27.1 C
Jakarta
Array

Aksi Bela Palestina, atau Bela Teroris?

Artikel Trending

Aksi Bela Palestina, atau Bela Teroris?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Saya sudah menulis ratusan, mungkin ribuan, artikel soal Suriah (saya menulis pertama kali tentang konflik Suriah Desember 2011, sekarang Mei 2018). Dan sering saya sampaikan: ada Israel di balik agenda penggulingan Assad.

Ini bukan teori konspirasi karena saya mengajukan bukti. Teori konspirasi itu kalau didasarkan khayalan, mencocok-cocokkan.

Antara lain buktinya adalah dokumen-dokumen CIA yang declassified (sudah boleh diakses publik) yang isinya rencana AS sejak tahun 1980-an untuk menggulingkan pemerintah Suriah demi Israel.  Ada pula email Hillary Clinton yang dirilis  Wikileaks (Maret 2016). Tertulis di dalam email itu, “Hubungan strategis antara Iran dan rezim Bashar Assad membahayakan keamanan Israel… “ [1]

Bukti lainnya adalah perilaku Israel selama konflik Suriah. Bila benar Israel adalah negara demokratis dan antiteroris (demikian kata fans Israel, terutama ZSM Indonesia), mengapa mereka tidak membombardir Golan saja, dimana banyak teroris ISIS dan Al Nusra, bercokol? Mengapa yang  dilakukan Israel justru membombardir tentara Suriah yang hampir mengalahkan teroris, lalu merawat para teroris yang terluka di rumah sakit Israel, bahkan dibesuk oleh Netanyahu?  [2]

Suriah adalah negara yang frontal melawan Israel. Selain mensuplai logistik ke Palesina serta menampung jutaan pengungsi Palestina, Suriah juga memberikan perlindungan kepada Hamas (milisi perjuangan kemerdekaan Palestina). Saat negara-negara Arab tak mau menerima Hamas (karena takut pada AS-Israel), Suriahlah yang menerima dan memberikan kesempatan kepada Hamas untuk berkantor di Damaskus.

Kemudian, sebagian elit Hamas berbalik melawan pemerintah Suriah dan mendukung “mujahidin”. Lihat di foto, pimpinan Hamas, Ismail Haniyeh mengibarkan bendera “mujahidin”/teroris Suriah (hijau-putih-hitam bintang 3).

–[Bendera yang sama yang juga pernah dikibarkan oleh lembaga-lembaga donasi  yang aktif mengumpulkan dana untuk Suriah. Donasi untuk korban perang tentu baik. Tapi bila itu dilakukan dengan menggunakan narasi palsu, seperti “rezim Syiah  membantai warga Sunni Suriah”, disertai foto-foto palsu (misalnya anak berdarah-darah korban tentara Israel di Gaza disebut sebagai korban pembantaian oleh Assad),  serta video hoax buatan White Helmets, tentu amat wajar bila publik mempertanyakan: uang sumbangan rakyat Indonesia itu diberikan ke siapa?]–

Perubahan sikap Hamas ini dilatarbelakangi ideologi keagamaan mereka, yaitu Ikhwanul Muslimin. Mereka lebih memilih bergabung bersama jaringan IM transnasional (yang sedang punya misi menggulingkan Assad), daripada fokus pada perjuangan memerdekakan tanah airnya sendiri.

Tentu saja, akhir-akhir ini Hamas menunjukkan penyesalan dan menyatakan akan fokus pada urusan dalam negeri saja, lalu berupaya kembali mendekati Iran (yang sejak pengkhianatan Hamas telah menghentikan bantuan dana; padahal Hamas sangat butuh dana itu untuk mengelola pemerintahan di Gaza).

Karena yang angkat senjata di Suriah sebagian besarnya adalah anasir IM, plus Hizbut Tahrir, ISIS, dan Al  Qaida  (jadi, “mujahidin” alias teroris di Suriah itu banyak faksi, tapi ideologi dasarnya sama), dan semua ormas itu punya cabang di Indonesia, tak heran bila orang Indonesia berisik sekali soal Suriah (dengan narasi yang salah).

Radikalisme dan terorisme yang marak akhir-akhir ini di Indonesia, tidak bisa dilepaskan dari maraknya narasi intoleran, hatespeech, dan fitnah yang disebarkan dalam upaya penggalangan dana dan rekrutmen petempur untuk “jihad” di Suriah.

ANEHNYA: kemarin, tiba-tiba saja, orang-orang yang sama, yang selama 7 tahun terakhir heboh sekali melakukan manipulasi informasi soal Suriah justru menggagas AKSI BELA PALESTINA.

Halooo?? Bela Palestina, tapi selama 7 tahun terakhir berperan penting dalam penghancuran pendukung utama Palestina, Suriah? Betapa kontradiktifnya!

Selain itu, bisa dilacak, sejak 2014, kelompok ini pula yang  suka menggunakan isu SARA untuk politik dalam negeri.  Mereka kemudian bikin film, berkeras menyatakan ini film soal cinta, padahal jelas konteks kelahiran karya ini adalah aksi bela ini-bela itu yang sejatinya demi pertarungan politik domestik.

Di sinilah pentingnya pemahaman geopolitik global, biar tak mudah dibodoh-bodohi oleh segelintir elit domestik yang membawa narasi sektarian demi agenda politik.  Juga biar nyambung, saat saya mengaitkan Suriah dan kondisi politik dalam negeri, atau dengan film tertentu.

Pembelaan terhadap Palestina adalah amanah UUD kita. Tapi, mari bela Palestina dengan pemahaman yang utuh. Jangan sampai merasa sedang bela Palestina, eh, ternyata yang dibela malah teroris.

*Dina Y Sulaiman, Analis Timur Tengah dan Islam

——-

Kepada yang ingin lebih paham soal Suriah-Palestina dan kaitannya dengan Indonesia, silahkan baca tulisan saya sebelumnya (ada ratusan artikel), sebagian di FP ini, sebagian di blog (dinasulaeman.wordpress.com), juga ada di buku Salju di Aleppo. Silahkan juga unduh e-book sederhana yang saya buat, yang menjelaskan konflik Palestina di http://ic-mes.org/wp-content/uploads/2017/08/PALESTINA-ADALAH-KITA.pdf

[1]baca “Salju di Aleppo”

[2]https://www.independent.co.uk/news/world/middle-east/israel-giving-secret-aid-syrian-rebels-bashar-al-assad-golah-heights-hezbollah-fursan-al-joulan-a7797151.html

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru