26.1 C
Jakarta

Aliran Feminisme Jihad bagi Sang Perempuan Teroris

Artikel Trending

KhazanahTelaahAliran Feminisme Jihad bagi Sang Perempuan Teroris
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Ada yang bisa kita lihat dari sudut pandang feminism tentang keterlibatan perempuan dalam aksi teroris yang dilakukan oleh Zakiah Aini dalam aksinya di Mabes Polri yang disebut Lone Wolf terrorism oleh para akademisi, pengamat teroris, ataupun lainnya.

Keterlibatan perempuan dalam aksi terorisme merupakan babak baru dari perjuangan para teroris untuk mengikutsertakan kesetaraan perempuan didalam terminologi pemahaman keislaman yang sesat atas nama jihad tersebut.

Beberapa tahun terahir, perempuan sudah terlihat gerakannya menjadi pelaku aktif terhadap gerakan-gerakan terorisme. Dilansir dari Kompas.com, Dalam kurun waktu sepuluh tahun (2001-2020), jumlah tahanan perempuan terkait aksi terorisme di seluruh Indonesia mencapai 39 orang. Meski hanya 10 persen dari jumlah laki-laki, Milda memperingatkan bahwa keterlibatan perempuan itu bisa menjadi warning bagi Indonesia. pada tahun 2018, sejumlah 13 perempuan yang terlibat aksit terorisme, disusul pada tahun 2019, ada 15 perempuan.

Ini artinya gerakan-gerakan perempuan dalam narasi jihad sudah mulai mucul ke permukaan seiring berjalannya waktu. Bisa dipastikan, data tersebut belum seberapa dibandingkan dengan fakta pemahaman akan jihad yang dimiliki oleh perempuan-perempuan milenial. Bisa dipastikan, akan terus meningkat dan semakin meningkat.

Perempuan Teroris Bukanlah Berangkat dari Ketidaktahuan

Aksi yang dilakukan oleh Zakiah Aini bukanlah tanpa dasar, kemungkinan-kemungkinan keterlibatan para organisasi yang berafiliasi kepada aksi-aski terorisme menjadi penyebab pemikiran Zakiah yang menolak keras akan demokrasi, pancasila, bahkan hukum buatan manusia.

Namun, dari sini kita bisa mengetahui bahwa Zakiah, yang memilih untuk terlibat pada aksi terorisme bukanlah perempuan biasa-biasa saja, atau dalam artian tidak berpengetahuan. Bahkan pendidikannya sudah menempuh jenjang strata 1. Ini artinya, Zakiah secara sadar dengan penuh dirinya memilih menjadi bagian dari teroris adalah bentuk kesadaran dan keilmuan memahami narasi jihad yang menjadi power dari para teroris.

Zakiah dengan kecakapan ilmu yang cukup seharusnya bisa menjadi cerminan bahwa pelaku terorisme perempuan sangat bisa berasal dari perempuan yang berpendidikan. Bahkan seharusnya pengetahuan yang dimiliki menjadi bijak untuk tidak mudah terpangaruh dalam hal demikian, justru menjadi sasaran empuk dengan mengatasnamakan agama.

Feminisme Jihad: Aliran Baru Kesetaraan Perempuan

BACA JUGA  Generasi Khilafah Adalah Perusak Bangsa

Saya bisa mengatakan bahwa para perempuan teroris ini adalah aliran feminisme baru yang muncul seiring meningkatnya populasi perempuan yang ikut andil dalam aksi-aksi terorisme. Sebab kehadiran para perempuan ini, bukanlagi sebagai pendukung para suami, bukan lagi sebagai penyemangat suami yang berdiri di belakang.

Akan tetapi, perannya juga sama halnya dengan laki-laki. Ini kemudian disebut kesetaraan. Jika awal mula kemunculan ISIS memainkan peran laki-laki dalam aksi-aksi terorismenya, maka tidak demikian yang terjadi. Perempuan juga bergerak, memiliki peran yang sama dengan laki-laki yakni sama-sama berperan aktif dalam pengeboman gereja.

Kita bisa menganalisa tentang sebuah aliran feminis baru yang muncul dan digerakkan oleh para perempuan teroris yang hendak melebarkan sayapnya pada dunia teroris. Dengan berbagai kemungkinan alasan mengapa perempuan terlibat pada aksi terorisme, hal itu bukanlah sebuah kebetulan.

Akan tetapi, dari sekian banyak aliran feminis yang kita ketahui, seperti misalnya aliran feminis radikal. Jika aliran feminis liberal memperjuangkan hak indiviidu atas konstitusi pendidikan, ekonomi, dan hukum, yang setara antara laki-laki dan perempuan. Maka aliran feminis jihad  membawa kemungkinan pada gerakan perempuan setara antara laki-laki dan perempuan dalam aksi-aksi terorisme yang dilakukan.

Tidak lagi perempuan sebagai produk pasif, ia aktif dalam aksi tersebut bahkan bisa jadi ke depan akan mendominasi, sebab loyalitas perempuan dikenal dan sangat sulit untuk proses deradikalisasi.

Barangkali sosok Dania yang berhasil selamat dari Syuriah berkat tergoda pada ISIS melalui facebook, hanyalah sekian persen perempuan yang menyesal pernah terlibat dalam aksi teror. Nyatanya perempuan seperti Zakiah Aini dengan bangganya menyebut dirinya berjihad di jalan Allah.

Perlu diketahui bersama bahwa sesuatu sudah menjadi ideologi, sangat sulit sekali untuk merubah ideologi.  Sama seperti halnya ketika kita berhasil membubarkan organisasi para teroris, namun itu bukan berarti terorisme musnah, sebab letaknya dikepala, dihati menyatu dengan tubuh manusia, dan itu sangat sulit dihilangkan. (Aji:2018)

Keterlibatan perempuan dalam aksi terorisme adalah wujud aliran feminism baru, ia akan terus hidup dan menjelma dengan berbagai peningkatan populasi dimasa yang akan datang. wallahu a’lam

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru