27.3 C
Jakarta
Array

Agama Dalam Tanda Tanya

Artikel Trending

Agama Dalam Tanda Tanya
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Pada bulan Juni 2007, Gus Dur pernah mengajak saya untuk berkunjung ke Lombok Nusa Tenggara Barat, tempat kediaman Tuan Guru Turmudzi Badruddin. Sampai di Bali pesawat mengalami delayed hingga harus menunggu sekitar 3 jam. Di ruang bandara itulah bersama Mas Munif Huda, ajudan Gus Dur yang paling setia dan sangat memahami “keinginan” Gus Dur. Saya berbincang panjang tentang tragedi bom Bali.

Diawali candaku menyampaikan Pertanyaan kenapa sekarang orang muslim di Indonesia ada yang mudah marah hanya karena perbedaan pendapat. Padahal dulu terkenal ramah, moderat, dan saling menghargai apakah karena Mazhabnya sudah berbeda. “Emang mazhab apa kiai?” tanya Gus Dur. Ya kalau dulu Mazhabnya Imam Syafi’i, sekarang banyak yang menganut mazhab Imam Samudra. Gusdur tersenyum sejenak. Kemudian keningnya mengerinyit tanda ada hal yang beliau pikirkan

Gus Dur menjelaskan tragedi Legian Bali, 12 Oktober 2002. Tragedi ini menyimpan misteri yang sangat menyakitkan, tidak hanya sekedar hancurnya dunia pariwisata, Indonesia yang menempatkan Bali sebagai maskotnya, tetapi banyak persoalan yang lebih esensial sebagai bahan renungan dan pemikiran bagi umat beragama.

Perspektif Kemanusiaan

Dari perspektif kemanusiaan, peristiwa bom Bali adalah tragedi yang sangat besar baik dari jumlah korban yang mencapai 200-an orang, maupun yang menyangkut masa depan kemanusiaan. Pada era kemajuan teknologi manusia justru semakin sulit “bernapas” ini terbukti dengan semakin rapuhnya nilai kemuliaan dan kemerdekaan manusia.

Dalam konteks ini agama seharusnya hadir untuk memanusiakan manusia agar nilai manusia selalu terjaga. Hal ini merupakan maksud disyariatkannya agama (maqasid as syar’i.

Tragedi Bali yang terjadi di ambang ramadhan adalah sebuah teguran Ilahi tentang terjangkitnya epidemi perilaku iblis di kalangan masyarakat yang semakin hari semakin sering melakukan kekerasan, pembantaian dan teror yang mengabaikan Nurani dan melabrak hukum. Yang lebih menyedihkannya lagi semuanya dilakukan dengan kesadaran sukacita dan kolektif sebagai “gerombolan penjahat yang menjadi pahlawan” ini mengindikasikan ada yang salah pada sikap keberimanan dan keberagamaan kita

Perspektif keagamaan

Dari perspektif keagamaan tragedi bom Bali yang dilakukan oleh sekelompok orang yang merasa dirinya berpegang teguh pada ajaran agamanya memunculkan sebuah analisis tentang hubungan ideologi keagamaan dengan kekerasan ini sangat disayangkan Karena tujuan agama tiada lain adalah memberi jalan menuju keselamatan kedamaian dan meringankan kesengsaraan umat manusia.

Untuk mencapai tujuan tertentu, tidak boleh memakai cara yang justru menghancurkan tujuan agama tersebut. Kekerasan atas nama agama dimungkinkan karena adanya interpretasi yang keliru tentang teks-teks keagamaan. Sikap ekstrim dan eksklusif dan persaingan memperebutkan kedudukan harta benda serta kepentingan kelompok

Agama seharusnya mampu menjadi motivator agar manusia mengasah ketajaman berpikir dan mencerminkan Nurani demi terwujudnya suatu sikap masyarakat yang moderat inklusif dan adil. (QS. Al Baqarah 2:143)

Perspektif kenegaraan

Tragedi Bali adalah sebuah peringatan bagi kita semua untuk mempertahankan identitas dan idealisme tanpa harus menjadi korban sebuah keinginan duniawi yang sesat dan sesaat. Inilah konsep yang diajarkan Agama pada umat manusia. Gus Dur mengutip Sayyid Abu Bakri al Makky “janganlah engkau mencampurkan sebuah idealisme dengan keinginan dunia yang sesat dan menyesatkan karena hal itu akan mengakibatkan penderitaan”.

Di akhir percakapan itu, Gus Dur mengatakan bahwa semua sudut pandang tadi merupakan sebuah pertanyaan besar akan peran agama dalam realitas kehidupan yang berkembang di masyarakat saat ini, sehingga kedudukan agama semakin jelas. Apakah ia sebagai “jalan yang mampu menyelesaikan persoalan/masalah atau sebaliknya agama justru menjadi problem yang menghambat kemajuan dan hanya menjadi masalah dalam kehidupan”.

(KH. Maman Imanul Haq)

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru