31.4 C
Jakarta
Array

Asal Muasal Lahirnya Cinta

Artikel Trending

Asal Muasal Lahirnya Cinta
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Dahulu, di zaman Yunani Kuno, pernah berkumpul sekian banyak filosof dalam satu jamuan makan malam, yang dihadiri oleh, anatara lain, Socrates (399-470 SM) dan Aristoteles (450-388 SM), seorang penyair dan filosof Yunani. Mereka berbicara ihwal cinta. Sekian banyak pendapat yang muncul. Astofanes mengemukakan pendapat bahwa, manusia pada mulanya tidaklah seperti keadaannya sekarang. Dahulu manusia berbentuk bulat, memiliki empat tangan dan empat kaki, satu kepala dengan dua wajah yang dapat memandang kedua arah. Mereka sangat kuat sehingga berani melawan para dewa, yang kemudian memutuskan untuk membelah manusia seperti membelah apel. singkat kata, manusia selalu rindu untuk menemukan belahan dirinya.

Sejak itu, lahirlah potensi cinta. Yang menemukan belahannya hidup dalam kebahagiaan cinta. Pertemuan itu bermula dari pertemuan jiwa yang dapat terjadi seketika atau setelah upaya sungguh-sungguh. Dapat juga terjadi kekeliruan dalam pertemuan sehingga lahir kebencian.

Itulah kisah dari asal muasal lahirnya cinta menurut pandangan Aristofanes, penyair Yunani yang jenaka, yang diceritakan kembali oleh Plato, yang–dia sendiri–tidak memercayai mitos itu.

Sebagian ulama Islam terpengaruh dengan mitos Yunani Kuno di atas. bahkan ada yang mengatakan bahwa tiap bagian jiwa raga manusia yang bertemu dengan bagiannya yang lain, maka akan terjalin hubungan mesra antarkeduanya.

Tingkat kemesraan itu berbeda-beda, sesuai kondisi kelembutan perasaan masing-masing. Ada tiga macam hubungan kemesraan.

Pertama, pertemuan ruh dengan ruh merupakan akibat dari pertenuan matahari dan bulan pada kemunculannya di gugus yang sama, dan ketika itu cinta tidak dapat terelakkan.

Kedua, hubungan mesra akibat adanya kesenangan yang dirasakan satu pihak dari pihak lain. Memang, lanjut penganut pendapat ini mengutip satu hadis Nabi: “Jiawa manusia terbawa untuk menyukai siapa yang berbuat baik kepadanya dan membenci siapa yang bersikap buruk padannya.”

Ketiga, karena adanya persamaan dan perseuaian. Semakin banyak persamaan, semakin kuat cinta, demikian pula sebaliknya.

Ada lagi yang berkata bahwa cinta itu lahir karena pertemuan dua jiwa. Mereka menyatakan bahwa jiwa lebih dulu wujud daripada jasmani:

“Jika kelompok-kelompok, yang saling berkenalan akan menyatu dan yang tidak saling berkenalan akan berselisih.” [HR. Bukhari dan Muslim]. [n].

Sumber: Buku M. Quraish Shihab, Pengantin Al-Qur’an, Penerbit Lentera Hati, 2015.

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru