وينهاه

“sesungguhnya manusia mempunyai dua kewajiban, yakni amar makruf nahi mungkar pada dirinya sendiri dan amar makruf nahi mungkar pada orang lain.” (Ibnu Daqiq al-‘Id, Syarh al-Arbain al-Nawawiyah, Hal 112 )

Yang paling sempurna tentu melakukan keduanya. Namun, untuk menasehati orang lain tidaklah harus menjadi sempurna. Imam Ibnu Hazm mengatakan dalam kitab al-Akhlaq Wa al-Siyar Fi Muwadat al-Nufus :

وَلَو لم ينْه عَن الشَّرّ إِلَّا من لَيْسَ فِيهِ مِنْهُ شَيْء وَلَا أَمر بِالْخَيرِ إِلَّا من استوعبه لما نهى أحد عَن شَرّ وَلَا أَمر بِخَير بعد النَّبِي صلى الله عَلَيْهِ وَسلم

“Seandainya tidak ada yang mencegah keburukan kecuali orang yang sama sekali tidak punya keburukan, dan seandainya tidak ada yang memerintahkan kebaikan kecuali orang yang telah melakukan semua kebaikan, tentunya tidak akan ada seorang pun yang mencegah keburukan dan tidak akan ada seorang pun yang memerintahkan kebaikan setelah nabi Muhammad SAW.”(Ibnu Hazm, al-Akhlaq Wa al-Siyar Fi Muwadat al-Nufus, Hal 252)

Alhasil, Sejatinya sikap saling menasehati sangat ditekankan dalam Islam, bahkan mereka yang mengabaikannya dianggap sebagai orang-orang yang merugi. Namun, terkadang seseorang lebih semangat menata orang lain tanpa muhasabah diri sendiri. Padahal,  jiwa manusia cenderung lebih mudah meniru tindakan nyata.

Oleh sebab itu, seharusnya ucapan dan tindakan penceramah haruslah sesuai dengan norma agama. Dalam kitab Fath al-Bari dijelaskan bahwa amar makruf seharusnya dimulai dengan perilaku yang baik, tutur kata yang lembut dan tanpa ujaran kebencian. Karena hal itu lebih mudah untuk diterima dan diikuti. (Zakaria al Anshary, Fathu al-Bari, Juz 20, Hal 160). Wallahu A’lam

Mohamad Mochsin

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru