Harakatuna.com. Jakarta – Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengajak warga masyarakat dan elit bangsa untuk melakukan muhasabah. Meski telah banyak kemajuan di berbagai sektor, namun masih ada catatan-catatan evaluatif yang bersifat kritis-konstruktif, dari isu keagamaan, hukum, ekonomi, dan politik.
Haedar ingin agama menjadi pembangun nilai hidup bermakna, bukan menjadi alasan untuk memantik permusuhan dan merusak perdamaian. “Jangan bias terhadap agama, sehingga menganggap agama sebagai sumber intoleransi, terorisme, radikalisme dan lain sebagainya. Umat beragama juga perlu koreksi diri agar jangan sampai bias dan stigma ini muncul karena kesalahan-kesalahan kita dalam beragama,” ucap Haedar dalam Refleksi Akhir Tahun TVMU pada Ahad (01/01).
Selain persoalan agama, Haedar juga menyoroti masalah keadilan hukum. Jika saat ini keadilan dan penegakkan hukum masih terasa tebang pilih, terutama dalam pidana korupsi, maka seluruh instansi hukum mestinya introspeksi diri. Keadilan sejati tercipta dari adanya penegakkan hukum yang tidak tebang pilih.
Dalam aspek ekonomi, Haedar mengapresiasi kinerja semua pihak karena mampu bertahan melewati masa-masa kritis di era pandemi. Namun, membangun stabilitas ekonomi saja tidak cukup, diperlukan pemanfaatan sumber daya alam bagi hajat hidup publik bukan hanya untuk kaum elit. “Ini memerlukan komitmen semua pihak untuk memeratakan dalam menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” katanya.
Pada bidang politik, Haedar mengatakan bahwa demokrasi prosedural tidak cukup. Dibutuhkan basis nilai yang lebih kuat dan bijak yaitu bersumber pada Pancasila, Agama, dan nilai luhur bangsa, sehingga muncul etika publik, etika politik, jiwa kenegarawanan dari warga masyarakat dan elit bangsa. Selalu mengedepankan kepentingan bangsa dan kemanusiaan semesta bukan kepentingan pribadi dan kroni.
Selain itu, politik juga harus ditegak di atas konstitusi. Dalam hal ini, Haedar menyoroti pesta demokrasi 2024. Menurutya, Pemilu mesti diselenggarakan sesuai dengan amanat hukum. Siapkan segala perangkatnya dengan integritas tinggi. Seluruh komponen bangsa mesti bekerjasama melaksanakan dan menyukseskan Pemilu sebagai tonggak penting untuk kemaslahatan seluruh negeri.
“Semoga kita nanti (tahun 2024) menghasilkan elit bangsa yang betul-betul mengutamakan kepentingan bangsa, negara, tanah air, dan rakyat di atas kepentingan lainnya,” tuturnya.
Terakhir, Haedar mengatakan bahwa awal tahun merupakan momentum untuk menggali kembali spiritualitas, menjunjung tinggi moralitas, dan melakukan hal-hal lainnya dengan proporsionalitas.
“Di perayaan tahun baru ini tidak perlu berlebihan. Melepas tahun lama dan menyambut tahun baru bukan dengan pesta pora, tapi penuh dengan pertanggungjawaban. Gembira boleh, tapi harus tetap muhasabah, optimis, kedepankan ilmu, bijak lestari. InsyaAllah bangsa Indonesia akan jadi lebih maju yang ditopang dari nilai Pancasila, Agama, dan nilai luhur bangsa,” pungkas Haedar.