29.7 C
Jakarta
Array

Agama Menginspirasi Tindak Kekerasan

Artikel Trending

Agama Menginspirasi Tindak Kekerasan
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Benar bahwa agama tidak mengajarkan kekerasan, justru yang diajarkan agama adalah hidup damai, menghindari peperangan dan perpecahan. Hidup aman, teratur dan damai adalah ajaran agama. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa ada sebagian kelompok yang melakukan tindakan kekerasan atas dasar agama.

 Agama, menurut kelompok ini, mengajarkan kekerasan, bahkan peperangan. Tak ayal jika seluruh aktivitas kelompok ini, meskipun menebar teror dan kekacauan di tengah masyarakat, segala tindakannya itu merupakan inspirasi atau aktualisasi dari nilai-nilai agama. Bom bunuh diri atas nama jihad adalah contohnya. Kasus Bali, Ciputat, Bandung, Surabaya, Jakarta dan lain-lainnya menjadi catatan kelam kekerasan atas nama agama.

Agama menjadi inspirasi atau bahkan legitimasi untuk melakukan bom bunuh diri benar-benar berhasil disuntikkan kedalam diri dari simpatisan atau anggota kelompok radikal. Ya. Tak tangung-tanggung, Alquran dan Alhadis menjadi senjata utama nan ampuh yang mereka gunakan untuk mencuci otak (brain washing) kader-kader muda potensial, namun lemah, jika tidak ingin dikatakan dangkal, dalam pemahaman keagamaan.

Berdasarkan penuturan eks kelompok radikalis-teroris, salah satu indikator keberhasilan seseorang dicuci otaknya adalah, ketika orang yang di-brain washing itu berani men-cap orang lain, bahkan termasuk orang tuanya, kurang islami, bahkan juga sampai men­-judge sebagai kafir karena tidak seperti pemahaman yang baru ia dapatkan.

Fenomena semacam inilah, yang oleh seorang sastrawan dan intelektual Mesir, Ahmad Abdul Mu’thi Hijazi dikatan sebagai agama agama bencana tatkala pemeluk agama ini menginterpretasikan ajaran agama sesuai dengan kepentingan kelompoknya.

Orang-orang seperti ini, tegas Abdul Mu’thi, akan senantiasa mengembangkan dan menyebarkan pandangan bahwa agama mewajibkan kita untuk memusuhi pemeluk agama lain, menyerang orang kafir, membunuh mereka dan lain-lain. Pada titik ini pula, akan berkembang ideologi, yang oleh Buya Syafi’i Maarif disebut sebagai teologi maut.

Kekerasan atas nama agama, menempuh jalur ekstrem seperti mengakhiri hidup dengan bom bunuh diri demi  membela gama, adalah beberapa narasi yang sengaja diviralkan dan terus diproduksi oleh kelompok radikal, baik di dunia nyata maupun maya.

Terkait situs radikal, Kemkominfo sejak Januari-Agustus 2018 silam, telah memblokir 228 situs radikal. Sontak, masyarakat dibuat heboh akan berita ini. Sebagian ada yang menganggap pemerintah berlebihan. Namun banyak pihak yang mengapresiasi langkah Kemkominfo tersebut.

Terlepas dari semua itu, ada pekerjaan rumah bagi generasi yang masih peduli terhadap eksistensi bangsa ini, yakni melawan narasi-narasi yang diproduksi secara masif oleh kelompok radikal. Kontra-narasi menjadi kunci perlawanan dalam hal ini.

Bayangkan saja, saking “liciknya” kelompok radikal ini, mampu membius seseorang untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak dibenarkan oleh agama apapun di dunia ini. Pandangan bahwa agama menginspirasi kekerasan bukan saja salah total. Lebih dari itu, adalah sebuah pemahaman yang konyol. Namun mau bagaimana lagi, nyatanya mereka mampu melakukan indoktrinasi kaum muda seperti itu (menganggap bahwa bom bunuh diri bukanlah mati sia-sia, melain cara untuk meraih predikat mati syahid).

Teruntuk kontra-narasi di media online, baik media sosial dan situs/website, perlu adanya kesepakatan dan gerakan bersama untuk melawan dominasi situs atau konten radikal. Dengan demikian, fokus garapan sektor ini adalah, mempromosikan dan menyebarluaskan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin di dunia maya. Jika sudah demikian, maka akan ada orang yang tercerahkan secara massal; tak ada lagi orang/kelompok yang beranggapan bahwa agama adalah sumber/inspirasi tindak kekerasan!

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru