26.3 C
Jakarta
Array

Al-Qur’an dan Hadits di Era Saintifik-Modernis

Artikel Trending

Al-Qur’an dan Hadits di Era Saintifik-Modernis
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Ajaran-ajaran dalam al-Qur’an dan Hadits ialah sebuah dogma normatif islam yang dijadikan sebagai sumber acuan petunjuk bagi umat islam disamping hadirnya sumber-sumber credibel yang lain, baik hadits maupun al-Qur’an merupakan dua sumber vital yang saling sinergis dengan petunjuknya bagi kehidupan umat manusia terlebih umat muslim. Secara general banyak perspektif yang beranggapan bahwa pesan-pesan yang terkandung dalam dua sumber tersebut hanya berorientasi pada aspek-aspek normatif agama, yang berbicara tentang aspek teologis (tauhid) ataupun syariah (muamalah). Akan tetapi pemahaman yang demikian terlalu sempit karena tak jarang terdapat isyarat teks-teks al-Qur’an dan Hadits yang menyinggung tentang perkara-perkara keilmuan modern kontemporer yang banyak ditemukan pada zaman modern sekarang. Jika ditelaah secara mendalam banyak teks-teks baik al-Qur’an maupun Hadits yang berbicara tentang keilmuan-keilmuan mutakhir pada zaman modern sekarang hususnya menyinggung aspek keilmuan ilmiah.

Hal ini tak lepas dari visi peran kedua sumber tersebut yakni shalih likulli zaman wal makan serta merupakan sumber komprehensif nan universal bagi umat manusia dengan mengimani pula petikan ayat al-Qur’an “Dan Kami turunkan kepdamu Al-Kitab (al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu” (QS. Al-Anfal : 89). Sehingga muncul sebuah diskursus keilmuan baru pada era saat ini, yakni tafsir ayat kealaman (tafsir al ilmi) dan juga hadits kealaman (hadits al ilmi) yaitu pembahasan tentang isyarat teks-teks saintis dalam al-Qur’an dan Hadist dengan penelitian praktik nyata oleh para cendekiawan. Tentunya hal ini hadir sebagai respon daripada ijtihad dan ikhtiyar para akademis muslim kontemporer yang ingin menunjukkan bahwa ajaran-ajaran al-Qur’an dan Hadits tidak hanya berorientasi pada ranah teologis saja, namun juga relevan dengan keilmuan-keilmuan ilmiah modern. Al-Ghazali berpendapat, dalam makna ayat al-Qur’an terdapat makna yang dzahir dan batin atau tersirat dan tersurat, ia juga dikenal sebagai sosok ulama yang pertama kali mempelopori dasar tafsir ilmiah secara teoritis, begitu juga dengan As-Suyuthi dan juga Ar-Razi. Berbeda dengan tiga tokoh diatas Quraish Syihab lebih mengadopsi istilah “pemahaman” ketimbang menggunakan istilah “tafsir” itu sendiri, pandangan yang demikian berkaitan dengan produksi teori-teori ilmiah yang cenderung bersifat relatif-tentatif dengan harapan tidak menyalahi sifat absolutisme ajaran-ajaran al-Qur’an dan Hadits.

Pada zaman kontemporer sekarang pengetahuan saintifik banyak digeluti oleh para intelek-intelek ulung di berbagai penjuru dunia, tidak lepas dari peran temuan-temuan teori ilmiah yang dapat memproduksi teknologi mutakhir bagi peradaban kehidupan dunia. Dengan lahirnya berbagai temuan-temuan imajinatif yang mayoritas berasal dari ilmuan-ilmuan barat pada era modern sekarang, para sarjana muslim tidak tinggal diam, mereka mencoba merespon dengan menggali dan menyajikan bahwa teks-teks al-Qur’an dan Hadist secara tersirat telah mengisyaratkan hal yang demikian. Relevansi al-Qur’an dan Hadits dengan pengetahuan ilmiah merupakan sebuah kemukjizatan sekaligus bukti bahwa al-Qur’an dan Hadits bukanlah sebuah teks normatif agama saja akan tetapi juga menjadi sebuah ajaran saintifik bagi para sarjana-sarjana modern sekarang. Representasinya ialah dengan munculnya berbagai literatur yang berbicara tentang relasi dan relevansi antara sains dan teks-teks suci kedua sumber tersebut, diantaranya ialah kitab Sains Dalam Hadits karya Prof. DR. Zaghlul An-Najjar seorang cendekiawan Mesir Guru Besar bidang Geologi, Ensiklopedia Ayat-Ayat Sains al-Qur’an Abad 22 karya hasil kerjasama Kementrian Agama RI dengan LIPI, serta berbagai literasi yang lain.

Isyarat-isyarat yang becorak sains dalam al-Qur’an dan Hadits mulai mendapat perhatian di kalangan cendikiawan dunia, tidak hanya mereka yang muslim melainkan mereka pula yang non-muslim juga tertarik untuk mengkaji hal ini. Adapun hasilnya banyak ditemukan kecocokan antara isyarat-isyarat ilmiah dalam al-Qur’an dan Hadits dengan hasil praktik penelitian yang mereka lakukan. Diantaranya ialah relevansi ayat ke 2 dalam surat al-‘Alaq tentang embrio atau janin yang menggantung pada dinding rahim perempuan yang disebut dengan istilah zigot. Selanjutnya isyarat bunyi hadits shahih Nabi yang mengatkan bahwa pada hewan lalat terdapat obat dan penyakit (virus) pada dua sayapnya, isyarat ilmiah ini dapat dibuktikan dengan hadirnya penelitian-penelitian saintifik tentang hal ini yang mengerucut kepada sebuah kebenaran. Serta berbagai penemuan-penemuan lain seperti, fenomena penciptaan dan proses pembentukan bumi, ka’bah dalam poros alam semesta, budaya seks bebas dan penyebaran wabah penyakit yang mana semuanya telah diisyaratkan dan termaktub baik dalam al-Qur’an maupun Hadist.

Adanya kecocokan antara teks-teks suci islam dengan fenomena ranah keilmuan sains modern bukanlah sebuah unsur kebetulan semata tanpa ada sebab-sebab yang mengitarinya, melainkan hal ini merupakan sebuah penegas kemukjizatan al-Qur’an dan dalil universalisme yang terkandung dalam al-Qur’an dan Hadits seiring dengan perkembangan pesat ranah keilmuan sains pada era modern. Bukti peran islam meruapakan sebuah agama yang sangat menghargai ilmu pengetahuan, bukan hanya teori tetapi juga dalam praktik/kenayataan juga teraktualisasikan dengan adanya hal yang demikian. Serta sebagai pendobrak spirit kaum muslim untuk terus berusaha mengeksplorasi kandungan-kandungan esoterik yang terdapat dalam al-Qur’an dan Hadits demi terciptanya sebuah kehidupan yang berperadaban maju dan modern kedepan.

*Ahmad Fahrur Rozi, Mahasiswa penerima beasiswa PBSB Kemenag RI UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru