29.1 C
Jakarta

Apa Sih Kaitannya al-Qur’an dengan Sastra?

Artikel Trending

Asas-asas IslamAl-Qur’anApa Sih Kaitannya al-Qur’an dengan Sastra?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Al-qur’an merupakan sebuah kitab suci yang diturunkan Allah swt, kepada seluruh umat-Nya melalui perantara Nabi Muhammad saw untuk disampaikan atau diajarkan sebagai pedoman hidup di dunia. Al-quran juga dipahami sebagai teks suci bermutakallim Ilahi, sehingga susunan kata dalam al-Qur’an tidak bisa disandingkan atau disebut dengan kata produk (Habibur Rahman, 2019).

Sedangkan sastra yang kita kenal biasanya berkaitan mengenai sebuah karya, produk atau hasil cipta seseorang, dengan media bahasa yang indah dan menarik dengan bentuk tulisan maupun diungkapkan secara lisan. Seperti halnya puisi, novel, cerpen, drama, dll. Jika kita melihat KBBI, sastra dikenal sebagai suatu gaya bahasa.

Dalam bangsa Arab sendiri, sastra dikenal sebagai uslub yang dapat menciptakan suatu keindahan dan kekaguman diantara pembaca maupun pendengar seperti halnya sebuah syair. Kemudian jika mengacu kepada pengertian tersebut, maka jelas sangat berbeda antara al-Qur’an dan juga sastra. Jadi apa kaitannya al-Qur’an dan juga sastra?.

Sebelumnya kita perlu intip dulu sejarah mengenai turunnya al-Qur’an sebagai mukjizat, agar dapat kita jadikan sebagai referensi untuk mengetahui hubungan al-Qur’an dengan sastra. Dalam bukunya M.Quraish Shihab yang berjudul “ Mukjizat Al-qur’an” dijelaskan mengenai mukjizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad saw yaitu al-Qur’an.

Mukjizat tersebut biasanya berdasar pada keadaan keahlian atau keunggulan kaumnya. Seperti halnya mukjizat yang dimiliki Nabi Musa a.s yaitu mengubah tongkat menjadi ular untuk mengalahkan ahli sihir terhebat pada waktu itu, yang mana masyarakat waktu itu sangat mengandalkan sihir.

Dengan kata lain, Allah swt mengetahui apa yang dibutuhkan oleh para utusan-Nya karena Dia mengetahui secara pasti kondisi atau keadaan umat (Sholahuddin Ashani 2015). Sedangkan mukjizat berupa al-Qur’an tersebut, berdasar karena masyarakat Arab pada masa jahiliyyah yang terkenal dengan keahliannya dalam menyusun syair-syair Arab yang begitu indah, serta kefasihan atau kecerdasan mereka dalam bahasa.

Oleh karena itu, al-Qur’an juga di kenal sebagai i’jaz lughawi sebuah mukjizat dari sisi susunan bahasanya. Kemukjizatan dari segi bahasa ini bisa dibilang sebagia pokok kemukjizatan diantara i’jaz al-qur’an yang lainnya. Hal ini disebabkan susunan keindahan bahasa al-Qur’an yang selaras dengan maknanya, dapat menantang orang kafir quraisy untuk menciptakan karya yang serupa atau menandinginya (Mahyudin Ritonga, 2015).

Pemilihan bahasa Arab sebagai bahasa qur’an yang dinilai istimewa dan unik ini juga menjadikan Allah swt turun tangan langsung, yaitu menjamin untuk menjaga dan memelihara keorisinilan dari sudut bahasa maupun isi kandungannya sebagaimana tertera dalam Qs. Al-Hijr ayat 9.

BACA JUGA  Mudarosatul Quran, Kebiasaan Rasulullah di Bulan Ramadhan

اِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَاِنَّا لَهٗ لَحٰفِظُوْنَ

Terjemah :

Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya.

Sehingga ketika kaum quraish yang notabennya banyak sekali pujangga atau ahli sastra diberi tantangan untuk menciptakan hal serupa seperti al-Qur’an, tidak ada satu pun yang berhasil melewati tantangan tersebut. Sebagaimana dijelaskan dalam beberapa ayat dalam al-Qur’an yaitu: QS. al-Isra ayat: 88, QS. Hud ayat: 13-14, QS. Yunus ayat: 38.

Sehingga kita dapat mengetahui bahwa al-Qur’an diturunkan di tengah-tengah bangsa Arab, yang dikenal sebagai bangsa yang menguasai dalam keahlian bidang bahasa khususnya nilai bahasa sastra. Oleh karena, itu al-Qur’an dan sastra berkaitan karena struktur al-Quran yang bahasa arab sangat kaya akan mufradatnya dan memiliki uslub paling tinggi dibandingkan dengan bangsa lain.

Selain itu, unsur Lughawi atau bahasa dalam al-quran memiliki keindahan tak hanya di bidang struktur lughawinya saja sehingga ahli sastra bangsa arab tidak mampu menciptakan sebuah karya yang dapat menandingi al-Quran. Karena bahasa al-Quran juga memiliki keserasian maknanya, tak hanya antara satu surat dengan surat lainnya, atau satu surat dengan ayat yang lain.

Tapi, dalam bahasa al-quran juga dapat mempertautkan antara satu kata dengan kata lainnya yang menciptakan kesatuan serta keserasian antara huruf atau kata dengan kalimatmya maupun keserasian antara kalimat dengan maknanya. Sehingga ketika al-quran dibaca ataupun didengar dapat menjadikan seseorang merasakan perasaan tertarik pada orang yang membaca dan mendengarkan lantunan ayat al-Quran.

Al-quran dan juga sastra yang dikenal juga dengan uslub di dalam bahasa arab, juga memiliki katerkaitan atau sebuah ikatan dalam bidang penafsiran. Hal ini berdasarkan karena al-Qur’an yang menggunakan bahasa arab, terkadang tidak jarang ditemui sebuah kata yang digunakan dalam al-Quran memiliki makna yang berbeda dengan makna yang dimengerti oleh bangsa arab pada waktu itu.

Oleh karena itu, muncullah ragam disiplin keilmuan untuk mengungkapkan makna yang sulit dipahami dari ayat-ayat al-Qur’an yang dibaca. Banyak sekali disiplin keilmuan yang berkembang untuk mengungkapkan atau menafsirkan makna yang ada dalam al-Qur’an diantaranya adalah  dengan pengungkapan asbabun nuzul, munasabah ayat, linguistik sastra atau dikenal sebagai ( al-Uslub al-Adabi), dan lain sebagainya. Jadi kaitannya al-Qur’an dengan sastra juga berkaitan sebagai media atau pendekatan yang digunakan untuk mengungkapkan makna atau arti dalam kandungan ayat-ayat al-Qur’an.

Khikmatun Nazillah, Pekalongan, Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

 

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru