30 C
Jakarta

A’udzu bi-Llahi min Radikalisme, Aku Berlindung dari Paham Radikal

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanA'udzu bi-Llahi min Radikalisme, Aku Berlindung dari Paham Radikal
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Radikalisme memang tidak begitu besar tumbuh di Indonesia. Tapi, membiarkan paham menyesatkan ini tumbuh, apalagi berkembang akan membahayakan eksistensi Negara Indonesia. Indonesia sedikit “oleng” bilamana diterjang arus paham radikal.

Indonesia dibangun di atas kemajemukan. Maksudnya, negara Ibu Pertiwi ini terbuka terhadap perbedaan yang terbentang di dalamnya, mulai perbedaan suku sampai perbedaan agama. Perbedaan adalah suatu keniscayaan yang semestinya disikapi dengan arif.

Radikalisme jelas bertentangan dengan ideologi Indonesia. Bila Indonesia berdiri di atas kemajemukan, radikalisme berada di atas egonya sendiri. Radikalisme bersifat eksklusif (tertutup) terhadap kemajemukan. Radikalisme merasa paling benar sendiri.

Radikalisme jelas menjijikkan. Paham ini hanya laku bagi orang-orang yang sempit pemikirannya. Mereka melihat kebenaran sebatas yang mereka tahu dan yakini. Padahal, kebenaran sangat luas, bahkan jauh lebih luas dari yang mereka bayangkan.

Radikalisme di Indonesia telah mewujud menjadi kelompok tertutup. Di antaranya, kelompok teroris, kelompok Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), dan beberapa kelompok radikal yang lain. Beberapa kelompok radikal ini berhasil mendoktrin masyarakat Indonesia. Sehingga, tidak sedikit masyarakat yang membenci pemerintah.

Beruntungnya, pemerintah tidak mundur untuk memerangi kelompok radikal. Pemerintah mengambil sebuah keputusan yang cukup tegas untuk membubarkannya. Sehingga, satu persatu bubar bagaikan ayam kehilangan induknya.

Keputusan pemerintah membubarkan kelompok radikal mendapat dukungan yang cukup signifikan dari masyarakat. Masyarakat mulai jenuh mendengar kelakuan kelompok radikal. Indonesia sebelumnya tidak sekisruh saat muncul kelompok radikal. Jadi, kehadiran kelompok radikal hanyalah memporak-porandakan tatanan negara.

BACA JUGA  Tafsir Lingkungan di Tengah Kebijakan Penguasa

Kelompok radikal sungguh tidak punya hati. Hati mereka tertutup seperti orang yang musyrik yang tertutup hatinya. Mereka tidak mau menerima kebenaran. Kelompok radikal tidak memiliki cinta terhadap tanah air Indonesia. Mereka tidak punya rasa terima kasih telah dibesarkan di Indonesia. Seharusnya, balas budi mereka adalah merawat negara ini, bukan merusaknya.

Sebuah keputusan pemerintah dalam mencegah radikalisme mendapat support dari Intelektual Muda Nahdlatul Ulama (NU) Zuhairi Misrawi. Katanya, “Saya percaya bahwa kelompok radikal ini akan terus mengecil, karena sudah mulai ada ketegasan dari pemerintah, ada ketegasan dari masyarakat sendiri untuk memahami Islam yang rahmatan lil’alamin.”

Pernyataan Zuhairi tersebut jelas menyebutkan bahayanya radikalisme. Lebih dari itu, Zuhairi menegaskan, bahwa Islam yang sesungguhnya adalah rahmat bagi semesta alam. Ideologi yang tidak membawa rahmat, malahan membawa kekisruhan tidak dibenarkan oleh Islam. Jadi tinggalkan ideologi yang bertentangan dengan Islam.

Sebagai penutup, radikalisme jelas bertentangan dengan Islam. Agama semitik ini menghendaki perdamaian. Sungguh tidak benar tindakan radikal yang berpotensi merusak tatanan bumi yang pada mulanya diciptakan dengan baik. Tinggalkan radikalisme sebelum kamu menyesal. Karena, radikalisme adalah paham yang terkutuk. A’udzu billahi min radikalisme![] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru