30.9 C
Jakarta

Adu Siasat dalam Politik ala Nabi

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanAdu Siasat dalam Politik ala Nabi
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Menarik bahas politik menjelang tahun 2024. Sebelum bahas lebih jauh, perlu saya mengetengahkan apa itu politik? Politik dalam bahasa Arabnya dikenal dengan dengan istilah ”Siyasah”. Kata ini bisa diterjemahkan dengan lebih gamblang ”siasat”. Politik disebut demikian karena di dalamnya terdapat siasat untuk mencapai suatu maksud.

Siasat dalam politik termasuk suatu hal yang wajar-wajar saja. Karena, dalam mencapai suatu maksud yang dituju oleh banyak kelompok tentu butuh siasat yang baik agar menang di antara yang lain. Namun, apakah semua siasat atau taktik itu diperbolehkan dalam politik?

Pertanyaan ini menarik untuk diuraikan dalam tulisan ini dan saya hanya ingin membatasi apa saja siasat yang dilarang dan diperbolehkan dalam politik. Sederhananya, siasat yang dilarang dalam politik itu adalah yang merugikan orang lain. Di antaranya, menyebarkan radikalisme dalam bersiasat. Ini siasat yang cukup berbahaya. Karena, yang dijadikan flexing adalah agama.

Siasat radikalisme jelas dilarang dalam politik. Karena, dampaknya negatif terhadap bangsa ini. Mereka akan diarahkan untuk melakukan tindakan anarkis, seperti bom bunuh, bom beberapa tempat, dan lain sebagainya. Tindakan semacam ini tidak mendapatkan legitimasi dari agama. Agama pasti melarangnya.

Selain itu, siasat ujaran kebencian dan hoaks. Ini sangat berbahaya juga. Karena, dengan ujaran kebencian bangsa ini akan terpecah belah dan saling bermusuhan. Begitu pula, dengan hoaks bangsa ini akan menjadi bodoh sebab mengonsumsi berita bohong.

BACA JUGA  Mengatasi Kemiskinan dengan Memiskinkan Koruptor atau Menaikkan Gaji Pejabat?

Tindakan anarkis, ujaran kebencian, dan hoaks hendaknya dihindari dalam berpolitik. Itu bukan cara berpolitik yang diajarkan Nabi. Itu politik yang dilakukan oleh masyarakat jahiliyah dulu. Nabi mengajarkan politik yang berkemanusiaan dan inklusif dalam melihat perbedaan.

Politik ala Nabi berpotensi menyatukan yang bercerai berai dan menghormati perbedaan. Buktinya, Nabi tidak pernah memandang hina orang yang berbeda politik dengan beliau, ataupun orang yang berbeda agama. Perbedaan, bagi Nabi, adalah suatu keniscayaan yang harus diterima dengan lapang.

Berpolitik dengan siasat tanpa melangkahi nilai-nilai kemanusiaan dan inklusivisme perlu diterima dengan baik. Politik ini adalah gaya politik yang sehat. Ada motivasi positif yang diperjuangkan di dalamnya. Sehingga, dengan cara itulah tidak ada permusuhan dan perpecahan sebab politik.

Maka, menuju pesta politik 2024 bangsa Indonesia akan lebih optimis untuk membangun negeri ini. Tidak masalah saling bersiasat satu dengan yang lain. Yang terpenting bersiasatlah yang sehat agar tidak ada yang dijadikan korban. Selamat menuju pesta politik yang sehat.[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru