27.9 C
Jakarta

Agama dan Relevansi Perdamaian

Artikel Trending

Milenial IslamAgama dan Relevansi Perdamaian
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Indonesia tengah dihadapkan dengan pelbagai persoalan-persoalan ideologi keagamaan. Ideologi agama potensial banyak mengundang fenomena kekerasan atas nama agama. Kekerasan itu, tindakan yang dapat menimbulkan perpecahan dan korbannya adalah masyarakat baik melalui sisi psikis maupun fisiknya.

Kesadaran dalam beragama semata-mata menuntut kita untuk jihad melalui jalan kekerasan. Utamanya, kelompok yang terpapar radikalisme, ekstremisme, dan terorisme. Pemahaman itu tidak hanya menjadi pemikiran, tetapi ideologi yang kapan saja menggunakan sentimen agama hanya untuk mencapi misinya.

Produk kekerasan atas nama agama muncul dari kelompok masyarakat akibat kekalahan di medan politik. Fenomena ini kita jumpai pasca aksi kekerasan, dan bom bunuh diri terjadi dilakukan oleh segelintir kelompok berideologi radikal, ekstrem, dan teroristik. Entah itu, dari militan ISIS, al-Qaeda, Hamas, dan Jamaah Islamiyah.

Jaringan kelompok mereka melalui sistem kekhilafahan Timur Tengah hingga Asia Tenggara. Aspirasinya menegakkan syariat agama sebagai ruang untuk mendirikan negara Islam. Problemnya, sumber agama apapun tidak mewajibkan kita untuk mendirikan negara di bawah kepemimpinan atau khilafah Islamiyah.

Mereka memahami agama itu ekstrem, yaitu hanya untuk memaksa orang lain dengan cara kekerasan. Akan tetapi, mereka memahami agama bukan dalam bentuk yang lemah lembut, sopan dan santun. Tentu menggunakan pendakatan sufistik. Dimana esensi agama mengajarkan nilai-nilai perdamaian, sehingga terciptalah kemanusiaan.

Propaganda kelompok ideologi kekerasan tidak hanya masif di ruang lingkup masyarakat kita. Bahkan tersebar di berbagai media sosial, dunia maya yang seharusnya membuat masyarakat semakin sadar atas persoalan keagamaan. Sebaliknya, seolah-olah mereka menguasai dunia maya sebagai panggung politik untuk berdeklarasi dan menampilkan orasi jihad dan atas identitas Islam.

Dalam beberapa tahun terakhir Indonesia [2019] dapat dinilai produktif melakukan aksi-aksi kekerasan atau teroristik. Pembakaran rumah ibadah dan bom di berbagai gereka masif terjadi. Baru kali ini, fenomena kekerasan kembali terulang di India. Konflik agama tersebut awal mulanya memang mendiskriminasi kaum minoritas (Islam).

Misi Islam adalah Perdamaian

Islam apakah agama produk kekerasan atau perdamaian? Untuk menjawabnya pun tegas dalam Qur’an Suci, Allah menggambarkan peran Nabi Suci itu dengan kalimat singkat berikut ini: (وَمَااَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِلْعٰلَمِيْنَ). Artinya, “Dan tiada kami mengutus engkau kecuali sebagai rahmat bagi segala bangsa.” [21:107]

BACA JUGA  Potret Komunikasi Radikal di Indonesia

Perdamaian adalah rahmat bagi kehidupan alam semesta yang mengajarkan kita untuk menjunjung tinggi kerukunan, dan toleransi. Oleh karena itu, tidak ada satu agama apapun yang membenarkan aksi kekerasan. Sehingga kita memiliki tanggung jawab penting untuk menegakkan misi kenabian, yaitu perdamaian.

Menurut hemat penulis, misi kenabian (on religion and peace) ini dapat dipraktikkan dalam keberagamaan kita. Pertama, mendorong prinsip persaudaraan sesama umat Islam (ukhwah Islamiyah). Kedua, persaudaraan kebangsaan (ukhwah wathaniyah). Ketiga, persaudaraan kemanusiaan (ukhwah insaniyah).

Persaudaraan secara sosio-kultur menguatkan hubungan sosial dan hubungan keagamaan agar tercipta situasi dan kondisi yang harmonis. Tanpa mengukuhkan persaudaraan tersebut, maka kebersamaan kita dalam kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara tidak terjalin harmonis, serta memecah belah relevansi pluralitas agama.

Catatan penting terhadap fenomena kekerasan yang dilakukan oleh kelompok ekstrem, radikal, dan teroris harus memiliki kesadaraan keagamaan dan kemanusiaan. Untuk itu, esensinya agama adalah fitrah untuk saling menguatkan hubungan antar persaudaraan kemanusiaan yang bersumber dari akar perdamaian.

Budaya Damai

Indonesia adalah negara yang memiliki beragama kebudayaan di tengah pluralitas agama. Pun setiap daerah memiliki ciri khas tersendiri tentang adat istiadat tersebut, budaya yang berkembang hingga saat ini menunjukkan semua agama kain berkomitmen menjaga kerukuran umat beragama dan membudayakan budaya damai.

Misi kenabian tidak lain adalah perdamaian yang ditegaskan oleh Imam Abu Hamid al-Ghazali melalui pernyataannya sebagai berikut “Salam (perdamaian) adalah salah satu nama Allah SWT yang indah, Dia telah titipkan pada seluruh makhluk-Nya agar mereka mengimplementasikan kandungan maknanya dalam kehidupan sehari-hari” [Abdul Muqsith Ghazali, dkk, hal. 23]

Pesan al-Ghazali memberikan catatan penting terkait urgensi perdamaian sebagai bentuk keindahan kehidupan umat beragama. Di sisi lain, apabila agama menjadi tiangnya negara setidaknya dapat menjaga kebersamaan. Sedangkan negara memiliki tanggung jawab untuk menjaga perdamaian tanpa mengulang kembali fenomena kekerasan.

Agama pada intinya menegakkan perdamaian yang membangun komitmen persatuan dan merangkul semua golongan. Islam sebagai salah satu agama yang mayoritas di Indonesia merupakan kunci dan aktor keberhasilan kita untuk hidup damai.

Hasin Abdullah
Hasin Abdullahhttp://www.gagasahukum.hasinabdullah.com
Peneliti UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru