28.9 C
Jakarta

Agenda Radikal di Balik Pembuatan Virus Corona

Artikel Trending

Milenial IslamAgenda Radikal di Balik Pembuatan Virus Corona
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Virus Corona alias COVID-19 masih berada di tingkatan teratas topik pembicaraan masyarakat dunia. Jika sebelumnya sempat saling tuduh antara Amerika Serikat dan China tentang adanya konspirasi, kini pembicaraan bergulir pada China. Dilansir Republika, beredar telegram rahasia dari perwakilan AS di China soal penelitian virus dari kelelawar di laboratorium Wuhan, Hubei, sejak 2018.

Jika benar, maka Corona ternyata bukan benar-benar virus alami, melainkan senjata biologis, transformasi dari varian virus sebelumnya; MERS-CoV dan SARS-CoV-1. Ini bukan lagi tentang absennya kemanusiaan demi kepentingan politik internasional. Ini adalah tentang pelaku pembuatannya, apakah negara adidaya, politisi, atau justru orang-orang radikal?

Per Kamis (16/4), seperti dilansir dari Kompas, lebih dari dua juta orang sedunia terinfeksi virus Corona. Tercatat 2.075.528 positif, 134.286 meninggal, dan 509.557 berhasil sembuh. AS masih menempati posisi teratas dengan kasus positif sebanyak 641.813, 18.708 mati, dan 48.513 sembuh. China berada di urutan ketujuh: 82.895 terinfeksi, 3.342 meninggal, dan 77.816 sembuh.

Di Indonesia sendiri, dilansir CNN Indonesia, per Rabu (15/4), ada 5.136 kasus positif dengan rincian 469 meninggal dan 446 dinyatakan sembuh. Kebijakan pemerintah sudah diterapkan sejak awal kasus terjadi, mulai dari physical distancing hingga pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Di negeri ini, Corona murni musibah. Tidak ada sangkut pautnya dengan radikalisme.

Ansyaad Mbai, Eks-Ketua BNPT mengatakan, pada Sabtu (7/3) lalu, dilansir Kompas, radikalisme lebih berbahaya dari Corona. Pernyataan tersebut mungkin benar dalam beberapa hal. Tetapi memberi kesan seakan sama sekali tidak ada keterkaitan antara radikalisme dengan Corona. Padahal pandemi global ini merupakan buah dari agenda radikal, yakni, pemusnahan massal melalui senjata biologis.

Senjata Biologis

Pemusnahan massal atau genosida bukanlah agenda baru dalam sejarah. Ambisi manusia mengantarkannya pada suatu titik di mana kemanusiaan menjadi sesuatu yang tidak berarti. Awalanya, mereka berpikir, nuklirlah satu-satunya senjata untuk merealisasikan cita-cita tersebut. Tetapi dari wabahlah, dari virus itu, manusia cepat belajar, mengubah mindset-nya.

Virus mengajarkan kita bahwa pemusnahan massal tidak melulu soal saling bom. Ada cara senyap yang bisa dilakukan, yang efektivitasnya, mungkin tidak kalah mengerikan daripada nuklir. Prestasi sains sudah sampai pada titik mengkhawatirkan. Bukan sekadar untuk mengetahui aktivitas semesta, melainkan mengontrol semesta demi kepentingan masing-masing.

Senjata biologis, namanya. Andai China bermaksud membantai seluruh rakyat di Indonesia, mereka cukup membawa virusnya terbang, menghujani rakyat Indonesia, melalui pesawat tanpa awak, miliaran epidemi yang siap mencabut nyawa siapapun. Pendeteksian radar bisa dimanipulasi. Mungkin di masa depan, perang saling hadap adalah strategi yang sudah usang.

Memusnahkan populasi adalah perang paling radikal, paling jahat, dalam sejarah. Hari ini, mungkin masih dinggap tabu, dan belum umum, tentang ap itu senjata biologis. Yang memiliki hanya negara adidaya. Negara seperti Indonesia belum punya kapasitas mengembangkan senjata biologis. Kemana rasa kemanusiaan, jika pemusnahan massal kita anggap bukan sebagai tindakan paling radikal?

BACA JUGA  Khilafah Bukan Sistem Terbaik dan Bukan Solusi

Radikalisme tidak selalu berkaitan dengan agama, kecuali otak kita telah dicuci sesempit itu. Pada saat yang bersamaan, kita harus waswas, bagaimana misalkan, di masa yang akan datang, entah tahun berapa, era di mana senjata biologis sudah umum, kaum fundamentalis juga ikut menggunakannya?

Maka akan terjadi chaos yang sangat mengerikan. Di hadapan kita akan ada orang-orang radikal dengan agenda yang sangat radikal. Barat mungkin tengah belajar dari Corona ini, terhadap agenda perang ke depan. Melihat cepat dan kuatnya penyebaran Corona, kita bisa menerka, di masa depan, pandemi ini akan menjadi senjata mematikan untuk agenda paling radikal negara-negara adidaya.

Agenda Radikal Corona

Mengatakan radikalisme selalu bersinggungan dengan agama, selain berpikiran sempit, juga mereduksi makna radikal itu sendiri. Agama tidak memiliki hubungan dengan radikalisme, justru menentangnya. Radikal itu adalah perilaku, yang jahat, masif, dan ekstrem. Agenda radikal bukan agenda Islami. Jika pelakunya adalah umat Islam, maka yang radikal adalah oknum.

Dalam kasus Corona, oknum radikal, yakni ISIS, memelintirnya sebagai azab Allah terhadap Barat yang bernegara dengan sistem thaghut, setan. Tidakkah kita berandai, andai di masa depan, ISIS juga mengembangkan militernya dengan senjata biologis untuk memusnahkan Barat? Lalu apakah kita pikir Barat akan diam? Tidak bisa dibayangkan betapa mengerikannya.

Agenda radikal dapat mengikat siapa saja, dan dilakukan kapan saja. Satu-satunya hal yang mesti kita catat dalam pandemi global Corona ini adalah: ‘para ilmuan akan mempelajarinya’. Melihat dua juta korban lebih, yang bahkan menyerang adidaya seperti Amerika, mereka akan berujar: ‘oh jadi begitu caranya memusnahkan’. Nuklir pun tak dipakai, virus sudah memerankannya.

Ulasan Harari, penulis buku fenomenal Homo Sapiens dan Homo Deus, menarik. Ia menawarkan solusi menghadapai pandemi ini, yang di antaranya ialah pangku tangan global di tengah krisis. Tetapi sebagian orang akan mengira, itu adalah cita-cita yang terlalu mulia di tengah semrawutnya politik internasional.

Apa kita pikir Amerika melalui Trump, dan China melalui perdana menterinya, benar-benar bersalaman untuk sama-sama melawan Corona? Apa salah bila mencurigai, dengan perspektif sangsi, jangan-jangan mereka punya siasat baru di tengah musibah pandemik yang memusnahkan ratusan ribu rakyatnya?

Negara adidaya adalah pemegang potensi agenda radikal paling tinggi. Tetapi kekuatan politik itu tidak statis, melainkan dinamis. Hanya dalam berapa tahun, ISIS sudah menguasai Suriah? Apakah tidak terlintas pertanyaan dalam diri kita, kira-kira butuh berapa tahun untuk mereka memiliki senjata biologis? Bukankah, konon, mereka antek-antek Amerika?

Apa yang kita hadapi benar-benar posisi sulit. Agenda radikal sudah ada. Corona adalah pematiknya. Tetapi kita tidak boleh skeptis, apakah ia pemantik menuju kemusnahan umat manusia?

Wallahu A‘lam bi ash-Shawab…
Ahmad Khoiri
Ahmad Khoiri
Analis, Penulis

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru