26.7 C
Jakarta
Array

Ayana Jihye Moon dan Islam adalah Teroris

Artikel Trending

Ayana Jihye Moon dan Islam adalah Teroris
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Pada tahun 2012 silam, ada fenomena mengejutkan bagi umat Islam, terutama di Indonesia. Ya. Artis sekaligus penyanyi girlband K-POP asal Korea Selatan, Ayana Jihye Moon memutuskan untuk menjadi mualaf. Sontak, keputusan masuk Islam Ayana Moon itu menjadi perbincangan hangat publik. Terlebih keputusannya tersebut diambil saat ia sedang naik daun.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh mantan personel girlband K-Pop F-VE Dolls di depan beberapa awak media, bahwa diantara alasan utama ia masuk Islam adalah berawal dari ketertarikannya mempelajari budaya Timur Tengah serta ajaran Islam yang ia tekuni dari berbagai cara dan sumber. Cara berislam Ayana ini ini bisa dibilang sangat autentik, bukan sekedar “warisan” keluarga/nenek moyang, tetapi melalui pencarian dan pembelajaran yang laur biasa.

Harus dipahami bahwa menjadi seorang Muslimah bagi Ayana bukan hal yang mudah. Betapa tidak. Pertentangan muncul dari hampir segala penjuru, bahkan orang terdekatnya, yakni keluarga pun menentangnya. Meskipun demikian, Ayana tak putus asa. Ia tetap menjadi Muslimah dan berhijab. Berkat keteguhan dan ketulusan Ayana serta penjelasan dan pengertian, akhirnya keluarga dan teman dekat Ayana luluh.

Ada banyak pelajaran berarti dari kisah perjalanan Ayana sebelum memeluk Islam. Pelajaran itu teruntuk umat Islam secara keseluruhan karena ini menyangkut citra Islam di mata orang-orang non-Islam.

Pertama, awalnya benci Islam. Lewat video singkat yang diunggah di akun Youtube pribadinya, perempuan kelahiran 28 Desember 1995 itu menceritakan bahwa sebelum menjadi Muslim, terutama ketika ia masih kecil, dirinya membenci agama Islam. Kebenciannya itu lantaran mendengar dari media barat yang menceritakan dan mencitrakan Islam dengan sesuatu hal yang negatif. Dengan demikian, keluarga Ayana dan mungkin sebagian besar orang yang tinggal di Koreo, menstigmakan Islam sebagai agama yang negatif, suka perang dan membuat kekacauan. Sehingga Ayana pun berpikir demikian.

Kedua, Islam itu teroris. “Islam adalah teroris, Islam & Al Qaeda, Islam & Taliban. Semua itu berputar dalam benakku,” ungkap Ayana. Bahkan, keluarganya pun demikian. Saat perempuan yang memiliki paras menawan ini masuk Islam, hal yang diungkapkan oleh orang tuanya adalah bahwa Islam adalah teroris.

Jika ditelisik lebih dalam, maka apa yang menimpa Ayana dan pandangan keluarganya tentang citra Islam yang negatif diakibatkan karena pemberitaan atau referensi Islam di Eropa, khususnya di Korea belum memadai. Mereka hanya mendengar Islam dari media Barat yang sangat “memojokkan Islam”, terutama pasca serangan 11 September 2011 silam.

Dan perlu diketahui pula bahwa saat Ayana memiliki pandangan negatif tentang Islam, kala itu Ayana masih belum bisa berbahasa asing. Dan kondisi itu ditambah dengan sedikitnya informasi tentang agama Islam dalam bahasa Korea.

Singkat cerita, pada suatu hari, Ayana mengetahui tentang adanya acara perkumpulan pemuda Muslim Korea. Dan Ayana pun berkesempatan untuk mengikuti segala rangkaian yang digelar oleh perkumpulan pemuda Muslim Korea. Ia pun mulai belajar banyak tentang Islam.

Kali pertama masuk dan mengikuti acara di ruang perkumpulan, Ayana diliputi rasa ketakutan karena ia mengira sedang berada di sarang teroris. “Ketika masuk ke ruang perkumpulan, aku melihat kakak yang sangat cantik. Tidak ada yang aneh di sini, tidak satu pun pakai baju hitam (baju yang identik dengan teroris-red),” ungkapnya.

Salah satu program yang diikutimoleh Ayana secara rutin adalah Salam Nuri di Masjid dan di sini a dibimbing secara intens oleh mentor, yakni Paman Amin. Banyak hal bahkan Ayana sampai “kepincut” dengan ajaran atau nilai-nilai Islam yang sesungguhnya. Sehingga ia menjadi Muslimah.

Mungkin jika Ayana hanya berhenti pada apa yang dikatakan oleh orang-orang tentang Islam tanpa melakukan pencarian yang lebih dalam, Ayana masih terkunkung pada paradigma dan cara pandang yang salah kaprah tentang Islam. Namun, sekali lagi, Ayana melihat dan bahkan mampu melihat sisi lain (keindahan) dari Islam yang justru itu merupakan inti jaran Islam.

***

Jadi, laku radikalisme dan terorisme yang gencar dilakukan oleh oknum/kelompok Islam sesungguhnya sangat merugikan agama Islam itu sendiri. Karena laku mereka yang mengatasnakaman tuhan dalam setiap aksi kerdilnya itu, menjadikan sebagian besar non-Islam memandang Islam sebagai agama yang mencetak teroris.

Di sisi lain, umat Islam tak boleh terjebak dalam rencana sistematis dari geopolitik dunia untuk menstigmatisasi Islam sebagai agama yang disebarkan melalui pedang dan perang. Untuk itu, mari sebarkan wacana Islam yang universal, yang rahmatan lil alamin. Jangan malah ikut-ikutan membumbui rencana kelompok yang tidak senang dengan Islam.

Kasus Ayana menyadarkan kepada segenap Muslim dunia bahwa pekerjaan rumah Umat Islam masih panjang, terutama melepaskan belenggu cara pandang orang-orang yang masih menganggap bahwa Islam adalah teroris.

Dan semoga orang-orang seperti Ayana Moon, yang mempelajari Islam tidak sekedar dari ‘apa kata orang’, tetapi ikut dan belajar langsung pada guru, semakin banyak.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru