27.5 C
Jakarta

Alasan Mengapa Perempuan Harus Mandiri

Artikel Trending

KhazanahTelaahAlasan Mengapa Perempuan Harus Mandiri
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna-Buya Husein dalam sebuah kalimat sederhana yang diunggah melalui akun Instagram @dawuhguru, tertulis bahwa: “Perempuan harus sehat secara reproduksi pintar secara intelektual dan mandiri dalam berpikir dan finansial. Jangan bergantung nasibnya kepada laki-laki/suami. Orang yang tergantung itu bagai orang yang tidak merdeka. Saat orang tepatnya bergantung tidak ada, dia akan kehilangan segalanya. Ketergantungan bisa mengakibatkan keterbelakangan”.

Kalimat di atas seperti sebuah peringatan kepada kita semua perempuan bahwa, akan lebih baik jika seorang perempuan memiliki kesadaran untuk berupaya agar mandiri secara finansial, pengetahuan, dan memiliki kemampuan untuk berdikari. Meraih kemampuan tersebut, tidak bisa diperoleh secara percuma atau anugerah dari lahir. Akan tetapi sesuatu yang harus diikhtiarkan, dicari dan diasah.

Masa depan tidak ada yang tahu

Siapa yang akan tahu jika suatu saat nanti kita akan hidup sebagai seorang janda yang ditinggalkan meninggal oleh suami? Atau mendapat kekerasan baik fisik ataupun verbal yang membuat kita untuk memutuskan untuk menjadi seorang janda? Atau bisa juga di masa depan, suami kita ternyata memilih meninggakan kita karena ada perempuan yang lebih baik dari pada kita? Apakah saya sedang menakut-nakuti masa depan kita semua? Tentu tidak.

Dengan pertanyaan di atas, kita bisa memahami bahwa ada banyak sekali kemungkinan terburuk yang akan terjadi pada hidup kita. Apakah ini sikap overthinking yang dikedepankan? Tentu tidak. Sebab pikiran semacam ini merupakan hal yang perlu kita pertimbangkan sebagai salah satu acuan kita untuk terus mempersiapkan kehidupan yang lebih baik di masa akan datang. Apakah ini bentuk tidak sikap tidak menerima ketetapan Allah? Tentu tidak. Sebab kita sedang berikhtiar seperti yang diperintahkan oleh Allah Swt.

Kenyataannya, pikiran semacam ini dikuatkan oleh banyaknya kasus perceraian yang terjadi di Indonesia akibat pelbagai hal, seperti: ekonomi, KDRT hingga poligami. Sepanjang tahun 2021, dilansir melalui databoks.katadata.co.id, Menurut laporan Statistik Indonesia, jumlah kasus perceraian di Tanah Air mencapai 447.743 kasus pada 2021, meningkat 53,50% dibandingkan tahun 2020 yang mencapai 291.677 kasus.

Tingginya kasus perceraian dapat kita pahami bahwa, perceraian bukan sebuah fenomena baru yang terjadi pada masyarakat Indonesia. Yang paling dirugikan dari sebuah perceraian, adalah perempuan. Apalagi, ketika memiliki tanggung jawab anak, ditambah dengan ketiadaan mandiri secara finansial, beban berlipat menjadi seorang single parent (orang tua tunggal) sangat menyengsarakan perempuan.

BACA JUGA  Penganiayaan di Pesantren Kerap Terjadi, Mengapa Menyalahkan Sekularisme?

Fakta yang kadang luput dari pandangan kita perlu dipikirkan untuk menjadi refleksi diri sebagai seorang perempuan. Tidak ada yang tahu masa depan masing-masing setiap orang. Setiap perempuan memimpikan masa depan yang cerah, memiliki suami yang setia, kaya raya, tampan bahkan menjadikan kita ratu. Namun, kenyataan tidak seperti mimpi indah tersebut. Sehingga segala hal buruk yang mungkin akan terjadi perlu kita pikirkan secara seimbang.

Perempuan tidak bisa terbelenggu dengan kenyamanan semacam itu, Betty Frieden juga pernah mengkritik keinginan kenyamanan yang dimiliki oleh setiap perempuan. Hal ini karena, perempuan memiliki kuasa atas tubuhnya yang harus bisa dimanfaatkan untuk bekerja, belajar, sama halnya seperti laki-laki.

Ikhtiar mengasah diri

Tidak ada yang lebih baik dari sebuah perbandingan, selain membandingkan diri sendiri dari sebelumnya. Artinya, perbandingan tersebut haruslah lebih baik dari diri kita sendiri dibandingkan dengan masa lampau.

Melalui perbandingan diri yang semacam ini, kita akan fokus terhadap diri sendiri. Tanpa perlu melihat kekurangan orang lain. Fokus terhadap diri sendiri dengan upaya mengasah kemampuan akan membuat kita untuk upgrade diri, upgrade pengetahuan/kemampuan.

Bagi perempuan, mengasah diri adalah upaya yang harus dilakukan. Hal ini akan berdampak terhadap kapasitas yang dimiliki. Dengan mengetahui fakta bahwa tidak ada yang tahu tentang masa depan sebenarnya, kita berupaya untuk mempersiapkan diri  agar hidup di masa yang datang.

Hal yang lain bahwa, belajar adalah aktifitas yang dilakukan oleh manusia selama hidup, atau yang biasa dikenal lifelong learning. Dalam Islam, kewajiban menuntut ilmu juga disampaikan dalam sebuah hadis, yakni Uthlubul ‘ilma minal mahdi ilal lakhdi. Artinya: “Tuntutlah ilmu dari buaian (bayi) hingga liang lahat.”

Mencari ilmu tidaklah sebatas pada Pendidikan formal. Lebih dari itu, kita memiliki banyak ruang untuk belajar, mengasah skill, dan potensi yang diberikan oleh Allah Swt. Wallahu a’lam

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru