31.3 C
Jakarta

Agung Wisnu Wardana: Aktivis 98 dengan Ide Gila Proposal Khilafah

Artikel Trending

KhazanahTelaahAgung Wisnu Wardana: Aktivis 98 dengan Ide Gila Proposal Khilafah
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com- Masihkah ingat tentang proposal khilafah sebagai ide gila yang sempat ramai beberapa waktu lalu? Dalam proposal khilafah, ada empat poin di dalamnya, yakni; Pertama, khilafah akan menata ulang sistem kepemilikan dengan pola yang sesuai syariat Islam. kebijakan tersebut akan memberikan seluruh aset seperti tambang, batu bara dan minyak akan diberikan kepada rakyat bukan pemodal asing. Seluruh investor asing akan akan dipulangkan karena sumber daya alam yang dimiliki oleh Indonesia sangat mencukupi untuk dikelola. Kedua, khilafah akan menjalankan politik ekonomi Islam. Artinya khilafah akan menggratiskan kebutuhan pokok manusia seperti: pangan, sandang, papan, pendidikan, Kesehatan dan keamanan.  Jaminan kebutuhan ini, akan memberikan kesejahteraan kepada masyarakat dengan ditegaknya khilafah.

Ketiga, khilafah akan menghapus sektor moneter yang menjadikan uang sebagai komditas utama. Utamanya dalam hal riba. Sebab riba akan membawa kepada kemudharatan dan mencegah keberkahan. Degan ditegaknya khilafah, maka tidak ada lagi riba yang dipraktikkan dan membuat masyarakat hidup dengan penuh berkah. Keempat, khilafah akan mengakhiri dominasi dollar Amerika Serikat dan Yuan China, kemudian menggantinya dengan sistem moneter Islam, dinar dan dirham. Semua negara Islam yang ada di dunia, ketika bersatu untuk menerapkan dirham, maka posisi dirham akan menguasasi dunia. Dari sinilah dominasi Barat yakni Amerika Serikat akan terkalahkan dengan hadirnya khilafah.

Isi proposal khilafah di atas, disampaikan secara terang-terangan oleh Agung Wisnu Wardana, aktivis khilafah yang sampai hari ini terus mengkampanyekan khilafah di media sosial pribadinya. Wacana kontemporer yang dibawa oleh Agung, menjadikan propagandanya semakin ciamik karena isu yang dibawa juga menyasar kepada kritik akun-akun tiktok yang isinya generasi Z.

Aktivis 98 yang mabuk agama

Sebagai aktivis 98 yang mengalami pasang surut arus perpolitikan Indonesia yang sangat berat, Agung justru dibentuk di era pemerintahan Soeharto. Ia memiliki pengalaman pasang surut dalam dunia aktivis dengan berbagai perubahan. Seperti yang kita ketahui bahwa, akibat dari sikap represif yang ditujukan kepada umat Islam, ketika kekuasaan Soeharto runtuh, terjadi euforia pada umat Islam untuk perkembangan Islam di Indonesia. Menurut Nur Ichwan, tumbangnya rezim Soeharto membuka peluang transformasi politik yang tidak terbayangkan sebelumnya. Hadirnya organisasi Islam yang memiliki ruang yang sangat besar dibandingkan dengan rezim Soeharto, memberi peluang berkembangnya wacana keislaman yang sangat beragam dan kompleks. Hadirnya HTI, FPI dan organisasi keislaman pasca runtuhnya Soeharto, memberikan ruang yang sangat luas untuk berkembang dan menyebarkan ideologinya sesuai basicnya masing-masing.

BACA JUGA  Idulfitri: Rajut Silaturahmi dengan Sikap Toleran Antarumat Beragama

Agung, adalah saksi sejarah bagaimana perubahan arus informasi yang terjadi pada masa 98 dengan hari ini. Jika ia di masa silam adalah aktivis yang menolak pemerintahan di masa Soeharto karena berbagai persoalan politik yang terjadi, dengan berkoar-koar melakukan demonstrasi di lapangan, orasi, ataupun sejenisnya,  hari ini, Agung memiliki strategi yang lain dengan narasi jauh berbeda dan sangat besar, yang tidak lain adalah, kampanye di media sosial yang sanagt masif.

Melalui laman twitternya, Agung masih tetap keukeuh sampai hari ini memproklamirkan ide khilafah dengan mengacu pada fenomena terkini. Ia aktif menyuarakan sistem khilafah ke publik. Mengkritik berbagai kebijakan pemerintah dengan narasi khilafah, seperti yang dilakukan oleh media siber yang berafiliasi kepada khilafah. Narasi yang dibawa oleh Agung, membangun identitas keislaman dengan meyakini bahwa, segala persoalan di dunia ini khususnya problem kebangsaan, dapat diselesaikan dengan mendirikan khilafah.

Keyakinan tersebut bisa dilihat dari argumentasi yang disampaikan melalui video pendek oleh Agung. Problem yang dikritik dengan argumen sejarah dan sejumlah Analisa yang dibangun, ditambah dengan persoalan hari ini yang tidak akan pernah selesai, dapat diselesaikan dengan pendirian negara khilafah. Hal ini sejalan dengan argumentasi teologis yang dibawa oleh khilafah bahwa, pendirian negara khilafah merupakan kewajiban yang harus diperjuangkan oleh semua orang Islam.

Dengan demikian, merupakan hal yang sangat wajar apabila narasi yang dibawa oleh Agung, sama halnya dengan narasi yang disampaikan oleh media online yang isinya para aktivis khilafah seperti muslimahnews.com, hizbut-tahrir.or.id dan media sejenis lainnya. Wacana tentang penolkaan neoliberalisme, kapitalisme menjadi ancaman bagi berdirinya khilafah dalam satu komendo kepemimpinan di seluruh dunia.

Baik neoliberalisme, kapitalisme adalah produk pemikiran yang tidak memiliki hubungan erat dengan doktrin Islam dan dilihat sebagai western-oriented. Maka yang perlu kita lihat adalah narasi yang tampil oleh oleh kelompok khilafah ketika mengkritik ini bisa dilihat dari dua perspektif, di antaranya: kritik dilakukan untuk penegasan identitas diri tentang jati diri keislaman yang dimiliki. Kedua, sebagai upaya untuk meyakinkan konstituen mengenai kemungkinan terjawabnya persoalan dengan asumsi khilafah sebagai solusi. Wallahu a’lam

 

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru